Depresot

25.2K 2.1K 69
                                    

Happy reading
Sorry for typo

"SANTET!"

"Sakit woiii lepas!"

"COOKIES"

"Anjing, lepas!"

"KETUA SETAN!"

"Lepas kaki gue sakit!"

El terus menarik narik kakinya berharap rantai yang disematkan di kakinya terlepas tapi nihil aksinya tetap tak membuahkan hasil. Bukannya terlepas, kakinya kini lecet dan berdarah akibat bergesekan dengan rantai.

"Hiks, sakit kaki gue, udah ampun please lepas"

"LEPAS!" Teriaknya frustasi.

El tidak pernah setertekan ini sebelumnya. Bahkan dengan menangis pun tidak mampu mengurangi rasa sedih, kesal, dan marah yang El rasakan. Karena tidak tahu harus berbuat apa, El hanya menangis tersedu-sedu sambil menenggelamkan wajahnya di lipatan lututnya.

Beberapa jam terlewati, posisi El masih sama, tak lupa matanya yang mulai membengkak dan hidungnya yang sudah tersumbat membuat ia harus bernapas melalui mulut.

Sedari awal El memikirkan takdirnya yang begitu miris. Ia senang doanya akan bersama keluarga kandungnya terkabulkan namun sekarang ia menyesal. Lebih baik bersama keluarga orang lain yang menyayanginya sepenuh hati dibandingkan seperti ini. El hanya ingin kehangatan sebuah keluarga, itu saja. Apakah itu susah untuk dikabulkan untuk anak terbuang seperti dia?

"El?"

El tidak menanggapi panggilan dari Gilbert. Ia masih berkelana di dalam pikirannya sendiri.

Sampai tepukan di bahu El membuyarkan lamunannya sendiri melihat sang ketua setan yang datang El langsung membaringkan tubuhnya membelakangi Gilbert.

Gilbert yang melihat wajah El yang sudah kacau seketika merasa iba dan kasian tapi El kalau tak diberikan hukuman tak akan jera padahal semua keluarga El sangat sayang pada El.

Gilbert meraih ponselnya di saku celananya dan menghubungi kedua anaknya untuk segera datang karena keadaan El tidak baik baik saja.

"Hey boy, kenapa? Kamu sakit?"

"Ah, lihatlah kaki kamu sampai berdarah seperti ini kau apakan kakimu hm?" Gilbert membuka rantai yang sudah banyak darahnya dari kaki El yang terluka. "Jangan sekali kali kau melakukan ini lagi!" Peringat Gilbert.

"Bodo! Dari tadi gue teriak-teriak tapi kalian semua gak ada yang mendengar. Punya telinga itu dikorekin jangan dijadiin pajangan doang," sewot El kesal.

"Apa kamu mau sekalian dijahit mulutmu El! Daddy peringatkan sekali lagi jangan harap kamu bisa mendapatkan hukuman yang ringan saat kamu melakukan kesalahan lagi!"

"Ada apa Dad?" Tanya dua orang setan yang baru datang.

"Lihatlah adikmu, kakinya terluka dan mungkin sebentar lagi dia akan dilanda flu karena terlalu banyak menangis"

Dante langsung menghampiri El yang masih setia memunggungi mereka semua dengan sekali sentakan Dante membalikan badan El.

Dan benar saja, wajah El sudah sudah berubah dengan mata sembab ,hidung merah, dan bibir yang sedikit gemetar menahan tangis.

"Berbaringalah yang benar, kakak akan memeriksamu"

"Tidak usah aku gak butuh, yang aku butuhkan hanya kebebasan," kesal El.

"Oh boy, ayolah kebebasan apa yang kau mau?" tanya Gilbert.

El bangkit dari tidurnya dan berdiri di atas kasur seraya menatap tajam ketiga setan tersebut. "Biarkan aku pergi dari sini sebelum aku mati berdiri di sini!" Sentak El sudah tak peduli dengan balasan tatapan tajam dari trio setan.

"ELNATHAN!" Sentak Gilbert tak kalah dengan El.

"Apa? Mau bunuh gue? Bunuh aja, gue udah engga punya siapa-siapa dan itu lebih baik daripada gue disiksa sama trio setan kaya kalian!"

Terdengar gemelatuk gigi-gigi di ketiga manusia yang sedang menahan emosi yang akan memuncak dan mengeluarkan lavanya.

Dengan cepat Dante mencengkram tangan El dan menusukan benda musuh bebuyutan El membuat El memekik kaget sekaligus takut.

