Memiliki paras imut seperti bayi tapi kelakuannya seperti babi, siapa lagi kalau bukan El.
Elnathan, anak yang dibuang oleh ibunya sendiri. Sungguh miris nasib El, setiap hari ia harus bekerja untuk memenuhi segala himpitan ekonomi yang dialaminya.
...
Di ruangan penuh dengan memori dan penuh dengan derita disini Jojo berbaring lemah tak berdaya.
Sekujur tubuhnya di penuhi luka dan di selimuti dengan perban,ah entahlah si empu yang punya tubuh masih belum mau memperlihatkan bola matanya yang indah itu.
Ya Jojo masih terbaring lemah di ranjang persakitan setelah kejadian yang luar biasa menimpanya semalam.
. . .
"Anjing Jojo"
"Babi El"
Kedua mahluk astral ini berpelukan sudah seperti teletubies saja.
"Heh lo kemana aja goblok, gue kangen anjing!"
"Gue di sini lah"
Jojo mengernyit, terlihat jelas cetakan kerutan di dahinya mendengar jawaban ambigu dari El.
"Gue bahagia di sini Jo," cicit El seakan tau apa yang di pikirkan di dalam otak kecil Jojo.
"Tapi-"
"Gue tau semua orang khawatir sama gue tapi gue di sini bebas, gue engga sakit dan yang terpenting gue bisa nemuin mommy sama kembaran gue. Itu udah bikin gue bahagia Jo"
Terlihat pancaran kebahagian di wajah El binaran bahagia tak seperti El yang dulu yang suka murung.
"Dahlah lo engga usah pikirin gue sekarang lebih baik lo balik sana, para setan keknya dah pada nungguin tuh"
"Kagak!"
"Ish, si anjing lo!"
"Lah lo nyuruh gue balik lo sendiri kagak balik," protes Jojo.
"Kan gue udah bilang, gue bahagia di sini dan mungkin gue engga akan kembali lagi jadi gue harap lo yang kembali dan jaga semua titisan setan itu Jo"
"Lo enak bilang seperti itu lah gue nyesek ndiri El. Gue juga mau sama lo gue mau sehidup semati sama lo El," ucap Jojo sambil berusaha memeluk El.
"Anjing lo! Sorry Jo gue bukan LGBT." El pun mengelak dan membiarkan sahabatnya itu tersungkur ke tanah.
Jojo sedikit mengaduh. Astaga El ini benar-benar.
"Heh siapa yang suka main pedang-pedangan, gue kagak belok ya!"
"Lah itu tadi apa lo mau sama gue terus, gue jadi takut kan"
"Ish." jojo sungguh di buat kesal oleh mahluk satu ini. Ia pun melangkahkan kakinya pergi menjauhi El. Gak di dunia, gak di isekai kelakuan El sama aja.
•••
"Bos saya sudah mengamankan supir yang menabrak tuan muda"
"Bagus bunuh saja dia karena tak becus menjaga Jojo malah melukainya dan berujung seperti ini!"
"Baik tuan saya permisi"
Gilbert tak menjawab lagi hanya bisa menghela napas panjang memikirkan dua anak kesayangannya terbaring lemah di rumah sakit.
Tempat paling mereka benci dan mereka laknat tapi sekarang menjadi tempat tinggal mereka berdua.
Air mata pun keluar dari pelupuk mata si tuan angkuh, Gilbert. Entah berapa lama ia tak menangis, tapi kali ini, kali ini dirinya seakan hancur.
Tangannya terulur menggenggam tangan Jojo yang terasa dingin dan kering.
"Maafkan daddy hiks. Maafkan daddy yang sudah lalai menjagamu"
"Argh! Dasar Gilbert gak berguna! Bagaimana? Hiks bagaimana kau bisa melupakan anakmu sendiri hiks!"
Ia melepas genggamannya kemudian melempar keras vas bunga yang berada di sampingnya. Sungguh ia tak bisa menahan emosi saat ini.
Kini matanya tertuju pada pecahan vas tersebut yang terlihat cukup tajam dan menggiurkan.
"Daddy sudah nakal ya?"
"Apa kau tidak ingin menghukum daddy, Jojo?"
Gilbert pun berjongkok, ia mengambil salah satu pecahan vas tersebut.
"Ah daddy lupa saat ini kamu tidak bisa menghukum daddy. Baiklah kalau begitu biar daddy hukum diri daddy sendiri"
Flashback on
"Hujan gue kangeeeeen si babi El," teriak Jojo dalam guyuran hujan di tengah jalan yang sepi.
"Gue kangen El Tuhan"
Hujan bisa menyembunyikan air mata kita,kesedihan kita begitu juga Jojo kalau saja tak hujan mungkin Jojo sudah terlihat sedang menangis meraung-raung.
Tubuh Jojo sudah mulai menggigil tapi Jojo tak berniat pergi atau hanya untuk berteduh.
Jojo hanya berjalan dengan pelan dengan terus menunduk menyamarkan kesedihannya dalam hujan sampai tak terlihat ada sebuah mobil yang melaju kencang.
Mobil yang di kendarai supir Gilbert membelah jalanan yang terguyur hujan ingin cepat sampai tujuan setelah mendapat lokasi di mana Jojo sekarang.
Hujan deras menghalau jarak pandangnya sampai tak menyadari di depan ada seongkok anak kecil yang sedang mengadu pada hujan.
Hanya ada jeritan dan dejitan ban mobil yang mengerem mendadak saat terakhir melihat ada seseorang yang sedang berjalan menunduk.
Tabrakan itu sudah tak bisa terelakan lagi tubuh Jojo terpental ke atas dan mobilpun menabrak pohon.
Seketika semua gelap.
Flashback off
Mari kembali lagi dengan duo kunyuk yang sedang rebahan ria di atas rerumputan.
"Pantes aja lo seneng di sini," ucap Jojo sambil terus merilekskan badannya, menikmati segala kenyamanan yang diberikan tempat antah berantah ini.
"Sudah gue bilang kan"
Tiba-tiba saja terbesit sebuah hal di pikiran Jojo. Ia sebenarnya ragu untuk mengatakan hal itu. Namun jika tidak ia utarakan, hal tersebut mungkin akan terus mengganggu pikirannya.
"El gue mau minta ma–"
"Gue udah tau Jo, gue udah maafin lo kok"
Jojo pun tersentak. "Da- darimana lo tau?" Balasnya gugup.
El menoleh dan tersenyum menatap sahabatnya. "Gue gak sengaja mendengar pembicaraan lo dengan kak Dante soal bikin gue sakit"
"Tapi tenang aja, gue gak marah. Malah gue mau berterima kasih sama lo"
"El." Tatapan Jojo menjadi sendu. Ia semakin merasa bersalah.
"Hiks hiks maafin gue El. Gue udah jahat hiks, gue egois, gue brengsek hiks. Gue gak pantes hiks jadi kakak dan sahabat lo"
"Lo boleh hiks benci gue, lo boleh siksa gu–"
"Udah Jo, gue gak benci lo sama sekali. Makasih banyak udah bantu gue keluar dari penderitaan dunia itu"
Jojo menggeleng. "Nggak El hiks, lo gak liat gimana perjuangan daddy dan yang lain demi lo"
El meletakkan telunjuknya tepat di depan bibir Jojo, menyuruhnya diam.
"Ayo mati bersama," ucap El.
To be continued~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hope you enjoy this chapter Selamat malam minggu Jangan lupa istirahat See you Bye bye~