***
Winter tersenyum mendekati sang mama yang sibuk menyusun roti juga beberapa kue ke dalam etalase.
"Masih banyak Ma?" tanyanya sembari mengambil alih nampan yang ada di atas meja.
"Eh, Sayang? Kamu udah selesai makan siangnya?"
"Udah Ma." Jemari itu ikut menaruh roti sesuai variant rasa. "Kak Tara masih panggang roti di belakang?" tanya Winter saat yang dia kerjakan sudah selesai.
"Masih satu kali lagi kayaknya, kenapa? Mau bantuin?"
Winter tersenyum pada Tasya, "boleh Ma?"
"Ya udah boleh, tapi jangan bikin kacau ya Sayang. Kasian Kak Taranya."
Gadis cantik itu tersenyum lebar sembari memberi hormat pada sang mama, "siap Ma, aku bakal bantuin aja kok enggak bikin kacau."
"Ya udah, sana masuk."
Tanpa menunggu, Winter melesat menuju ruang belakang di mana sosok chef berada. Tasya memang tidak sendiri, selain beberapa pegawai wanita yang membantu di depan, ada juga satu orang laki-laki yang bertugas membantunya dalam membuat roti juga kue di toko itu.
Winter tersenyum mendekati laki-laki tinggi dengan seragam kebesarannya itu, "Kak Tara," panggilnya, membuat sosok itu melirik dengan segera.
"Eh, Win. Tumben ke belakang, perlu apa?"
Gadis itu menggeleng dengan segera, "enggak kok, aku mau bantu aja. Boleh?"
Gerakan tangan laki-laki itu terhenti, yang awalnya memegang pintu oven kini beralih menarik nampan di atas meja.
"Boleh. Kamu mau bantuin Kakak pisahin yang udah dingin? Biar nanti bisa langsung di bawa ke depan."
Kepala Winter mengangguk, dengan cepat gadis itu melakukan apa yang disuruh. "Ini pangangan terakhir Kak? Kok dikit banget?"
"Iya, kebetulan hari ini Kakak izin pulang lebih awal soalnya mau jemput Mama."
"Tante udah pulang dari Surabaya?"
"Iya, makanya Kakak mau jemput. Takut nanti Mama repot kalo harus naik taksi."
Winter mengangguk pelan, jemarinya terbilang cukup cekatan dalam mengerjakan tugasnya. Maklum, sejak dulu dia memang sering membantu sang mama mengurus toko sebelum adanya pegawai yang membantu.
Gadis itu kembali tersenyum melirik Tara, "Kak, ini udah selesai. Aku bawa ke Mama ya."
"Iya, Win. Makasih ya."
"Sama-sama, Kak."
Winter dengan cepat melanjutkan kegiatannya, dengan nampan besar dia keluar menuju etalase di luar. Namun baru beberapa langkah dia keluar, gadis itu terkejut saat melihat sosok Nara yang kini sedang berbicara bersama sang mama.
"Aduh, Nak. Kalo buat hari ini kayaknya enggak bisa, soalnya yang sering ngerjain mau izin pulang."
Gadis itu dengan segera menaruh nampannya ke atas meja, dia penasaran akan apa yang sedang keduanya bicarakan. Dari apa yang Winter lihat, wajah Nara terlihat sangat putus asa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Utopia ( Aespa x Nct Dream )
FanfictionKisah tentang 4 cewek dan 4 cowok yang awalnya tak pernah saling sapa atau pun tatap muka karena beda gedung sekolah, tiba-tiba disatukan dalam ruangan yang sama saat sekolah akhirnya membuat keputusan berbeda dalam sistem mengajar. Bagaimanakah ke...