"Akh... Lepas sakit!" Teriak El.

Tapi tak lama tubuh El mulai terkulai lemas dan mata El mulai sayu ingin menutup tapi mulut El masih bisa mengumpat di saat saat kesadarannya hilang.

"Gue bakal balas semua perbuatan kalian trio setaaan"

Brug

Badan El luruh di tangan Dante dan sudah tertidur pulas dengan nyamannya, sengaja Dante melakukan itu, Dante tak mau melukai adik nakalnya lagi.

•••

Di tengah malam yang dingin dan sunyi El terbangun dari tidur nyenyaknya. Ia melihat sekeliling, kosong dan gelap. Kamarnya hanya disinari cahaya kuning dari lampu tidur silikon berbentuk kucing yang berada di atas nakas. Tidak ada satupun setan yang menemaninya.

Kemudian El beranjak dari kasurnya menuju suatu ruangan di dalam kamar yang ia yakini sebagai kamar mandi. Perlu perjuangan ekstra demi melangkahkan kakinya yang terasa nyeri dan perih. Langkah demi langkah berhasil El lewati, dan kini ia telah berhasil sampai di kamar mandi dengan selamat untuk menuntaskan panggilan alam yang sedari tadi menggebu-gebu.

Selesai dengan proses ekskresi urine-nya, El masih terduduk di toilet dan melamun. Bukannya apa, ia hanya malas berjalan kembali. Namun hal itu tidak bertahan lama. Lambung El telah mengirimkan sinyal ke otak agar segera diisi. Perutnya juga mengeluarkan bunyi-bunyi khas yang dihasilkan kala seseorang lapar.

Dengan sangat terpaksa el harus berjalan ditengah kesakitannya. El menggapai gagang pintu kamarnya dan membukanya perlahan. Saat itu juga dirinya disambut dengan seorang bodyguard yang sedang berjaga di depan kamarnya.

"Ada apa tuan muda?" Tanya bodyguard tersebut.

"Bang ada makanan nggak? Gue laper"

Segera bodyguard tersebut mengeluarkan ponselnya dan menyuruh agar maid membuat dan mengantarkan makanan ke kamar El. "Sebentar ya tuan muda, maid akan membuatkan makanan untuk anda. Mari saya gendong ke kasur agar tuan muda tidak lelah," ucap bodyguard tersebut ramah.

Karena El lelah, ia menerima tawaran dari bodyguard itu. Kalau El sehat, El mah ogah digendong kaya bayi begini.

Saat El sudah diturunkan dari gendongan dan bodyguard tersebut hendak pergi, El mencekalnya. "Jangan pergi bang, gue kesepian," ucapnya lirih.

Jake tersenyum mendengar permintaan tuan mudanya. Ia kemudian mebalikkan badannya ke hadapan El. "Ada yang bisa saya bantu lagi tuan muda?"

"Haiisshh... Gak usah panggil gue tuan muda panggil El aja, mulai sekarang kita temenan, siapa nama lu bang? Sini duduk, kita ngobrol-ngobrol sebentar." El menepuk-nepuk bagian kasur di sebelahnya menyuruh agar Jake duduk.

"Nama saya Jake tuan muda dan maaf saya tidak pantas duduk bersebelahan dengan tuan muda"

El berdecak, ia kemudian menarik lengan Jake dan berakhirlah Jake terduduk di sebelah El. "Gue ini bukan dewa yang perlu dihormati segitunya. Bang kenapa lu bisa tahan sih punya majikan kek setan gitu bentukannya? Mending lu kerja yang lain deh bang daripada jadi babu setan. Gue yang jadi anak dadakannya aja kagak kuat"

Jake terkekeh mendengar pertanyaan El. Ternyata anak nakal ini butuh teman buat gibah.

"Eh si Abang Jake, bukannya jawab pertanyaan El malah ketawa"

"Mereka tidak seburuk yang anda kira tu- eh maksud saya El. Saya yakin 100% keluarga El pasti sayang dengan El hanya cara mereka menyampaikan rasa sayang mereka yang mungkin tidak sesuai dengan keinginan El"

El termenung sejenak, mencerna perkataan Jake. "Cobalah buka hati El kepada mereka, saya percaya mereka melakukan semua hal ini karena mereka sayang El." El mengangguk menanggapi saran Jake.

"Oh iya bang, kok gue lihat-lihat keluarga setan isinya batang semua, emak gue kemana?"

To be continued~

BABY/I ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang