***
Nara yang baru saja keluar dari mobilnya tersenyum saat melihat Winter tengah berbicara bersama Leo. Dia enggan untuk mendekat, justru mengambil langkah cepat menuju gerbang sekolah. Setibanya di dalam, laki-laki itu tak langsung masuk lebih jauh. Dia menghentikan langkah dan berniat menunggu sang gadis .selesai di balik gerbang sekolah.
"Papa pergi dulu ya Sayang. Sekolahnya yang bener ya Neng, nanti pulangnya Papa jemput."
"Emang lagi enggak ada sidang, Pa?"
"Kayaknya sih gitu, nanti Papa kabarin kamu ya."
"Iya Pa."
Jemari sang papa terulur menyentuh kepala Winter. "Ya udah, Papa jalan dulu ya Sayang. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumssalam, Pa."
Gadis itu hanya mengangguk sembari tersenyum manis. Leo dengan cepat beranjak masuk kembali ke dalam mobil, pria itu harus pergi bekerja setelah tugas pertamanya selesai.
Tin!
Suara klakson menjadi pertanda, Winter tersenyum sembari melambaikan tangannya ke arah mobil sang papa yang mulai bergerak menjauh.
"Dah Pa!" ucapnya sembari terus melambai dan tersenyum.
Tak lama, Winter kembali berbalik guna melanjutkan langkahnya. Berjalan melewati gerbang dan bergegas masuk ke halaman sekolah.
"Pagi Win!"
Dengan cepat Winter melirik, matanya menatap horor sosok Nara yang kini tersenyum ke arahnya.
"Astagfirullah, Nara? Ngapain di situ? Ngagetin tau."
Nara tersenyum dan memulai langkah mendekati Winter. Keduanya kembali berjalan bersamaan, seolah sudah sangat akrab sejak dulu.
"Sorry, tadi pas dateng gue enggak sengaja liat elo. Jadi gue tungguin deh di sini."
"Ngapain nunggu gue?"
"Yaa biar bareng ke kelas gitu. Enggak boleh emang?"
Winter melirik cepat sosok itu, tanpa ragu sang gadis menatap selidik pada Nara. "Bukannya kemaren ngajakin bolos ya, Pak? Apa jangan-jangan mau culik gue nih sekarang?"
Detik itu juga Nara tertawa, dia tak mengira jika Winter akan mengatakan hal seperti itu. Matanya melirik sekeliling dan kala bertemu pandang dengan siswa lain, Nara pun menghentikan tawanya.
"Enggak mungkin lah gue culik elo, makannya banyak nih pasti."
"Yeeeee enak aja. Gue mah enggak gitu kali."
Nara tersenyum samar, menahan diri agar tak kelewat batas seperti tadi. Dia juga tidak mengira jika akan tertawa hanya karena ucapan Winter.
"Oh iya, elo tiap hari dianter bokap?"
"Kadang-kadang sih, kalo lagi enggak ada meeting pagi. Kenapa emang?"
"Tanya doang kok. Tapi, elo bisa bawa motor?"
Winter mengangguk pelan sembari tersenyum samar. "Dikit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Utopia ( Aespa x Nct Dream )
FanfictionKisah tentang 4 cewek dan 4 cowok yang awalnya tak pernah saling sapa atau pun tatap muka karena beda gedung sekolah, tiba-tiba disatukan dalam ruangan yang sama saat sekolah akhirnya membuat keputusan berbeda dalam sistem mengajar. Bagaimanakah ke...