Angin malam berhembus membelai lembut kulit wanita berhijab coklat yang tengah duduk di balkon sambil menatap ponselnya. Syahla melihat pesan dari pamannya yang baru beberapa menit dikirim padanya, jadi dugaannya benar bahwa kedua orang tuanya meninggal bukan murni kecelakaan, melainkan mobil kedua orang tuanya telah di sabotase oleh seseorang. Tetapi belum di ketahui siapa dalang dan motif dia dalam melakukan aksi itu.
"Syah... hey kamu kenapa nangis?" tanya Arsha khawatir yang melihat istrinya menangis. Syahla berhamburan memeluk Arsha.
"Ternyata bener sha Uma sama Abah meninggal karena rem mobilnya di rusak sama orang dan bikin mobil yang di tumpangin sama mereka masuk jurang. orang itu jahat banget sha, seandainya mobil mereka gak di rusak pasti mereka masih ada disini." Ucap Syahla sambil menangis dalam pelukan Arsha. Arsha mengusap lembut kepala Syahla untuk menenangkannya.
"Sttt gak boleh kaya gitu. Semuanya sudah ditentukan oleh Allah Syah, kamu gak boleh menyalahkan siapa pun. Mungkin kalo hari itu mereka tidak kecelakaan, Allah akan mengambil mereka dengan cara yang lain. Kamu boleh sedih tapi jangan sampai berlarut-larut, in syaa Allah mereka udah bahagia di sana, tugas kamu sekarang mendoakan mereka."
Penjelasan dari Arsha membuat Syahla tertegun secara tidak langsung ia telah menyalahkan takdir yang telah di buat Allah.
"Kita shalat dulu yuk, udah masuk waktu Maghrib." Syahla mengangguk dan segera berdiri untuk mengambil wudhu.
Setelah melaksanakan shalat Maghrib, pasangan suami istri itu berjalan menuju ruang makan untuk makan malam.
"Yah sha kaya nya makanan ini udah gak bisa di makan lagi deh, aku buat yang baru aja ya."
"Yaudah aku bantuin ya, biar kamu gak kecapean nanti arsha kecilnya capek juga kalo bundanya kecapean." Ucap Arsha sambil mengelus perut Arsha.
Syahla tersenyum. Dia merasa beruntung mendapatkan suami seperti Arsha.
"Okee ayah, ayah perhatian banget deh. Tapi sayang sekarang ayah sibuk banget, bunda jadi sedih tuh." ucap Syahla menirukan suara anak kecil.
Arsha terkekeh, dia mencium kening Syahla "maaf ya nanti aku bakal coba luangin waktu buat kita. Yuk kita masak udah laper nih aku"ucap Arsha sambil memegang perutnya. Syahla mengangguk.
Akhirnya setelah beberapa menit, pasangan suami istri itu telah menyelesaikan masakannya, Syahla menaruh hidangan di meja makan. Mereka berdua makan dengan khidmat.
Ponsel milik Arsha berbunyi menampilkan nama Devan di ponselnya dengan segera Arsha mengangkat nya.
"Assalamualaikum, ada apa Van?"
"Wa'alaikumsalam gawat sha"ucap Devan di sebrang sana dengan nafas sedikit tidak beraturan.
"Gawat kenapa?"
"Bengkel kebakaran"
Arsha tersedak makanannya dengan sigap Syahla memberikan suaminya itu minum. Arsha melanjutkan pembicaraan nya tadi.
"Kok bisa?"
"Gue juga gak tau, tadi abis shalat Maghrib tiba tiba asap masuk ke mushola, terus gue sama anak anak yang lain cek dan ternyata bengkel kebakaran dan api nya udah lumayan gede."
"Terus gimana yang lain, gak papa kan?"
"Alhamdulillah kita semua aman, mending Lo kesini sekarang"
Arsha mengangguk walau tidak terlihat oleh Devan.
"Oke gue otw"
Arsha memutuskan panggilan dan segera mengambil kunci motor dan juga jaketnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario Takdir (Selesai)
SpiritualPepatah bilang 'cinta tidak harus memiliki' memang terkesan munafik karena setiap orang mencintai pasti berharap untuk memiliki seutuhnya orang yang dia cintai. Begitupun dengan Syahla dia berharap bisa memiliki orang yang dia cintai namun itu hanya...