33

1.1K 87 2
                                    

Syahla terbangun dari tidurnya. Ia mengucek matanya dan melihat jam dinding ternyata sudah pukul satu pagi.

"Arsha kok belum pulang ya." Gumam Syahla, dia melihat ponselnya. Dia melebarkan matanya, ada beberapa panggilan dari Arsha.

Syahla melihat keluar dan benar saja Arsha ada di luar, pria itu tertidur pulas di kursi.

Syahla keluar dan mendekati suaminya. Ia mengelus rambut Arsha, wajah suaminya itu terlihat sangat kelelahan.

"Sha...." Panggil Syahla lembut. Tapi arsha tidak kunjung bangun, Syahla yang melihat wajah arsha seperti bayi tengah tidur menjadi gemas sendiri. Syahla menopang dagunya memperhatikan arsha yang masih memejamkan matanya.

"Kenapa, cakep ya?" Tanya arsha tiba tiba dengan suara khas bangun tidurnya.

Syahla tersenyum geli, "bangettt" kata Syahla. Arsha tersenyum salah tingkah dan menggenggam tangan Syahla.

"Kamu kenapa gak bangunin aku aja, ketuk ajak pintunya daripada tidur di luar kan?" Ucap Syahla.

"Aku gak mau bangunin kamu keliatannya kamu udah lelap banget tidurnya jadi gak tega."

Syahla mengangguk paham. Mereka berdua masuk ke dalam rumah.

"Kamu mau makan dulu atau mau lanjut tidur?"

"Lanjut tidur aja deh, aku capek banget hari ini. Oh ya tadi kamu jadi ke rumah sakit? maaf tadi aku gak bisa anter kamu."

"Iya gak papa sha, aku tadi bareng bila ke rumah sakitnya. Kata dokter boleh kok naik pesawat asalkan jangan sampai kecapean aja." Arsha mengangguk

"Yaudah kalo gitu, lusa kita ke pesantren Ara." Ucap Arsha dan diangguki oleh Syahla.

                              ****

"Syahla ini kok kaca yang di dapur keliatannya beda ya?" Tanya Arsha yang kini sedang cuci piring, Syahla berdehem pelan untuk menghilangkan gugup nya.

"Oh itu iya kemarin kaca nya pecah karena kena bola biasalah anak anak." ucap Syahla berbohong.

"Maafin ya Allah" batin Syahla.

"Tapi kamu gak kenapa kenapa kan?"

"Nggak kok aku baik baik aja." Arsha mengangguk. Setelah selesai cuci piring, Arsha pergi menuju ruang tengah, ada Syahla yang tengah menonton film di hpnya, dia meletakkan kepalanya di paha istrinya.

"Udah selesai?" Arsha mengangguk.

"Makasih ya udah bantuin tugas aku."

"Itu bukan tugas kamu sayang, tugas kamu itu taat sama suami. "ucap Arsha

"Kita ke pesantren Ara nya jam berapa?"

"Pesawat nya sih take off  jam satu siang, kita berangkat nya jam setengah satu siang, takut macet juga di jalan." Syahla mengangguk.

"Syah aku gak sabar deh nunggu Arsha kecil nya lahir dan gak sabar dipanggil ayah sama dia." Ucap Arsha sambil menciumi perut Syahla.

"Terus kalo aku pulang kerja bakal di sambut sama anak anak kita nanti, nanti kita bikin adik buat dia mau gak?"ucap Arsha, Syahla menyentil kening Arsha.

"Ini aja belum lahir udah mikirin bikin adiknya"

"Ya gak papa lah sayang kita rencana in dulu aja."

"Iya in deh." Arsha terkekeh

"Aku juga suka ngebayangin
saat kita tua nanti udah jadi nenek nenek sama Kakek Kakek terus kita kumpul anak dan cucu kita nanti, duh seru kali ya." ucap Syahla tersenyum membayangkan masa tuanya bersama Arsha.

Skenario Takdir (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang