***
Jeno bergegas memakai sepatu sekolahnya karena si Papa sudah teriak dari tadi. Hari ini memang jatah si Papa yang anter Jeno ke sekolah karena Mama Yoana sedang ada urusan di salah satu salon miliknya.
"Jen cepetan! Nanti macet loh."
"Iya Pa, sabar elah."
Jeno dengan segera bangkit dan berlari menuju mobil dan masuk tanpa ragu.
"Lama amat kamu tu, kayak anak perawan," protes si Papa.
"Jeno kan harus pastiin dulu penampilan Jeno Pa, biar tetep ganteng gitu," tuturnya seraya memakai sabuk pengaman.
"Kamu mah, mau gimana juga tetep kalah dari Papa."
Jeno mendelik sebal, sedangkan sang Papa memilih melaju mobil meninggalkan garasi.
Keduanya kini diam seraya mendengarkan suara radio yang menyala. Jeno melirik keluar jendela dan melihat beberapa remaja berbaris di salah satu gerai milik sang ayah.
"Tumben pagi-pagi udah rame?"
Dimas yang mendengar pertanyaan itu, melirik keluar jendela. Laki-laki dengan kemeja biru itu tersenyum seraya kembali menatap jalanan.
"Ya iyalah rame, hari ini ada program beli satu gratis satu."
Mendengar hal itu, Jeno langsung menatap sang Papa. "Kok bisa? Emang dalem rangka apa Pa?"
"Nggak ada, lagi pengen aja." Dimas menatap Jeno yang terdiam di sebelahnya. "Biar makin laris Nak."
Jeno hanya manggut-manggut menanggapi. Memang benar sih, coffee shope milik Papanya itu cukup terkenal dikalangan pecinta kopi. Mereka juga sering datang karena tempatnya asik buat nongkrong dan banyak spot cantik buat foto.
Pokoknya cocok buat anak-anak kekinian.
"Nanti jangan lupa ajak temen-temen kamu main, sekalian promosiin di akun mereka. Makin banyak yang notis makin bagus kan?"
"Iya deh Pa, nanti sekalian aku suruh si Nara buat ngerayu Papinya buat beli juga. Siapa tahu mau diborong satu toko."
Dimas tersenyum lebar mendengarnya. "Ide bagus tu, punya temen tajir emang harus dimanfaatin Nak."
Jeno hanya tersenyum mendengarnya. "Asal jangan aneh-aneh aja Pa. Nara itu sahabat Jeno loh, jangan lupa."
"Iya Papa tau kok, nggak aneh-aneh Jen. Paling kenceng minta diborong aja kayak kata kamu tadi."
Jeno kembali melirik jalanan yang cukup padat pagi itu. Bener kata si Papa, telat dikit bakal macet itu jalan.
.
.
Di tempat berbeda, Candra yang sudah siap pergi ke sekolah melirik toko bunga sang Umi. Candra tak melihat sosok Uminya, yang ada hanya beberapa pegawai berseragam merah muda.
"Mbak Ani, Umi mana?"
Sosok itu melirik Candra cepat. "Ibu masih di dalem kayaknya Can, dari tadi belum ke sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Utopia ( Aespa x Nct Dream )
FanfictionKisah tentang 4 cewek dan 4 cowok yang awalnya tak pernah saling sapa atau pun tatap muka karena beda gedung sekolah, tiba-tiba disatukan dalam ruangan yang sama saat sekolah akhirnya membuat keputusan berbeda dalam sistem mengajar. Bagaimanakah ke...