12

569 26 0
                                    

Clarisa PoV

Aku dan Kevin sampai di salah satu mall di Jakarta, seperti sebelumnya aku berjalan lebih dulu daripada Kevin. Aku dan Kevin masuk ke dalam toko mainan kemudian memilih mainan untuk ultah Rey keponakan aku. Setelah aku sudah menemukan mainan aku langsung menuju ke kasir untuk membayar, namun aku tidak melihat Kevin di dalam toko mainan itu. Aku mengeluarkan dompet hendak membayar mainan itu tapi tanganku tiba-tiba digenggam sama siapa lagi kalau bukan Kevin.

"Sama ini ya, Mbak" kata Kevin.

Aku menatap dia seolah bertanya untuk apa dia membeli mainan juga. Masa iya Kevin mainan robot-robotan.

"Berapa, Mbak semuanya?" Tanya Kevin kepada mbak kasir.

"Yang ini saya aja yang bayar, Mbak" kataku sambil menunjuk ke arah mainan mobil-mobilan yang aku beli.

"Nggak, Mbak semuanya aja berapa" kata Kevin.

"Ihh apaan sih, Vin! Gue mau bayar sendiri!"

"Nggak usah ngeyel" kata Kevin yang ternyata sudah membayar semua mainan yang kami beli. Aku dan Kevin keluar dari toko mainan itu.

"Nih, hadiah yang satu buat ponakan lo dari gue" katanya dengan memberikan kantong plastik yang dia bawa.

"Buat apa?" Tanyaku yang terdengar ambigu.

"Ya buat hadiah ultahnya, lo bilang ponakan lo mau ultah, ya gue kasih hadiah" tanya Kevin.

"Ishhh nggak gitu maksudnya, buat apa lo ngasih hadiah buat ponakan gue, kan lo nggak kenal sama dia, lo juga bukan siapa-siapa gue, terus nanti kalo gue ngasih hadiah ini ke ponakan gue, gue bilangny apa dong, ini hadiah dari siapa, kalau gue bilang dari om Kevin dia masih setahun nggak mungkin kenal...." Kataku dengan satu tarikan nafas tapi dihentikan oleh Kevin.

"Bilang aja dari calon pacar lo, susah amat" kata Kevin yang membuatku melongo tidak percaya dan berhenti di tempat.

"Kenapa sih, malah berhenti?" Kata Kevin ikutan berhenti dan memperhatikanku. Jantungku rasanya mau copot.

"Cla, lo pakek blush on kebanyakan ya?" Tanya Kevin yang terdengar menggodaku.

Oh My God, pasti wajahku sangat merah sekarang, sampai Kevin tahu warna pipiku, reflek aku menutup wajahku dengan kedua tanganku.

"Ihhh apaan sih, Vin, nggak baik tahu ngebaperin anak orang tapi nggak diseriusin" eh bentar aku ngomong apaan sih, baru juga kenal sama Kevin minta diseriusin aja, yang bener aja Clarisa.

"Oohhhh jadi mau diseriu..."

"Tau ah, gue pulang sendiri aja, makasih buat tumpangannya, buat mainannya juga" kataku dan segera pergi meninggalkan Kevin begitu saja. Malu banget asli, nggak mau ketemu Kevin dulu pokoknya.

Kevin PoV

Aku mengantarkan Clarisa mencari kado untuk keponakannya. Clarisa jalan cepet amat buset, perasaan aku jalan udah cepet banget tapi masih ketinggalan aja. Kita berhenti di salah satu toko mainan. Clarisa entah udah ke mana anak itu, nggak kelihatan batang hidungnya. Aku mencari-carinya tapi tidak ketemu dan aku berhenti pada robot bewarna biru yang bisa diubah jadi mobil. Aku mengambil robot itu, karena kayak sama aja sama mobilku. Aku berjalan menuju kasir dan ternyata Clarisa sudah ada di sana. Aku segera menghentikan kegiatannya mencari dompet untuk membayar. Clarisa terkejut mungkin karena aju tiba-tiba datang dan menggenggam tangannya, alus banget tangannya. Dasar Kevin modus. Setelah perdebatan yang nggak panjang-panjang banget akhirnya aku dan Clarisa keluar dari toko itu. Kali ini Clarisa jalannya santai.

Aku memberikan kantong kresek yang berisi robot dan mobil mainan itu untuk Clarisa. Aku memberikan untuk hadiah keponakanan yang katanya mau ultah. Nggak tau kenapa aku bisa tiba-tiba memberikan hadiah untuk keponakan Clarisa, aku nggak kenal padahal. Dan benar saja Clarisa tanya ngapain aku ngasih hadiah buat ponakan dia, tanyanya panjang kali lebar kali tinggi, cuma satu tarikan nafas yang membuat dia terlihat gemas sekali.

Suppose - Kevin Sanjaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang