***
Winter tersenyum menatap anak-anak yang berebut roti saat Nara mengizinkan mereka untuk mengambil satu per satu.
"Pelan-pelan yaa, semua pasti kebagian kok."
"Iyaa Sayang, Kak Nara udah bawa banyak untuk kalian semua. Jangan rebutan yaa."
Mata Winter melirik wanita paru bayah yang dia kenali sebagai pengurus panti itu.
"Mereka seneng banget karena kamu dateng, Nak." Matanya melirik Nara kembali sembari menepuk pundaknya pelan, "oh Ya Bu Indri mana? Jadi dateng kan Nak?"
"Jadi kok Bu, tadi katanya udah jalan. Mungkin bentar lagi sampe."
"Oh gitu, ya udah bagus kalo begitu. Ini anak-anak sehari aja enggak ketemu Mami kamu, pada nyariin semua."
Nara tersenyum mendengarnya, ya sosok itu tak melebih-lebihkan karena dia tahu sendiri bagaimana kedekatan sang mami dan anak-anak panti.
Winter ikut tersenyum saat kini mata sang pengurus panti beralih menatapnya, "oh iya Nak. Ini siapa?" tanyanya penasaran.
"Ah iya Bu, saya jadi enggak sempet kenalin deh." Nara menatap Winter segera membuat gadis itu sedikit menggeser tubuhnya maju, "ini namanya Winter Bu, temen sekolah saya."
"Ya ampun cantik banget, pacaranya Nara ya?" tanya ibu itu sembari mengulurkan tangan, "kenalin, nama Ibu Diana. Yang ngurus panti."
"Eh? Bukan kok Bu, kita temen," elak Winter membuat sang ibu tersenyum melirik Nara. Sedang laki-laki itu hanya menatap canggung keduanya.
"Ohh temen, iya deh temen."
Entah mengapa sang ibu tak percaya akan ucapan Winter, matanya menatap kedua remaja itu berganti. "Ini kok mukanya rada enggak asing ya, kayak pernah liat gitu. Tapi di mana?"
Winter pun tak tahu, dia juga tidak bisa mengingat jika benar mereka pernah bertemu.
"Salah orang kali Bu, emang ketemu di mana? Orang Ibu aja di panti terus."
"Yee kamu mah ngeremehin Ibu. Ibu juga sering keluar Nak."
Keduanya tertawa membuat Winter pun ikut tersenyum di tempatnya, dan melihat hal itu sang ibu pun terkejut. Matanya membulat sembari menepukan kedua telapak tangannya, "ya ampun Ibu baru inget. Kamu anaknya Pak pengacara itu kan? Yang beberapa bulan lalu bantu ngurusin masalah sengketa panti asuhan ini."
"Kasus yang sampe bikin Mami drop itu Bu?"
"Iya Nak, bener."
Nara terkejut mendengarnya, dia saja masih ingat bagaimana pucatnya wajah sang mami yang terus menerus memikirkan soal kasusnya.
Winter yang masih bingung pun melirik cepat Nara, laki-laki itu ikut memberikan tatapan tanya yang tak bisa Winter jawab.
"Lupa ya Nak? Tapi kamu bener anaknya Pak Leon kan?"
Gadis itu mengangguk cepat membuat sang ibu makin yakin dengan ingatannya, "i-iya Bu, itu emang Papa Saya."
"Berarti bener, Ibu enggak salah. Senyum kamu tu manis sekali makanya Ibu inget sampe sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Utopia ( Aespa x Nct Dream )
FanfictionKisah tentang 4 cewek dan 4 cowok yang awalnya tak pernah saling sapa atau pun tatap muka karena beda gedung sekolah, tiba-tiba disatukan dalam ruangan yang sama saat sekolah akhirnya membuat keputusan berbeda dalam sistem mengajar. Bagaimanakah ke...