36. Curhat sama mertua

520 11 0
                                    

Jangan lupa VOTE DAN KOMEN
Maaf typo dimana-mana

Selamat membaca!!







Ilalang POV

Sepulang sekolah Erika meminta agar pulang ke rumah orang tuanya saja dengan alasan Erika kangen sama ayah dan bundanya. Gue pun mengikuti kemauan Erika, motor gue melaju kearah rumah mertua gue. Kali ini gue menjalankan dengan kecepatan sedang takut Erika meraung-raung lagi karena ketakutan.

Sesampainya di mansion keluarga Mackenzie Gue dan Erika langsung memasuki rumah mertua gue tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Sopankah begitu?

"Assalamualaikum bunda" ucap gue dan Erika bersamaan

"Waalaikumsalam eh sayang kok gak bilang dulu mau kesini?" Sahut bunda memeluk tubuh Erika.

Erika dengan sigap membalas pelukan bundanya, tidak terasa air mata Erika mulai menetes membuat bunda khawatir melihatnya.

"Loh sayang kamu kenapa nangis?" Tanya bunda khawatir

Sedangkan gue hanya bisa diam dan tertunduk, bagaimana ini? Apakah gue harus ngomong sama ayah dan bunda Erika? Malu lah njing! Tapi kalau gak ngomong gimana kalau Erika yang memberitahu mereka terlebih dahulu, lebih malu lah!

"Lang?" Panggil bunda

Karena gue ini orangnya pekaan langsung saja menyuruh Erika untuk beristirahat terlebih dahulu di kamarnya.

Setelah Erika memasuki kamarnya, akhirnya gue dan bunda bisa berduaan tanpa adanya Erika. Gak macem-macem ya njrot, gue cuman pengin ngomong pribadi aja sama bunda.

"Ayah mana Bun?" Tanya gue menyapu seluruh ruangan keluarga

"Ah iya, ayah ada lagi di belakang ngurusin tanaman" jawab bunda, gue hanya bisa manggut-manggut.

'aduh harus dimulai dari mana ya?' batin gue bingung

Gue merilekskan tubuh dan pikiran gue supaya tenang saat berbicara, dan tidak salah saat berbicara kepada bunda. Awalnya gue ragu-ragu tapi setelah beberapa menit kemudian baru gue bisa bercerita kepada bunda.

"Jadi gini bun anu-em itu Bun ak...."

"Wah, hello boy! Kamu ngapain kesini?" Suara bariton milik ayah terdengar sangat lantang diruangan keluarga

"Ayah ini gimana! Emang gak boleh Ilalang kesini hah? Ilalang juga kan udah jadi anak kita yah!" Tegur bunda menatap tajam ayah, gue yang melihatnya hanya bisa terkekeh kecil

Ayah duduk disamping gue, keadaan gue sekarang semakin takut kalian tau hati gue sekarang gimana? Dag Dig Dug seeeerr pokoknya!

Kenapa harus ada ayah!

"Gini yah, Bun. Chandra nangis itu gara-gara....."

"Hah kamu apain Chandra boy? Kenapa dia bisa nangis?" Lagi dan lagi ayah hanya bisa memotong pembicaraan gue. Tangan gue terkepal kalau saja bukan ayah mertua sudah habis detik ini juga!

"Ayah! Dengerin dulu!"

"Hehe maaf Bun spontan hehe"

"Jadi gini Chandra nangis gara-gara anu-em itu anu" gugup gue

Kedua mertua gue hanya bisa menatap aneh kearah gue

"Anu anu anu apa?" Tanya ayah

"Karena Ilalang udah gitu sama Chandra" anjir hebat banget gue bilang gini didepan kedua mertua gue.

Mata ayah dan bunda saling pandang seketika, siap-siap nih gue dapet Bogeman dari ayah karena udah merawanin Erika. Anjir gak bisa dibayangkan kalau gue dipukul sampe abis? Gimana Erika? Apakah dia bakalan jadi janda muda? Ah lupakan

ILALANG (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang