20

1.8K 124 4
                                    

"bil kamu duluan aja deh ke masjidnya, aku mau ke ruang pak Varel dulu." ucap Syahla dia teringat ada janji ketemuan dengan Varel.


"Ngapain?" tanya bila.

"Semalam pak Varel nge chat aku suruh kesana, mau ngomong sesuatu katanya." jawab Syahla.

"Jangan jangan mau lamar kamu lagi." tebak bila.

"Ngomong apa sih kamu, gak mungkinlah, paling bahas mapel kuliah aja, lagian aku kan udah nikah." ucap Syahla.

"Iya deh yang udah nikah mah beda, Yaudah aku ke masjid duluan ya, assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Syahla menuju ruangan Varel, dia mengetuk pintu terlebih dahulu. Terdengar suara dari dalam.

"Siapa?" tanya Varel di dalam sana.

"Saya Syahla pak." Varel membuka pintunya dan tersenyum ke arah Syahla dan Syahla membalasnya dengan senyuman singkat.

"Ada apa ya pak manggil saya?" tanya Syahla. Dari gelagat nya sepertinya Varel sedang salah tingkah membuat Syahla heran melihatnya.

"Pak... Katanya bapak mau berbicara sesuatu, apa?" tanya Syahla lagi. Varel berdehem menetralkan jantungnya.

"Begini Syah. Apakah kamu sudah memiliki calon suami?" tanya Varel.

Perasaan Syahla jadi tidak enak. Apa jangan-jangan pak Varel akan- Syahla menggeleng mencoba membuang pikiran yang tidak tidak.

"Ehm emangnya kenapa ya pak?" tanya Syahla.

"Ah, tidak apa apa. saya hanya ingin tau aja." Varel mengusap tengkuknya yang tidak gatal.

"Syah apakah jika ada orang yang ingin melamar kamu, kamu akan menerima nya?"

Syahla dibuat makin deg degan dia menelan ludahnya. "Maaf pak, langsung ke intinya aja."

Keadaan hening sejenak.

"Syahla." panggil Varel.

"Iya pak?"

"Apakah kamu mau menjadi istri saya dan menjadi ibu dari anak anak saya kelak?" ucap Varel. Seketika tubuh Syahla menegang, apakah dosennya ini sekarang sedang melamar nya, Syahla bingung harus menjawab apa.

"Bapak melamar saya?" Tanya Syahla ragu.

"Iya, bagaimana kamu mau?"

Syahla mengatur nafas nya, "Gimana ya pak, mohon maaf pak sebelumnya, Syahla gak bisa menerima lamaran bapak." ucap Syahla takut takut, terlihat wajah kecewa dari Varel.

"Apa alasan kamu menolak saya? saya mapan, saya juga paham ilmu agama dan saya bisa memberikan segalanya buat kamu, apa yang kurang dari saya."ucap Varel membanggakan diri nya sendiri, Varel sangat kecewa Syahla menolak dirinya. Syahla menatap tidak suka ke arah dosennya, walaupun apa yang dikatakan oleh Varel benar tetapi kesannya seperti menyombongkan apa yang dia punya.

"Maaf pak, sebenernya saya sudah memiliki suami, jadi saya tidak bisa menerima lamaran bapak, saya harap bapak mengerti." ucap Syahla dengan tegas.

Varel tertawa "Gak usah bohong Syahla, kapan kamu nikahnya? dan saya yakin suami kamu gak ada apa apanya dibandingkan saya, emang suami kamu itu kerja apa?" ucap Varel dengan tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi dan meremehkan. Syahla berusaha menahan emosinya.

"Dia masih mahasiswa dan memiliki sebuah bengkel mobil." laki laki berumur kisaran 27 tahun itu tertawa kembali tidak habis pikir dengan mahasiswi nya itu.

"Syahla.. Syahla.. kamu nolak saya yang sudah jelas mapan, hanya karena kamu sudah menikah dengan cowok miskin kaya suami kamu." ucap pak farel dengan sombong.

Skenario Takdir (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang