08. Setia kawan

1.7K 226 2
                                    

***

Bening melangkah lunglai memasuki rumah. Setelah tadi di sekolah sempat masuk ke UKS dan mendapatkan perawatan, namun perutnya masih saja merasa tak enak.

"Ka-kakak." Boni berlarian menghampiri Bening yang baru saja meletakan ransel ke atas sofa dan hendak merebahkan diri sebentar.

"Apa sih Dek, Kakak lagi sakit perut nih. Nanti aja kalau mau main ya." Tanpa kejahilan seperti biasanya, Bening hanya menanggapi dengan suara lirih.

Namun, Boni yang masih belum paham betul hanya terus mendekati sang kakak. Mencolek tubuhnya bahkan menarik-narik seragam Bening tanpa ragu.

"Aaa, Mama!"

Mendengar suara teriakan itu, Boni terkejut dan menangis di tempat. Bening makin kesal saja, dia berusaha bangkit dan memegang punggung adiknya. "Aduh jangan nagis dong, kan Kakak udah bilang kalau lagi nggak mau main sekarang."

Namun tangis Boni makin menjadi-jadi membuat Jeni yang tadinya ada di dapur keluar seketika.

"Ada apa sih Ning? Kenapa adeknya nangis?" Matanya berkilat menatap sang anak sulung yang meringis menahan sakit.

"Bening lagi nggak kau main sama Boni Ma, perut Bening lagi sakit. Tapi si adek ngeyel," jelasnya tak terima karena Jeni memarahinya.

Dengan cepat wanita itu menggendong si bungsu guna menenangkannya. "Udah ya Sayang, Kakaknya baru pulang. Nanti aja mainnya ya Nak."

Bening mendesah seraya bersandar di sofa, membuat sang ibu kembali meliriknya bahkan duduk di sebelah Bening.

"Kamu kenapa sih?"

Gadis itu kembali merintih, dia bahkan mendekatkan wajahnya ke bahu sang ibu seraya meringis kesakitan. "Aku sakit perut Ma."

"Sakit perut kenapa? Kamu habis makan yang aneh-aneh apa gimana sih?" Sepemarah apapun Jeni, dia akan tetap merasa khawatir saat melihat putri sulungnya seperti itu. Jemarinya perlahan terulur menyentuh perut Bening.

"Yang mana yang sakit, Mama bikinin teh anget ya."

Bening menggeleng pelan seraya menunjukkan wajah memelasnya. "Nggak mau Ma, aku mau tiduran aja di kamar."

"Ya udah, masuk sana. Mama tidurin Boni dulu, habis itu temenin kamu, ya."

Bening mengangguk perlahan, tubuh itu bangkit dan berjalan menuju kamar tidurnya. Sedang Jeni kini kembali bangkit dengan Boni yang masih ada dalam gendongannya.

Mendekap erat bocah kecil itu seraya menepuk-nepuk pelan punggungnya agar segera tidur karena sudah jamnya Boni tidur siang.

"Tidur ya Sayang, Mama mau urusin Kakak kamu dulu habis ini." Jeni melirik mata Boni yang perlahan meredup karena dengan sengaja Jeni menggoyangkan badannya, membuat Boni merasa sedang ada dalam ayunan.

Si kecil harus tidur jika Jeni ingin lebih leluasa mengurus Bening.

.

.

Kini sang Mama berjalan mendekati ranjang Bening. Dia bisa melihat jika sang putri terbaring seraya memegangi perutnya. Jeni duduk di dekat Bening tanpa menunggu, mengulurkan teh hangat yang sebelumnya sudah dia buat.

Utopia ( Aespa x Nct Dream )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang