Ruangan berwarna putih dan bau obat obatan menjadi pemandangan pertama bagi pria yang baru saja sadar dari pingsan nya. Arsha mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dan sosok perempuan yang dia cintai muncul dari balik pintu.
"Umi, Arsha dimana?"
"Kamu di rumah sakit." Ucap Hafsah. Arsha mengingat kejadian sebelumnya, ya saat dia akan membawa Syahla ke rumah sakit dia mengalami kecelakaan. Dia teringat sesuatu.
"Umi gimana anak Arsha sama Syahla? Mereka baik baik aja kan?" Tanya arsha dengan wajah khawatir.
Hafsah hanya terdiam. Tidak mengeluarkan sedikit suara pun.
"Alhamdulillah anak anda selamat, kami terpaksa harus segera mengeluarkan bayi tersebut walaupun belum waktu nya. Ini adalah sebuah keajaiban, karena hanya sedikit sekali bayi yang bertahan setelah mengalami hal tersebut, namun bayi ini sangat kuat. Saat ini anak anda ada di ruangan khusus bayi dia juga sehat dan tampan." Ucap seorang dokter yang baru saja masuk ke dalam ruangan arsha. Arsha menangis haru, dia mengucapkan syukur kepada Allah.
"Lalu bagaimana dengan istri saya?" tanya Arsha lagi.
"Istri anda mengalami cedera lumayan parah di jantung nya akibat dari tembakan tersebut, dia membutuhkan pendonor jantung segera. Tapi sangat sulit untuk mencarinya, karena selain keadaan si pendonornya itu harus sehat tentunya harus cocok dengan pasien dan di Indonesia belum pernah ada yang melakukan operasi transplantasi jantung karena ketidak adaannya alat di rumah sakit jadi pasien harus melakukan perawatan ke luar negeri untuk minimalisir terjadi hal yang tidak diinginkan."
Arsha memejamkan matanya mencoba menahan air matanya yang ingin keluar, tetapi sekuat apapun ia menahan nya air matanya tidak bisa di hentikan.
"Umi..." Hafsah dengan segera memeluk putra sulung nya itu menyalurkan kekuatan untuknya. Arsha menangis dalam pelukan sang umi.
"Kami akan mencoba mencari jantung yang cocok untuk istri anda. Doakan saja semoga cepat bertemu dengan yang cocok. Saya permisi dulu assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam"
"Umi Abang mau shalat dulu, Abang belum shalat subuh."
"Iya bang, butuh umi bantu untuk ambil wudhu nya?"
Arsha menggeleng "gak perlu umi Abang bisa sendiri"
"Yaudah kalo gitu umi keluar dulu buat cari sarapan"
Hafsah pun keluar dari ruangan Arsha. Dan Arsha berjalan secara perlahan untuk mengambil wudhu.
****
Sudah 2 hari tapi belum ada juga kabar baik dari pihak rumah sakit tentang jantung yang cocok untuk syahla.
Arsha menuju ruangan Syahla. Dia melewati koridor koridor yang lumayan ramai. Akhirnya sudah sampai di kamar 234 tempat Syahla di rawat.
Baju khusus sudah disediakan, Arsha memakainya dan mendekati Syahla. Tangannya terulur mengusap kepala istrinya itu dan mengecup keningnya begitu lama. Dia menggenggam tangan Syahla.
"Bertahan ya Syah sebentar lagi kamu bisa melihat dunia lagi walaupun..." Arsha menjeda bicaranya dia menarik nafas. Sepertinya ini keputusan yang terbaik.
"Walaupun nantinya aku yang harus pergi."
****
Syahla sedang berlarian di sebuah kebun yang di hiasi oleh bunga Bunga dan banyak kupu kupu. Dia memakai baju yang sangat indah, senyum manis terus tercetak indah di bibir Syahla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario Takdir (Selesai)
SpiritualPepatah bilang 'cinta tidak harus memiliki' memang terkesan munafik karena setiap orang mencintai pasti berharap untuk memiliki seutuhnya orang yang dia cintai. Begitupun dengan Syahla dia berharap bisa memiliki orang yang dia cintai namun itu hanya...