Nenek sihir

21.9K 1.8K 63
                                        

Happy reading
Sorry for typo

Pagi ini merupakan pagi yang cerah bagi babi eh baby kecil kita, El. Walaupun faktanya di luar sedang mendung El gak peduli. Pokoknya hari ini cerah titik.

Lihatlah betapa senangnya El bisa keluar dari kandang si makhluk astral dan kini ia sedang menikmati sarapan bersama di meja makan.

"Aku berangkat dulu." Dante meletakkan sendok dan garpunya sedikit kasar kemudian ia langsung beranjak pergi.

Rupanya si Dante ngambek karena kelakuan El dan Clovis. Gilbert sungguh kejam memberi hukuman kepadanya. Dante dilarang "bermain" dengan para mangsanya selama 2 Minggu.

Setelah beberapa menit, semua menyelesaikan acara makan masing-masing.

"Baby, daddy berangkat dulu ya. Jangan nakal!" Gilbert mengecup singkat kening putra bungsunya.

Diikuti dengan Clovis yang masih sempat mengunyel-unyel pipi tembem El dan mengecup kening El. "Kakak juga berangkat, jangan berulah kalau gak mau kejadian kemarin-kemarin terulang lagi"

Setelah keduanya pergi, dengan cepat El menghapus bekas ciuman kedua setan tersebut.

"Iiiihhhh... Jadi najis kan, harus mandi 3 hari 3 melem pakai kembang 7 rupa nih gue," gumam El, kalau ia berucap dengan keras terus nanti salah satu bodyguard atau maid melapor ke Gilbert kan bisa mampus.

•••

Enaknya jadi horang kaya. Semua serba ada, lapangan bermain, TV gede buat main PS, camilan pun lengkap. Beuh nikmat sekali.

Beginilah kegiatan El di siang hari saat ia sendiri tanpa ada gangguan dari para setan. Rebahan sambil makan camilan dan bermain game.

Peringatan yang Jake berikan tidak diindahkan sama sekali oleh El. Bodo amat sama jam tidur siang, toh para setan lagi sibuk.

"Tuan muda sebaiknya anda tidur siang, ini sudah lewat 30 menit dari jadwal atau saya akan lapor ke tuan Gilbert"

"Ish... Iya iya, minggir gue mau ambil minum di bawah." El mematikan video game nya dan beranjak keluar kamar.

Sesampainya di dapur El dikejutkan dengan kedatangan sesosok wanita mirip lonte. Badannya aduhai, pakaiannya minim bahan dan seksi bikin pria manapun tergoda kecuali El. Ia malah menatap jijik ke tante-tante yang sedang meminum jusnya.

"Heh bocah, nih bawa gelasku sekalian bawakan buah ke sini"

El tidak menanggapi perintah si nenek sihir itu, ia tetap dengan santainya mengambil susu almond dingin rasa cokelat kesukaannya dan menuangkannya ke gelas.

Prang

"Dasar pembantu gak tau diri! Berani-beraninya kamu mengambil minuman majikan dan mengacuhkan perintahku." Gelas yang dipegang El seketika hancur akibat dilempar oleh Evelyn.

"Woy lonte! Lu kalau mau minum, minum aja gak usah ngajak gelud!"

Wajah Evelyn merah padam saat dirinya disebut lonte oleh bocah tengik dan rendahan ini. Tangannya terangkat untuk menampar El. Namun, dengan cepat Jake mencekal tangan Evelyn.

"Weh... Keren lu bang bisa nahan tangan si lonte ini. Dah lah gue mau balik kamar dulu, gue lagi gak mood liat orang ribut." Ia kemudian melenggang pergi ke kamarnya yang berada di lantai 3.

"Lepasin tanganku! Memang dia siapa sih sampai harus kamu lindungi? Dia kan cuma pembantu di sini"

"Jaga perkataan anda nona. Saya bisa berbuat lebih parah dari ini jika anda mengulanginya," peringat Jake kemudian ia melepaskan tangan Evelyn kasar dan menyusul El ke lantai 3.

•••

Matahari telah tiba di ufuk barat namun El masih tidak ingin keluar dari kamarnya.

"Bang, si nenek sihir itu masih ada di sini?"

"Sepertinya begitu tuan muda"

El menghela napasnya kasar. Ia malas sekali bertemu dengan wanita jalang itu.

"Bang Jake, bisa minta tolong ambilkan makanan nggak? Gue lagi mager"

"Baik tuan muda, anda ingin makan apa?"

"Apa aja yang penting gak bikin gue mati"

Jake mengangguk kemudian ia menghubungi maid untuk membuatkan makanan El.

Tak berselang lama terdengar pintu kamar El diketuk oleh seseorang.

"Ada urusan apa nona kemari?" Sinis Jake. Kalau boleh jujur, ia merasa tidak senang akan kedatangan Evelyn di mansion ini. Rasa bencinya semakin bertambah kala ia melihat bagaimana perlakuan Evelyn terhadap El.

"Oh C'mon Jake, aku hanya ingin memberi camilan kepada calon putraku, jangan menatapku seakan aku akan meracuni anak itu"

Dengan berat hati Jake membiarkan Evelyn masuk.

"Halo calon putra mommy, nih mommy bawain kamu cookies dan susu hangat. Mommy buat sendiri loh cookies nya"

El memutar matanya malas. Apa tadi katanya? Mommy? Cih, El gak sudi.

"Lu kalau gak suka sama gue bilang aja, gak usah sok baik segala!"

Seketika senyum Evelyn luntur. "Bersyukur aku sudah berbaik hati ke kamu. Anak pungut aja belagu"

Hati El memanas saat Evelyn menyebut dirinya sebagai anak pungut. "Bang Jake," ucap El lirih karena ia mencoba menahan emosinya.

"Sebaiknya anda keluar nona Evelyn"

"Diamlah Jake! Urusanku dengan bocah pungut ini belum selesai"

Habis sudah kesabaran El. Ia melempar gelas berisi minuman yang mematikan bagi El dan juga piring berisi cookies buatan Evelyn.

"PERGI! GUE GAK BUTUH IBU SEPERTI LO!"

"ELNATHAN!" Sentakan Gilbert menggema di seluruh penjuru kamar El.

"Dimana sopan santunmu?! Dia ini calon ibumu, kamu harus menghargai, menghormati, dan menyayanginya!"

"AKU TIDAK INGIN PUNYA IBU SEPERTI WANITA INI!"

Evelyn menangis penuh drama setelah mendengar ucapan El. Hal itu membuat rahang Gilbert semakin mengeras.

"Tenanglah sayang, maafkan putraku yang nakal ini." Gilbert mengelus punggung Evelyn guna menenangkannya.

"Dan untukmu El, dilarang keluar kamar sampai daddy mengizinkanmu!" Kemudian Gilbert pergi keluar bersama dengan Evelyn yang masih menangis.

"TERSERAH!"

Napas El terlihat begitu terengah-engah, wajahnya memerah, dan tak lupa jantungnya yang sepertinya berdetak 2 kali lebih cepat dibanding biasanya.

Lalu El berinisiatif untuk membasuh wajahnya untuk sekedar mendinginkan pikirannya.

"Apa anda baik-baik saja tuan muda?" Ucap Jake dengan nada penuh kekhawatiran.

"Gak papa kok bang, gue mau ke kamar mandi dulu"

Sesampainya di kamar mandi, El melamun di depan wastafel sambil menatap pantulan dirinya di cermin.

"Gue anak pungut ya? Apa gue bener anak haram?"

"Hiks kenapa? Kenapa dunia begitu gak adil ke gue? Hiks"

Ada rasa sesak di dadanya. El pikir rasa itu akan segera hilang, namun ia salah. Dadanya semakin sesak dan nyeri. Entah kenapa juga jantungnya seakan ingin meledak di dalam sana.

"B- bang Jake... To- tolong." Ucapan El terdengar begitu lirih.

Pasokan oksigen di otak El semakin menipis, hingga akhirnya

Brug

"Sepertinya gue bakal mati di kandang setan ini"

To be continued~

Malming yok malming
Cieee jomblo yaaa
Wkwkwk canda

Jangan lupa vote dan komen
Bye bye

BABY/I ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang