Keluarga baru

34.2K 2.6K 37
                                        

Happy reading
Sorry for typo

El itu sedari orok sudah ditakdirkan dengan membawa satu kelainan pada sistem kekebalan tubuhnya atau sering disebut dengan autoimun yang tak bisa sembuh sampai nanti El tiada.

El sebenarnya lemah hanya saja El tak ingin dibilang lemah, jadi ia menutupi semua itu El menjadikan pandangan orang lain seakan-akan dirinya kuat.

Tubuhnya mengalami defisiensi terhadap penyerapan vitamin B12.
Vitamin B12 berfungsi dalam pembentukan eritrosit. Jika tubuh tidak dapat menyerapnya maka jumlah eritrosit akan berkurang sehingga menyebabkan anemia yang disebut anemia pernisiosa.

El yang intoleran terharap laktosa alias alergi susu malah memperparah penyakitnya. Susu banyak mengandung vitamin B12 yang sangat diperlukan tubuh, karena tidak dapat mengonsumsinya, setiap hari El harus mengkonsumsi obat atau suplemen B12 karena El yang tak mau kalau harus berurusan dengan musuh bebuyutannya si benda tajam kecil yang dapat menembus kulit mulus El.

Ish kalau El bisa, El akan memusnahkan musuhnya itu. Tapi hal itu tak mungkin karena El tak akan mampu menyerang ribuan bahkan jutaan benda kecil tajam itu.

Cita-cita El adalah menemukan si penemu musuh bebuyutannya itu lalu ingin El maki sampai El puas, karena dia semua orang yang takut akan benda kecil itu menjadi sengsara.

Tapi ya sudahlah itu tidak mungkin terjadi toh El juga engga kenal siapa si penemu jarum, yang pasti El akan sekuat dan sebisa mungkin akan menghindari dari musuh bebuyutannya, andai bisa diajak gelud mungkin El akan lakukan.

"Akh... ANJING, BABI, SETAN!" Teriak El dengan kencang saat mengetahui tangannya tertembus musuh bebuyutannya. Kurang ajar sekali dokter gadungan itu mengambil kesempatan saat El tertidur.

Mendengar itu sontak semua yang ada di ruangan El terlonjak kaget. Gilbert, Clovis, dan Dante yang baru saja duduk-duduk manis di sofa dekat brankar El sudah dikejutkan dengan teriakan si bocah nakal.

"Siapa ini yang berani nusuk tangan gue?!" Tanya El pada mereka yang sedang menatap tajam El.

"Baby, mulutnya mau daddy jahit?" Ah Gilbert sekarang tahu bagaimana kesalnya Dante menghadapi El.

"Lo tukang jahit ya? Kalau mau jahit, jahit tuh baju bukan mulut gue!" Sewot El kesal.

"ELNATHAN!" Sentak Dante.

"Apa dokter gadungan?" El mencoba berani dengan mereka dengan membalas tatapan tajam mereka.

"Seperti ini kelakuanmu baby?" Tanya Clovis yang mulai tersulut emosi dengan kelakuan tidak sopan El.

"Ini lagi, lo siapa sih? Baby, baby BABI KALI!"

"Astaga baby bahasamu kasar sekali. Saya Clovis, kakak pertamamu, ini daddy Gilbert selaku ayah kandungmu, dan ini Dante, kakak keduamu," jelas Clovis.

"Maafkan saya tuan-tuan yang ternista, saya nggak punya kakak sama daddy, yang saya punya itu tante Viona, om Arga, si anjing Jojo, dan tak lupa si manis Mincret," elak El.

Gilbert langsung menyodorkan selembar kertas berisikan hasil tes DNA. El pun membaca kertas tersebut. "Halah... Palingan ini juga tipu muslihat kalian. Kalau mau mungut anak gak usah mungut gue, gue sudah laku"

"Percaya atau tidak percaya itu urusan kamu, daddy tidak peduli. Yang terpenting hasil tes itu adalah bukti bahwa kamu putra daddy"

"Berisik! Buka neh benda laknat." El menyodorkan tanganya yang sudah kebas kepada Dante.

Astaga, inikah yang dinamakan ujian kehidupan? Kesabaran mereka benar-benar harus dilatih ketika menghadapi baby kecil mereka, El.

"Gak," balas Dante singkat, padat, nyelekit.

El berdecak sebal. Tiba-tiba saja sebuah ide brilian muncul di benaknya. "Dia pikir gue gak bisa lepas ini jarum sendiri? Liat aja, gue bakalan lari sejauh-jauhnya dari sini," batin El. Ia hanya perlu menemukan timing yang tepat untuk menjalankan aksinya.

•••

"Ututututu kasiannya adik kakak. Mangkanya jangan bandel, liat kena batunya sendiri kan?" Kekehan kecil terdengar dari mulut Clovis.

El melengos. Kini kakinya malah diborgol oleh Dante bangke itu. Sialan! Kenapa badannya tidak ingin berkompromi saat kabur tadi. Ia tiba-tiba pingsan tepat di hadapan Clovis ketika Clovis menghadangnya di koridor. Malu, El sungguh malu.

Clovis tersenyum melihat ekspresi El yang sungguh menggemaskan. "Ya udah, jangan ngambek gitu dong mukanya jadi jelek tuh. Makan dulu yuk, baby belum makan siang loh"

El menoleh ke arah Clovis dan memanyunkan bibirnya beberapa sentimeter kemudian menjulurkan lidahnya. Wajah ganteng kaya member bities ini dibilang jelek, kan gak logis.

"Ayo aaaa..."

Mata El seketika melotot melihat makanan yang disodorkan Clovis. "LO MAU BUNUH GUE YA?" Sentaknya sambil menjauhkan badannya dari Clovis.

Clovis bingung dong, perasaan dia hanya ingin menyuapi El creamy chicken soup. Apa yang salah?

"Ada apa baby?"

"Gue alergi susu"

Clovis pun mengangguk paham ia mengembalikan mangkuk itu kembali ke meja. Ia mengusap pelan pucuk kepala El seraya berkata, "maafkan kakak ya."

Hati El terasa menghangat karena perlakuan Clovis, ia kemudian mengangguk tanda ia menerima permohonan maaf Clovis.

"Ah iya, tolong jangan menggunakan bahasa gaulmu itu nanti bisa kena hukum daddy atau Dante loh kalau mereka tahu," peringat Clovis.

El kembali mengangguk membuat Clovis tidak mampu menahan rasa gemasnya. Ia mencubit pipi chubby El yang halus seperti pantat bayi dan empuk seperti bakpao.

El memekik tidak suka dengan kelakuan Clovis, cepat-cepat ia menyingkirkan tangan Clovis. "Ini pipi bukan squishy," kesal El.

Pintu ruang inap El terbuka, Dante masuk dengan membawa laptop dan beberapa berkas di tangannya. Perhatian Dante kini terpusat pada mangkuk El yang sepertinya belum terjamah sama sekali.

"Kenapa belum makan?" Dante menatap tajam adik bungsunya.

"Baby El nggak suka, tadi udah aku coba bujuk baby El nya malah marah-marah." Clovis sengaja menggoda El seketika wajah El langsung memerah tanda marah.

Apa-apaan si muka datar satu ini sekate-kate bilang kalau El engga mau makan, mana ada? Yang ada El kelaparan banget, apalagi tadi udah main Squid game sama Dante pikir El.

"Ngelunjak lo ya! Mana ada gue nggak mau makan yang ada gue kelaperan!"

Clovis sudah ingin meledakan tawanya tapi di tahan takut adiknya malah menjadi setan terkutuk lagi.

"Terus?" Tanya Dante sudah menyembulkan tanduk setannya mendengar El dengan bahasa gaulnya tapi dia tahan ingin tau alasan El kenapa tidak mau memakan makanannya.

"Gue alergi susu," lirih El takut sekaligus malu.

"Pantas saja"

Akhirnya Dante mengetahui penyebab penyakit El menjadi semakin parah. Mungkin kedepannya Dante harus extra mengawasi kesehatan El.

"Apa?" Sentak El karena sedari tadi Dante melihat El dengan tatapan berbeda seakan-akan ada yang Dante sembunyikan.

Dante hanya menggedikan bahunya acuh membuat El kesal belum juga seminggu El sudah tak kuat dengan kekuarga barunya apalagi El harus hidup selamanya dengan mereka ini. Neraka bagi El.

To be continued ~

Selamat tahun baru 2022 semuanya...
Semoga di tahun ini kita bisa lebih baik lagi dibanding tahun sebelumnya
Fighting!

BABY/I ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang