23

1.7K 124 0
                                    

Sudah satu Minggu wanita koma, namun sepertinya dia masih nyaman dengan mimpi panjangnya. Arsha dengan setia menunggu sang istri terbangun. Dia mencium tangan Syahla. Dan membelai lembut kepala Syahla.

"Syahla lo mimpi apa sih sampe gak mau bangun, lo gak kangen apa sama gue, curang banget sih kalo gak kangen, gue kangen tapi lo nya ngga." Ucap Arsha dengan nada merajuk. Namun tidak ada jawaban dari Syahla.

Karena merasa bosan, Arsha membuka Al Qur'an kecil yang selalu ia bawa kemana mana dan melantunkan ayat demi ayat dalam kitabnya itu.

Setelah selesai dia menutup Al Qur'an nya dan meletakkannya di samping Syahla. Arsha menatap dalam istrinya dan mengelus rambut istrinya.

Dia mendekatkan bibirnya dengan telinga Syahla "Cantiknya Arsha bangun dong. Gue rindu nih."

Rasa kantuk menerpa arsha, matanya sangatlah berat. Satu minggu ini dia belum sempat memejamkan matanya jika terpejam mungkin hanya 30 menit saja, karena beberapa kali tubuh Syahla sempat drop, membuatnya takut dan khawatir dengan keadaan arsha, dan berefek pada jam tidurnya. Matanya kian memberat, arsha pun menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya.

Perlahan mata Syahla membuka, Syahla memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit.

Syahla menoleh kesamping ternyata ada Arsha yang tengah tertidur sangat pulas, Syahla melepaskan tangannya dari genggaman tangan Arsha secara perlahan agar tidak membangun kan pria itu, tetapi karena Arsha orangnya sangat peka terhadap sekitar gerakan sedikitpun membuatnya terbangun.

"Syah lo udah bangun?" Arsha terkejut sekaligus senang akhirnya istrinya itu membuka matanya. Arsha yang hendak memeluk Syahla pun terhenti ketika Syahla mengisyaratkannya untuk tidak memeluknya. Arsha menghela nafas, ada perasaan kecewa. Namun, dia harus memahami keadaan Syahla walaupun sebenarnya dia sangat ingin memeluk Syahla.

"Sabar sha orang sabar disayang Allah. " batin Arsha sedikit merasa kesal.

"Syah---" belum juga Arsha selesai berbicara Syahla langsung memotongnya.

"Aku lagi pengen sendiri, kamu bisa keluar?" tanya Syahla tanpa melirik Arsha. Lagi lagi Arsha hanya bisa menghela nafas, dia mengangguk patuh dan beranjak keluar.

"Kalo kamu butuh apa apa, gue ada di luar." ucap Arsha sambil tersenyum dan setelah itu pergi.

Beberapa menit setelah arsha keluar, pintu kembali terbuka, menampakkan seorang wanita paruh baya, yakni mertuanya, hafsah. Syahla berusaha menyalami umi.

"Eh jangan sayang. udah kamu tiduran aja." ucap Hafsah dengan senyum manis khas wanita itu. Syahla mengangguk.

"Umi seneng banget akhirnya kamu siuman juga setelah koma satu Minggu ini."ucap umi. Syahla terkejut jadi selama satu Minggu dirinya mengalami koma. Ingatannya hanya sampai ketika dia berada di taksi dan taksi dia tertabrak oleh pengendara lain.

"Syahla koma umi?" tanya Syahla.

Hafsah mengangguk, "Iya sayang, umi takut banget kehilangan kamu selama satu minggu ini badan kamu sering banget drop. Tapi kayaknya Arsha jauh lebih takut kehilangan kamu."

"Sepertinya dia sudah mencintai kamu, umi senang akhirnya ada perasaan cinta tumbuh di antara kalian. Umi ingin memberi tahu sebenernya pernikahan kalian ini sudah di rencanakan sejak kalian bayi bukan hanya karena insiden itu, bisa dibilang kalian sudah di jodohkan sejak bayi."

Syahla membulatkan matanya "hah? kok bisa umi?"

Umi Hafsah mengangguk "sejak pertama kali bertemu kamu, umi merasa wajah kamu itu mirip dengan sahabat lama umi, yaitu Maryam."

Skenario Takdir (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang