29. Pertemuan kedua

825 117 17
                                    


***


Seperti biasa, sepulang sekolah Winter pasti membantu sang mama yang sibuk dengan urusan toko. Seperti halnya saat ini, dia tengah berdiri sembari memperhatikan Tasya yang sibuk memeriksa bahan baru bersama Tara, salah satu orang terpercaya di toko tersebut.

Keduanya sengaja tak mengajak Winter untuk turut serta, karena pekerjaan yang memang hampir selesai dikerjakan.

Jadilah kini sang putri tunggal itu berdiri tak jauh dari keduanya, sembari memperhatikan para pegawai yang mulai menaruh bahan ke dalam keranjang untuk dimasukan ke dalam gudang. Namun, tiba-tiba saja getar ponsel mengalihkan fokus Winter.

Gadis itu menatap layar ponsel yang menyala, dia bingung saat melihat nomor asing yang tertera di sana. Dengan segera Winter menjawab panggilan tanpa menunggu lebih lama. Dia menepi dari keramaian agar bisa mendengar dengan jelas.

"Halo, assalamualaikum."

Wa'alaikumssalam. Win, ini Tante Indri.

"Oh iya Tan, ada apa ya? Kok sampe telpon segala," tanyanya sembari melirik ke arah sang mama singkat.

Begini, Nak. Tante mau ada arisan di rumah siang ini, sekitar jam 1 siang. Tante mau pesen beberapa roti sama cake ya, bisa Sayang?

Mata Winter kembali melirik sang mama sembari mengangguk cepat, "bisa kok Tan, bisa. Tante mau roti sama cake apa aja? Terus berapa banyak?"

Buat 20 orang Sayang. Variantnya terserah kamu aja gimana bagusnya, nanti total biayanya kamu kirim ke Tante aja lewat chat ya biar bisa langsung transfer.

"Oh iya, siap Tante."

Makasih ya, Win.

"Sama-sama, Tan."

Tanpa banyak basa-basi, sambungan itu diakhiri. Winter yang mendapatkan pesanan pun dengan segera berbalik arah hendak mengatakan semua pada Tasya, namun melihat sang mama yang masih sibuk akhirnya Winter pun memutuskan untuk menyiapkannya sendiri.

.

.

Sesampainya di depan, Winter dengan cepat mendekati salah satu pegawai sang mama. "Mbak Usi, bantuin Winter siapin orderan roti sama cake ya. Buat arisan 20 orang, katanya terserah mau kasih variant apa aja."

Lagi, gadis itu melirik wanita yang kini mendekatinya sembari membawa keranjang. "Biasa yang mana ya, Mbak."

"Arisan, ya?"

Winter mengangguk sembari menatap wajah itu.

"Yang rasanya ringan aja Win, udah biar Mbak yang pilihin variant. Kamu bantuin Mbak siapin boks aja ya."

"Oke Mbak, siap."

Dengan langkah cepat Winter melangkah menuju meja pengemasan. Dia terlihat sibuk sendiri karena pesanan kali ini diminta langsung oleh Indri, maminya Nara.

Karena mengetahui bagaimana baiknya sosok itu, Winter tidak ingin sang tante kecewa atau sebagainya.

Cukup lama waktu yang tersita, sampai akhirnya beberapa box sudah siap di atas meja lengkap dengan plastik sebagai alat pembawanya.

Utopia ( Aespa x Nct Dream )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang