Daddy

26.4K 2K 33
                                    

Happy reading
Sorry for typo

"Sudah bangun kau bocah?" Suara serak nan dingin itu menyeruak di ruangan yang besar ini seakan akan ruangan ini menjadi bioskop film horror.

"Ah sial, gara-gara ketua setan ini datang pertanyaan gue gak jadi kejawab kan," kesal El dalam hati.

"Jake kembalilah bekerja biarkan bocah nakal ini bersamaku"

"Baik Tuan saya permisi." Jake pun melenggang pergi meninggalkan ayah dan anak itu berdua di dalam kamar.

Gilbert tak menjawab dan langsung menghampiri El yang sedang cemberut entah kenapa. "Baby kenapa kamu cemberut seperti itu hm?"

El tak menjawab hingga makanan datang seketika perut keroncongan El malah kembali berbunyi menandakan alarmnya sudah benar benar tak bisa dimatikan lagi.

Gilbert menyambar langsung makanan El dan berhasil membuat El kesal setengah mampus "Daddy suapi kamu!" Final Gilbert.

"Gue bukan bayi, gue bisa makan sendiri," ketus El.

"Terserah, disuapi atau tidak makan sama sekali." Jawaban yang sungguh membagongkan yang di dengar telinga El.

"Ish, maksa!" kesal El.

Gilbert hanya menggedikan bahunya dan menyendokan satu suapan nasi dan lauk pauknya di hadapan mulut El membuat alarm di perut El semakin gencar.

El masih diam tak berkutik kala sendok yang sudah penuh dengan nasi dan lauk pauknya akan segera meringsud memaksa masuk ke dalam mulut El.

"Ayo, daddy tau perutmu sudah berbunyi sedari tadi, apa kau mau daddy panggilkan kakakmu hm?"

Dengan gerakan cepat El langsung menyambar satu suapan sendok di tangan Gilbert membuat Gilbert tersenyum menang. Masih mendingan berurusan dengan ketua setan dibandingkan si santet itu, bisa mampus El di tangan dia, pikir El.

Suapan demi suapan El terima. Memang awalnya El sedikit risih namun lama-kelamaan entah kenapa El malah senang disuapi oleh Gilbert.

Tak terasa semua makanan di piring itu habis tidak bersisa. "Apa kau ingin makan sesuatu lagi?" Tanya Gilbert.

El menggeleng. Ia bukan tipe orang yang makan dengan porsi kuli.

Gilbert tersenyum tipis melihat kelakuan menggemaskan putra bungsunya. Ia kemudian mengusap pucuk kepala El dengan lembut. "Daddy tahu jika kamu masih belum bisa percaya dengan semua kejadian ini, tapi daddy harap kamu bisa menerimanya"

El menatap lamat Gilbert, ia tersenyum dengan tulusnya. "Terima kasih," ucap El dengan sangat lirih. Tak terasa kristal bening keluar dari pelupuk mata El entah mengapa. Tersadar, El pun langsung mengusapnya cepat dan melengos memunggungi Gilbert.

Peka dengan apa yang dirasakan putanya, Gilbert membalikkan badan El dan memeluknya erat dan menepuk-nepuk halus punggung El. "Daddy sayang El"

"El juga sayang daddy," balas El dengan suara sedikit bergetar akibat menahan tangisnya agar tidak keluar.

•••

Benar perkiraan Gilbert kemarin, pagi ini El dilanda pilek dan demam. Namun bukannya beristirahat, anak babi itu malah berlari tak tentu arah dan bersembunyi saat ia tahu si santet itu akan datang.

Jujur, ia masih trauma dengan kakaknya yang sangat kejam tak ada tandingannya. "Berpikir otak kecil, ayo berpikir," monolog El tapi dengan gerakan seperti setrika bolak balik kanan kiri depan belakang.

"Ke pintu ada duo kingkong, diem di kasur trio setan mau datang mana pasti bawa persenjataan lengkap lagi." kembali El bermonolog sendiri dengan mengacak ngacak rambutnya prustasi.

BABY/I ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang