44 - AXELINO POSSESSIVE MEGANTARA

24.7K 2.6K 767
                                    

Guysss aku kembali uhuyyyy!!!

Mulai sekarang, buat kalian yang merasa umurnya dibawah aku panggil aku Ayyang yaaa!!

Ayyang itu nama kecil aku, semua keluarga manggilnya Ayyang. Dan keponakan aku juga manggilnya Ayyang, so biar kita lebih akrab lagi, mulai sekarang panggil Aku Ayyang yaaa!!!

Panggil Payy kalo kita seumuran!!

Ready to new chapter!!

Vote dulu sebelum baca!!

Yang gak vote sama komen kemusuhan ya kita!!

HAPPY READING!!

DON'T FORGET TO VOTE AND COMMENT LOVEEEEE!!

Ketika aku mengatakan, "aku membencimu" Percayalah, hatiku berkata lain daripada itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika aku mengatakan, "aku membencimu"
Percayalah, hatiku berkata lain daripada itu.

🍀🍀🍀

Hari ini adalah hari paling bersejarah bagi Diandra. Hari dimana Diandra kembali melihat senyum hangat sang putra tanpa pandangan benci darinya. Bahkan hal yang membuat Diandra semakin dibuat tak percaya, tadi saat sebum berangkat sekolah, Axel datang menghampirinya yang tengah membereskan meja makan setelah mereka sarapan.

Tadi setelah Axel menyelesaikan sarapannya, cowok itu melihat jam tangan yang melingkar apik di pergelangan tangan kirinya. Buru-buru Axel bergegas menyambar tas dan kunci mobil lalu berpamitan kepada Arsenio.

Axel melirik ke arah Diandra yang sedang membereskan piring dan gelas kotor untuk ia simpan ke wastafel.

"Bisa, Xel." Arsenio menyemangati.

"Doain, Pa," ujar Axel.

"Semangat!"

Axel mengangguk lalu berjalan mendekati Diandra. Axel berdiri di belakang Diandra tanpa bersuara. Menunggu Diandra membalikan badan. Axel memandang nanar pada punggung rapuh sang mama. Axel bisa merasakan sebanyak apa beban yang Diandra pikul selama dia hidup.

Walaupun tempat Axel berdiri sedikit jauh darinya, tapi tetap saja Diandra terkejut saat menemukan raga Axel yang tengah berdiri di belakangnya.

Dan hal yang membuat Diandra lebih terkejut adalah ekspresi Axel ketika tersenyum hangat padanya.

"Ma." Axel mengulurkan tangannya, kemudian menarik tangan sang mama.

Diandra dibuat mematung dengan Axel yang mencium punggung tangannya yang sedikit basah. Kemudian setelah itu Axel mendekat dan mencium pipi Diandra.

"Ael berangkat sekolah, mama hati-hati di rumah. Jangan kecapekan."

Tanpa menunggu jawaban dari Diandra, Axel langsung melengos pergi meninggalkan raga Diandra yang membeku seperti di siram air es. Membutuhkan waktu beberapa menit untuk menyadarkan diri atas kejadian yang baru saja terjadi.

AXELINO [ END ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang