53 - KELUARGA BARU

21.3K 2.5K 251
                                    

HELLO SESUAI JANJI, AKU BALIK LAGI!!!

HAPPY READING!

JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMEN YA GUYS!!

Rasa nyaman itu datang tanpa permisi, dan sangat susah di usir untuk pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasa nyaman itu datang tanpa permisi, dan sangat susah di usir untuk pergi.

🍀🍀🍀

"Ma, Pa, Please ... Ael pengen punya adek." Sudah terhitung setengah jam Axel membujuk kedua orang tuanya tentang ia yang ingin mengangkat Arzan menjadi adiknya.

Arsenio dan Diandra masih kaget karena permintaan Axel yang begitu tiba-tiba. Bagaimana tidak kaget, Axel langsung datang ke kantor Arsenio ketika di kantor hanya ada Arsenio, Diandra dan beberapa bawahan Arsenio yang lainnya, mereka baru saja selesai melaksanakan meeting dadakan.

Axel bahkan rela berlutut di hadapan papa mamanya hanya karena ia ingin mereka mengangkat Arzan menjadi adiknya.

"Sayang bangun dulu, jelasin sama Mama dan Papa, kenapa kamu mau kami mengadopsi anak itu?" tanya Diandra.

"Ael kan udah bilang, Ael pengin punya adek, biar Ael ada temen di rumah."

"Kan kamu udah punya temen di rumah, Xel." Arsenio mengingat saat itu Axel meminta dibelikan kucing agar ia mempunyai teman di rumah.

"Vio kan kucing, Pa." Axel berdecak kesal.

"Tapi kamu kasih nama manusia ke dia, Axelino."

Baru saja Axel akan menjawab omongan Arsenio, Diandra langsung menarik dagu Axel untuk mengalihkan atensi Axel kepadanya.

"Kasih alasan yang kuat ke Mama sama Papa, kenapa kamu mau angkat Arzan jadi adik kamu?"

Axel mendongak. "Ael gak tega liat kondisi Arzan, Ma. Ael pernah ada di posisi Arzan. Bayangan penyiksaan Mama waktu dulu aja masih sering terlintas di ingatan Ael. Kalau Ael aja kayak gini, apalagi Arzan. Arzan butuh Ael, butuh kita, Ma."

Diandra tertegun. Jadi ini alasan Axel. Diandra kembali dilingkupi rasa bersalah atas kebodohannya dulu.

"Tapi bagaimana jika keluarganya mencari dia?" tanya Arsenio.

"Arzan gak punya siapa-siapa lagi, Pa. Mamanya pergi gak tau kemana, papanya meninggal, dan keluarganya gak mau ada yang ngurusin dia."

"Dari mana kamu tahu itu, Axelino?"

"Arzan sendiri yang bilang waktu tadi di ajak ngobrol sama Tante Santi."

Diandra dan Arsenio saling pandang. Melihat Axel yang terus merengek selama tiga puluh menit ini membuat Diandra tak tega. Lantas wanita dewasa itu mengangguk yakin pada sang suami.

"Kamu yakin?" tanya Arsenio, memastikan kembali.

"Yakin, Mas." Diandra menjawab dengan senyuman simpul.

AXELINO [ END ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang