***
Gisel berjalan terburu-buru menuju ruang kelasnya yang bisa dipastikan sepi karena semua anak sedang ada di kantin. Dia berkali-kali melirik ke arah belakang, memastikan jika Candra tidak mengejarnya.
Ya, gadis itu memilih untuk tidak menjawab pengakuan Candra karena dia masih bingung dan juga tentunya gengsi. Namun, bunga mawar itu sudah ada di tangan Gisel, membuat Candra setidaknya bisa merasa sedikit lega.
Dengan terburu-buru Gisel masuk dan mendekati mejanya, membuka resleting ranselnya dan memasukan bunga itu dengan segera. Dia takut jika ada yang melihatnya.
Gadis itu perlahan duduk, dengan perasaan tak karuan dia menatap ranselnya. "Bisa gawat kalo ada yang liat, si Candra bener-bener ya. Gue ampe laper gini dan juga..." kalimat itu menggantung namun jemarinya perlahan memegang dada yang sejak tadi bergejolak tak karuan. "Gue ampe deg degan gini, sekarang harus apa dong? Masih ada satu mata pelajaran lagi yang ngeharusin gue duduk di sebelah dia."
Gisel lemas sudah, dia bingung dan merasa tak karuan. Ingin mengaku jika dia juga suka? Tapi itu tidak mungkin, bisa besar kepala nanti Candra.
Tapi, jika dia hanya diam maka lambat laun Candra juga akan tahu karena gelagatnya.
Entahlah, Gisel sudah seperti orang hilang akal saja saat ini. Gadis itu dengan cepat membenamkan wajahnya di atas ransel hitam miliknya.
Dia malu dan juga bingung.
Dan tepat saat itu juga, Karina dan yang lainnya masuk ke dalam kelas karena sudah selesai istirahat.
"Eh, Sel? Elo di sini? Kenapa enggak nyusul ke kantin sih?" tanya Karina yang terkejut mendapati sang sahabat terkulai lemas di kursinya.
Perlahan Gisel mengangkat kepalanya, mendapati ketiga gadis yang kini menatapnya tanya.
"Elo kenapa? Sakit?" tangan Winter terulur menyentuh dahi Gisel, memastikan dugaannya barusan. "Enggak kok, elo enggak sakit," timpalnya sembari menarik kembali jemari itu.
Bening yang moodnya sudah membaik pun mengamati wajah itu saksama, sang sahabat terlihat sangat mencurigakan hari ini. "Elo dari mana tadi? Kok ampe enggak ke kantin? Elo bawa makanan enak ya? Dimasakin apa sama Tante Megan? Kok elo enggak bagi kita sih?"
Mendengar rentetan pertanyaan itu, kepala Gisel makin pening saja. Dengan cepat dia mendorong jauh dahi Bening dengan jarinya, "apa sih Ning? Makan enak apaan, gue dari tadi belom makan tau."
Ketiganya makin tak habis pikir akan Gisel. Lalu ke mana saja dia selama hampir setengah jam tadi?
Di saat ketiganya bingung memikirkan apa kira-kira yang Gisel alami tanpa sepengetahuan mereka, Candra masuk ke dalam kelas sembari membawa plastik putih di tangannya.
Laki-laki itu dengan segera mendekati keempatnya, Bening yang berada tepat di sebelah Gisel pun dengan segera menepi membuat Candra tersenyum padanya.
Detik selanjutnya laki-laki itu mengalihkan pandangan pada Gisel, jemarinya terulur dengan segera, "nih, elo belom makan kan. Itu ada susu strawberry sama roti, makan dulu ya."
Gisel terkejut bukan main, harus bereaksi apa juga dia tidak tahu, terlebih ada ketiga sahabatnya yang menatap tak mengerti.
"Gue mau bakso," cicitnya pelan membuat Candra tersenyum tak menduga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Utopia ( Aespa x Nct Dream )
FanfictionKisah tentang 4 cewek dan 4 cowok yang awalnya tak pernah saling sapa atau pun tatap muka karena beda gedung sekolah, tiba-tiba disatukan dalam ruangan yang sama saat sekolah akhirnya membuat keputusan berbeda dalam sistem mengajar. Bagaimanakah ke...