Happy reading!!
Jangan lupa vote sama komen yaaa!!
Ramein komen tiap paragraf ayokk!!
Sekarang aku sadar, bahwa perasaan ini sudah tumbuh tanpa ada siapapun yang menyuruh.
🍀🍀🍀
Axel merasakan ada sebuah tangan yang menggenggamnya begitu erat. Tangan itu terasa dingin. Axel tahu siapa pelakunya. Siapa lagi jika bukan sang mama pelakunya.
Diandra kini tengah mati-matian menahan diri, untuk bisa bertahan mendengarkan basa-basi kakeknya dengan tamu yang diundang malam ini.
Axel membalas genggaman itu lalu tangannya sedikit terangkat. Diandra otomatis menoleh saat merasakan sebuah benda kenyal menempel di punggung tangannya.
Axel mencium punggung tangan Diandra. Sangat terlihat manis.
Kedua sudut bibir Diandra sontak terangkat, mengembangkan sebuah senyuman yang menenangkan keduanya.
"Axelino manis sekali dengan mamanya, ya," celetuk wanita dewasa yang duduk di seberang sang mama.
Hal itu sukses membuat lengkungan senyum di paras tampan Axel seketika menghilang. Axel paling tidak suka ada yang mengganggunya. Apalagi jika sudah bersama keluarga.
Tidak sopan!
Melihat raut wajah Axel yang otomatis muram membuat Damar langsung mengalihkan arah pembicaraan.
"Oh iya, Audrey katanya satu sekolah sama Axel, ya?" tanya Damar.
Gadis yang sedari tadi terus mencuri-curi pandang pada Axel pun mengangguk antusias.
"Iya, Kek. Satu sekolah, satu angkatan, cuma gak satu kelas aja. Axel IPA 1, kalo Audrey IPA 2."
"Wah, tapi masih dekat ya, kelasnya tetanggaan."
"Iya, Kakek." Audrey semakin tersenyum lebar, berbeda dengan Axel yang sudah muak.
Rasanya Axel ingin menyobek mulut bibir Audrey saat ini juga. Ia geram bukan main, tapi untungnya ia masih bisa menahan dirinya saat ini.
Calm down, Axelino.
"Kalau kakek boleh tahu, Axel di sekolah kayak gimana?" tanya Damar kembali.
Audrey memandang Axel yang tepat duduk di seberangnya. Sedari tadi Axel hanya memasang raut datar pada Audrey dan kedua orang tuanya. Axel terlalu malas meladeni keluarga sialan satu ini. Terlalu banyak pencitraan. Apalagi ketika Axel mengetahui skandal pria dewasa yang menyandang gelar sebagai ayah dari gadis itu.
Demi apapun Axel ingin menjebloskannya ke penjara saat ini juga.
"Axel itu anak paling berprestasi di sekolah. Paling pintar, dan juga Axel kan most wanted sekolah," ungkap Audrey yang memuji Axel dengan terang-terangan.
Pikirnya ketika dia memuji Axel seperti barusan, Axel akan luluh begitu saja? Jangan pernah berharap terlalu tinggi dengan tuan muda Axelino Megantara wahai gadis menyebalkan!
"Axelino hebat ya," ujar Andi. Pria dewasa yang sedari tadi membuat darah Axel mendidih.
Berani-beraninya dia angkat suara. Laki-laki tidak tahu diri yang sudah merusak keluarga sahabat perempuannya.
"Iya, Dad. Axel itu keren banget. Bukan di bidang pelajaran doang loh, Dad, Mom. Axel juga jago semuanya. Dan, siapa sih yang gak kenal sama Axel satu sekolah. Orang Axel paling juara." Audrey terus memuji Axel.
KAMU SEDANG MEMBACA
AXELINO [ END ✓ ]
Novela Juvenil#MEGANTARASERIES 1 👑 Jika semua laki-laki mengatakan bahwa seorang ibu adalah cinta pertamanya, maka hal itu tidak berlaku bagi seorang Axelino Dylan Megantara. Karena jika ditanya hal apa yang paling Axel benci, ia akan menjawab tanpa ragu bahwa i...