Tertangkap Basah

17.1K 1.4K 69
                                        

Happy reading
Sorry for typo

Sinar hangat mentari mulai menyinari bumi, mengusik tidur lelap seorang wanita berbalutkan gaun putih bertaburkan berlian langka buatan designer ternama dunia.

Evelyn mengerjapkan matanya beberapa kali. Kepalanya terasa pening mungkin akibat minuman beralkohol tadi malam.

Ia menatap sekeliling. Ruangan ini begitu asing baginya. Ruangan yang didominasi warna merah dan hitam, sangat luas dan sepertinya tidak ada benda apapun di sini kecuali kasur yang ia tiduri saat ini dan sebuah lemari besar di pojok ruangan yang entah apa isinya.

"Astaga apa ini mimpi?" Kejut Evelyn saat melihat pakaian yang ia kenakan.

Gaun pernikahan yang sangat cantik. Ia bertanya-tanya apakah hari ini adalah hari pernikahannya? Tapi kenapa ia memakainya sekarang? Bukannya ia harus siap-siap terlebih dahulu.

"Hai sayang, bagaimana? Apa kau suka gaun yang aku pilihkan?"

Gilbert yang telah berpakaian rapi layaknya orang yang akan melangsungkan pernikahan tiba-tiba masuk dan sontak membuat lamunan Evelyn buyar begitu saja.

"Kenapa tidak menjawab hm? Apa kamu tidak suka dengan modelnya? Aku bisa menggantinya jika kau mau"

"Ah tidak, aku hanya terkejut tiba-tiba aku terbangun dengan gaun ini"

Gilbert menunjukkan seringainya. Ia lantas mendekati Evelyn. Gilbert menatap Evelyn begitu intens sampai beberapa saat ia mendekatkan kepalanya dengan kepala Evelyn.

Evelyn pikir Gilbert akan menciumnya. Namun bukan sebuah ciuman lembut yang ia dapat melainkan sebuah cengkraman kasar dan menyakitkan di dagunya.

"Aaakkhh... Sakit sayang," rintih Evelyn.

"Ini belum seberapa sakit dibanding yang dirasakan putraku sayang," bisik Gilbert tepat di samping telinga sang wanita jalang itu.

Mata Evelyn membulat. "A- apa yang kau maksud?"

Gilbert tak menjawab. Dengan angkuhnya ia berjalan menuju ke lemari yang berada di ruangan ini.

"Kau salah memilih lawan bermain Evelyn"

Evelyn meringsut mundur melihat Gilbert membawa sebuah pisau di tangannya. "A- aku tidak mengerti"

"Tidak perlu pura-pura tidak mengerti jalang!"

Sreet

"Hiks sakit. Sayang mengapa?" Ringis Evelyn kala Gilbert menggores pipinya.

"Kau pikir aku bodoh hah!"

Karena terlampau emosi, Gilbert menusuk bahu Evelyn hingga pisaunya tembus ke belakang. Teriakan pilu Evelyn menggema di seluruh kamar. Darah kotornya mengotori gaun putih yang ia kenakan.

"Ck, kau terlalu berisik. Ini hari spesial kita, jangan kau isi dengan tangisanmu yang buruk itu."

"KUBILANG DIAM!"

Seakan tak menghiraukan teriakan perintah dari Gilbert, Evelyn terus menangis menahan rasa sakit di bahu dan pipinya.

"Merepotkan," geram Gilbert. Ia kemudian kembali mengambil sesuatu di lemari tersebut dan membawanya menuju Evelyn dengan senyuman yang tak pernah luntur di wajahnya.

"Aku mohon Gilbert hiks maafkan aku, to- tolong jangan sakiti aku lagi"

"Sudah terlambat"

Dengan cekatan Gilbert menjahit mulut Evelyn yang sangat berisik dan menjijikkan itu. Wanita itu hanya bisa pasrah saat jahitan demi jahitan Gilbert berikan.

BABY/I ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang