66 - BERTEMU DENGAN DAMAR

23.8K 2.3K 229
                                        

HALLOO SELAMAT PAGI!!

SUNGKEM DULU SINI SAMA AKU YANG BISA UPDATE SEPAGI INI!!

HAPPY READING!!

JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMENNYA DI RAMEIN YAA!!

Terkadang, lebih baik diam walaupun kita sudah tahu semuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang, lebih baik diam walaupun kita sudah tahu semuanya.

🍀🍀🍀

Suasana ruang kelas 11 IPA 1 menjadi ramai ketika sang guru pembelajaran sudah keluar dari kelas karena jam pelajarannya sudah selesai.

Dengar-dengar pelajaran selanjutnya sang guru pengajar tidak bisa hadir karena ada urusan penting, yang mengharuskan beliau hanya memberikan tugas catatan saja.

Hal itu membuat para siswa-siswi kelas 11 IPA 1 bersorak gembira karena tidak jadi untuk melaksanakan presentasi yang sebagian dari mereka juga ada yang belum selesai mengerjakan tugas di powerpoint-nya.

BRAKK!

Gebrakan yang dilakukan oleh Morgan barusan sukses membuat Axel terpelonjat kaget.

"Lah, ngelamun lo?" tanya Morgan memastikan.

Arga yang memang duduk sebangku dengan Axel pun ikut angkat bicara, "Masih mikirin kakek lo?"

"Nggak," jawab Axel singkat.

"Terus kenapa? Dilihat-lihat dari tadi lo gak fokus sama pelajaran dah," timbrung Dikara.

"Lo lagi berantem sama Zia, ya?" celetuk Keano tiba-tiba.

"Hus, ngadi-ngadi aja lo," sahut Morgan sembari menggeplak tangan Keano.

"Sakit bangke!" ringis Keano.

Axel menggeleng sebagai jawaban. Memang benar Axel tidak tengah bertengkar dengan Zia, namun yang tengah bertengkar saat ini adalah hati dan pikirannya sendiri.

Axel merasakan sebuah getaran di dalam saku celana yang berasal dari ponselnya. Buru-buru Axel mengambil benda pipi itu dan melihat siapa yang meneleponnya di jam pelajaran seperti sekarang ini.

Papa💸

Nama yang tertera di layar ponsel. Axel langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Kenapa, Pa?"

"Kamu bisa ke kantor papa?"

"Sekarang?"

"Pulang sekolah. Sekarang kamu masih sekolah. Jangan bolos."

"Gak ada gurunya. Axel ngerjain tugas di sana aja."

"Emang bisa fokus?"

"Ngeremehin kepintaran anaknya?" Axel bertanya balik.

"Oke, papa tunggu di kantor."

AXELINO [ END ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang