34. Cewek bar-bar

953 130 46
                                    

***

Gisella terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit, ditemani oleh Candra juga Megan. Sang dokter memeriksanya sejak tadi, juga seorang suster yang sibuk memasang selang infus pada punggung tangan remaja putri itu.

"Dok, ini anak saya kenapa ya? Masa cuma karena nyeri haid bisa sampe lemes banget begini?"

Candra yang penasaran pun ikut menatap sang dokter. Saat pertama kali melihat, dia sangat panik dan ketakutan. Ditambah lagi karena Megan yang bukan malah menenangkan namun justru berteriak, membuat sang remaja lebih takut lagi.

Sosok wanita berjas putih itu tersenyum sembari melirik Megan yang berdiri di hadapannya. "Gisella begini karena kayaknya dia juga ada gejala magh Bu. Jadi nyerinya berkali lipat, makanya dia sampe hampir pingsan menahan rasa sakit."

"Magh?" tanya Megan memastikan, yang tentunya dijawab dengan anggukan oleh sang dokter. Mata itu beranjak menatap wajah pucat sang putri tunggal. "Nak, kamu sering telat makan? Udah Mama bilang jangan makan bakso terus Gisella, nasi tuh di makan Sayang biar perutnya enggak kenapa-kenapa."

Gisel makin meringis mendengarnya. Di saat seperti ini dia malah kena marah, bukannya disayang oleh sang mama.

"Kamu tuh ah, bikin Mama khawatir aja tau."

Candra pun ikut merasakan hal yang sama. Dia begitu khawatir melihat keadaan Gisel sekarang, ditambah dia hanya diam tanpa mau mendebat seperti biasanya.

"Jadi gimana sekarang, Dok?" tanya Megan kembali.

"Kita rawat dulu ya, dua hari mungkin. Biar Gisella bisa istirahat dan mendapatkan perawatan di sini."

"Ya udah kalo gitu baiknya. Saya enggak masalah Dok."

"Tapi, Ma...." Gisel hendak meraih tangan sang mama, namun tubuhnya masih terlalu lelah.

"Kalo begitu, Saya permisi dulu ya Bu."

"Iya, Dok. Terimakasih banyak."

Sosok itu tersenyum sebelum akhirnya mengambil langkah menjauh bersama sang suster. Menyisakan Megan dan Candra yang sejak tadi selalu setia mendampingi Gisella.

"Gi, kamu sama Candra dulu ya. Mama mau urus administrasi sekalian telpon Papa, jangan bawel sama Candra kamu. Inget, dia yang bantuin kita ke sini."

Gadis itu tak menjawab, dia hanya melirik Candra yang kini duduk di sudut ranjang.

"Can, Tante titip Gisella bentar ya."

"Iya Tan."

Sang mama berdiri tanpa menunggu, melebarkan langkah menjauhi kedua remaja itu dan keluar tanpa menunggu lebih lama.

Sepeninggalan Megan, Gisel berusaha bangkit dan duduk bersandar. Candra hendak membantunya, namun Gisel sudah lebih dulu duduk dan menatap wajahnya.

"Elo udah ngerasa lebih baik, Gi?"

Gisel menggeleng pelan mendengarnya. Ya, rasa sakit itu perlahan mulai menghilang namun tetap saja masih menyisakan siksaan bagi tubuh Gisel.

"Makasih yaa, Can karena elo udah bantuin gue tadi."

"Jangan gitu, udah jadi kewajiban gue buat bantuin elo."

Utopia ( Aespa x Nct Dream )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang