01. Pagi yang rusuh

4.4K 374 38
                                    

***

Setelah mendengar pengumuman di group sekolah jika ada perombakan untuk sistem mengajar yang mengharuskan siswa cewek dan cowok disatukan dalam satu kelas, Karina selaku ketua kelas merasa sakit kepala karena protesan dari teman-temannya.

Sejak tadi malam puluhan chat masuk dalam group kelas, dan menyuruhnya agar mengajukan bantahan pada sang guru.

"Emang gue bisa apa? Kalo boleh milih juga gue nggak mau ikutin peraturan barunya." Gadis berambut hitam panjang itu meletakan ponselnya kasar dan duduk di kuri ruang makan.

"Ada apa sih Nak? Pagi-pagi udah marah nggak jelas?" ucap si Mama yang melirik putrinya seraya mendekat dengan semangkuk nasi goreng.

"Itu Ma, anak-anak yang lain pada protes karena peraturan baru sekolah yang sekarang malah gabungin gedung A sama B. Jadi siswa cowok sama cewek gabung deh kelasnya."

"Terus, kenapa kamu yang jadi pusing?" Kini sang Papa mendekat seraya menggulung sedikit tangan kemeja putihnya.

"Karena menurut mereka, sebagai ketua kelas aku harusnya bisa ngajuin keberatan ke wali kelas Pa. Emang Karina anaknya yang punya sekolah apa? Yang nggak-nggak aja."

Si Papa tersenyum mendengar kekesalan putri semata wayangnya itu. "Kamu tu Nak, segala dipikirin. Udah, tinggal dimute aja itu group. Biarin mereka ngedumel sendiri di group."

"Bener tu kata Papa, dari pada bikin pusing kepala kamu mending tinggalin aja," timpal sang Mama seraya mengambilkan nasi untuk sang suami.

"Kalo bisa sih enak, iya kalo di rumah bisa lolos, kalo ketemu di kelas? Gimana coba? Bisa makin murka mereka karena aku nggak respon."

"Emang gitu?" Sang Papa bertanya untuk kesekian kalinya seraya menyendok nasi gorengnya.

"Asal tau aja ya Pa, anak-anak itu seremnya ngelebihin preman. Tau deh orang tuanya pada ngasih makan apa di rumah."

"Nggak kayak Mama ya sayang, kalo Mama mah ngasih makan kamu nasi goreng tiap pagi."

Karina berdecak mendengarnya. "Iya sih Ma, tapi lama-lama bosen juga."

Bella hanya tersenyum geli seraya melirik sang suami yang mengangguk setuju akan ucapan sang putri. "Iya deh maaf, nanti besok-besok Mama masak yang lain deh."

Karina tak menggubris, bukannya nggak peduli sih tapi lebih ke bosen soalnya omongan kayak gitu udah sering diucapin Mamanya, tapi kenyataannya apa? Hampir tiap hari mereka sarapan menu yang sama.

Padahal kan si Mama Dokter ya, masa nggak paham soal kesehatan keluarganya?

Fakta utamanya sih karena emang mama nggak bisa masak menu lain.

"Oh ya Pa, hari ini Mama izin pulang telat ya soalnya mau liat rumah sakit cabang yang bentar lagi mau dibuka."

"Pulangnya mau dijemput?"

"Nanti Mama kabari aja deh Pa, kalo nggak ada supir baru deh Mama suruh Papa jemput."

"Ya udah deh kalo gitu." Kini matanya melirik Karina yang sibuk menghabiskan sarapan miliknya. "Kamu pergi bareng Papa kan?"

Utopia ( Aespa x Nct Dream )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang