18 - PERIHAL WAKTU

24K 2.5K 186
                                    

Payyy is back!! Yuhuuu!!

Welcome to my story!!

ARE YOU READY?!

YEAH, LET'S GO!!

HAPPY READING!!

DON'T FORGET TO VOTE & COMMENT!!

Biarkan waktu yang menjadi jawaban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biarkan waktu yang menjadi jawaban. Karena seiring dengan berjalannya waktu, setiap manusia akan mengalami perubahan dengan adanya kebiasaan.

🍀🍀🍀

"PAPA!"

Teriakan dari pintu utama membuat seorang pria paruh baya yang baru saja akan masuk ke dalam kamar sontak terpelonjat.

Arsenio mengurungkan niatnya untuk mengambil ponsel dan kembali membalikan badan. Ia melihat putranya yang baru saja pulang sekolah sudah grasak-grusuk memasuki rumah dengan begitu brutal. Seperti maling yang tengah di kejar oleh warga.

Arsenio menghela nafas pasrah, betapa ajaibnya putra semata wayangnya ini.

"PAPA!" Axel langsung memeluk Arsenio yang berdiri di ambang pintu kamar.

Ia tak memperdulikan tatapan orang-orang rumah yang kini saling menggelengkan kepalanya.

Pletakk!

Arsenio menjitak kepala bagian belakang Axel, membuat Axel langsung mengaduh kesakitan, dan langsung mengurai pelukannya.

"Sakit, Pa!"

Arsenio tak mengindahkan ucapan Axel. "Siapa yang nyuruh kamu lari-larian dari garasi sampai ke dalam rumah?"

"Gak ada," jawab Axel dengan polosnya.

"Kalau jatuh gimana? Kamu juga yang repot kan nantinya," omel Arsenio.

Bukannya marah, Axel malah memberikan cengiran tak berdosa pada Arsenio. Papanya ternyata menepati janji. Arsenio kini sudah pulang. Padahal baru tiga hari ditinggal, bukan tiga tahun.

"Papa kapan sampai?" tanya Axel.

"Tadi subuh."

"Loh, kok gak bilang Axel? Kan Axel bisa jemput."

"Kamu sekolah!" Jari telunjuk Arsenio mendorong kening Axel untuk menjauh.

"Udah sana ganti baju, terus makan. Papa masih ada pekerjaan, mau balik lagi ke kantor."

Axel mengangguk patuh lalu membalikan badannya. Baru saja dilangkah ke tiga Axel kembali berbalik menghadap Arsenio. Ia baru mengingat satu hal.

"Pesanan Axel mana?" tanya bocah itu.

"Ada di bi Sari. Udah di urus sama Bu Sari dari tadi."

"Oke!"

Axel kembali berbalik dan meninggalkan Arsenio yang masih di tempat tengah mengusap dada untuk ekstra sabar menghadapi sikap ajaib putranya.

AXELINO [ END ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang