19

1.6K 117 5
                                    

Syahla dan Bila sudah sampai di kampus, mereka berjalan beriringan sesekali mereka tertawa membahas tokoh tokoh fiksi kegemaran mereka, saat melewati koridor kampus dan ternyata ada Silvi dan temannya Rain, Syahla berusaha menghiraukan tatapan Silvi, dan jalan melewati wanita tersebut.

"Eh ada pelayan cafe nih." ucap Silvi, semua mahasiswa dan mahasiswi yang berada di koridor menoleh ke arahnya karena suara Silvi lumayan keras hingga terdengar oleh mereka.

"Udah miskin, belagu, murahan pula."

"Heran deh gue, kok bisa ya pelayan cafe bisa masuk ke kampus elit ini." lanjut Rain.

"Jangan, jangan, dia main sama om om lagi. Makanya bisa masuk ke kampus ini pake uang om om yang di layani. Jijik banget deh gue, rendah banget gitu harga dirinya, dan sekarang lagi coba deket-deket sama Arsha, gue yakin dia ngedeketin Arsha cuma mau morotin harta nya Arsha aja, secara Bokap nya Arsha tajir." ucap Silvi

"Oh iya satu lagi dia juga lagi deketin pak Varel, gue waktu itu liat dia berduaan sama pak varel, udah pasti sih lagi godain pak Varel biar nilai dia tinggi, mungkin." Ucap Rain memanasi.

"Gila, gak nyangka banget, luar nya aja sok alami tapi dalamnya busuk, dan yang gue denger katanya dia dari kecil tinggal di panti asuhan jangan jangan dia anak haram lagi yang keberadaannya gak diakuin."

"Iyuwh, anak sama ibu sama sama murahan. Malu dong sama jilbabnya mbak" cibir Silvi

Syahla berusaha tidak peduli dengan ucapan mereka, siapa tau itu bukan sindiran untuknya, Syahla berusaha untuk husnudzon. Bila yang berada di samping Syahla mengeratkan genggaman tangan nya pada Syahla, ia tahu Syahla pasti merasa risi dengan ucapan dan tatapan sinis dari mereka.

Tanpa di duga Silvi menarik jilbab Syahla, Syahla melepaskan cengkraman Silvi dari jilbabnya.

"Apa apaan sih? gak jelas banget jadi orang." kesal Syahla karena hampir saja jilbab nya terlepas.

"Lo tuh ya jadi cewek gak punya muka banget, masa Lo gak nyadar gue dari tadi nyindir Lo."

"Sorry, tapi aku gak ngerasa kek gitu, ngapain ditanggepin." ucap Syahla santai, tidak mau membuat keributan di kampus. Tetapi Silvi sepertinya masih ingin menguji kesabaran Syahla dan membuat Syahla emosi.

"Lo sama ibu Lo itu sama aja kan, cewek malam, suka main om om. Udah berapa tuh om om yang Lo layanin?" Silvi tersenyum miring.

Plak

Syahla menampar Silvi, kesabarannya sudah habis menghadapi wanita di depannya ini. Semua orang terkejut melihat adegan di depan mereka. Selama ini belum ada yang berani menampar Silvi. Syahla tidak masalah dirinya yang di hina tapi jika sudah mengusik ibunya, dia tidak akan pernah tinggal diam.

"Heh, Lo pelayan cafe gak usah belagu!" ucap Silvi dan hendak menampar balik Syahla, tapi dengan cepat Syahla menangkisnya dan menghempas kasar tangan Silvi.

"Apa maksud kamu ngomong kaya gitu." ucap Syahla menatap Silvi dengan sorot mata tajam.

"Ya memang bener kan Lo itu pelayan cafe dan kek nya gak mungkin banget Lo bisa masuk kampus ini, dan besar kemungkinan lo cari kerja tambahan, yaitu melayani pria hidung belang, bukan begitu Syahla Salsabila?" ucap Silvi sambil tersenyum remeh, Syahla mengepalkan tangannya.

Dia tidak boleh terpancing emosi. Dia menatap wajah Silvi, Dia tidak akan marah meledek ledak, itu akan membuat sang lawan merasa berhasil membuat dia emosi, dia tersenyum tipis dan memandang lurus Silvi. "Maaf ya Silvi, aku punya otak yang bisa aku gunain buat masuk sini, dan aku tebak, pasti kamu masuk kampus ini pake uang orang tua kamu kan? Daripada kamu menjelekkan aku dan menuduh aku yang gak sama sekali aku lakuin mending kamu belajar sana, jangan sampe orang tua kamu habis uangnya tapi anaknya cuma bisa mencela orang lain."

Skenario Takdir (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang