35. Senja sore itu

791 124 17
                                    

***

Setelah menghabiskan waktu hampir satu jam untuk mengobrol, kini beberapa remaja itu memutuskan untuk pulang dari rumah sakit. Candra berjalan paling belakang sambil sesekali melirik pintu ruang inap Gisel.

Nara yang menyadari kebungkaman Candra pun melirik remaja itu yang tertinggal cukup jauh di belakang. Dia tersenyum samar dan berbalik mendekati sang sahabat, Winter yang melihat pun hanya mampu melanjutkan langkah di sebelah Karina.

"Mikirin apa lo?"

Wajah Candra yang tertunduk lantas melirik Nara di sebelahnya. "Enggak ada."

"Udah tenang aja, Gisella pasti sembuh kok. Ini rumah sakit termasuk bagus loh Can, Papi aja pernah dirawat di sini. Jadi jangan mikir macem-macem ya."

Ada perasaan lega dalam hati Candra setelah mendengarnya. Dia tersenyum samar guna menghilangkan pikiran-pikiran buruknya.

"Makasih Nar."

"Alah, sok iye lo. Jadi diri sendiri aja, gue lebih seneng."

Senyumnya makin melebar karena ucapan Nara. Sejak datang Candra memang diselimuti kecemasan akan kondisi Gisella, apalagi saat Marka datang dan memancing keributan. Semua jadi makin menegangkan bagi Candra, beruntung dia tak sendiri dan secara tak langsung pula Gisella memberikannya kekuatan.

Di saat semua orang tengah bergegas untuk pulang, getar ponsel milik Candra membuatnya memperlambat langkah. Nara yang melihat pun hanya bisa diam sembari menatap para remaja di depan sana.

"Dari Gisel," jelasnya membuat Nara hanya mengangguk pelan.

Jemari itu membuka tanpa menunggu, penasaran akan isi pesan yang baru saja dikirim oleh Gisella.

Ibu Negara😈

Can, sekali lagi makasih ya karena elo udah bantuin mama buat bawa gue ke RS. Dan soal Kak Marka, sorry karena elo sampe disalahin sama dia. Gue enggak tau harus ngomong apalagi, pokoknya makasih banyak buat hari ini dan juga, hati-hati.

Raut wajah itu berubah cerah dan lega, lebih lepas dari sebelumnya. Candra memasukan kembali ponsel itu ke dalam saku dan menyetarakan langkah bersama Nara.

"Enggak dibales?" tanya Nara bingung karena tak melihat sosok itu membalas pesan sebelumnya.

"Gue lagi berusaha merebut hatinya mama Gempi."

"Dengan cara?"

"Cuekin dialah, kata Tante Megan sih gitu. Udah elo enggak bakal paham karena gue juga gitu." Candra tertawa sendiri mendengar penuturannya barusan.

"Enggak jelas lo."

Candra mengangguk cepat menyetujui ucapan sang remaja. "Bener, gue mulai enggak jelas sejak kenal cinta."

Nara makin mual mendengarnya. Dia lebih memilih diam karena tak ingin makin pusing mendengar ocehan Candra.

"Eh Nar, elo pulang bareng Winter?"

Remaja itu mengangguk membenarkan pertanyaan sang sahabat. "Gue yang bawa pergi, gue juga harus nganterin pulang dong."

Mata Candra memicing memperhatikan raut wajah Nara yang entah mengapa terasa berbeda di mata Candra. "Nih maaf-maaf aja ya, sejak kapan elo bisa deket sama cewek begini. Apalagi si Winter, suka lo jangan-jangan? Iya?"

Utopia ( Aespa x Nct Dream )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang