"Om Radit!" pekik Syahla. Korban kecelakaan itu adalah omnya Syahla, Radit merupakan adik dari ibunya Syahla yang selama ini Syahla cari. Syahla bisa mengenali Radit dari foto yang di berikan ibunya.
"Kamu keluarga korban." tanya seorang bapak kepada Syahla, Syahla mengangguk. "Iya pak, dia om saya."
"Tolong panggilkan ambulance." pinta Syahla.
"Iya neng, sudah dipanggil, lagi dijalan ambulance nya."
Buliran bening membasahi pipi Syahla, mengapa dia dipertemukan dengan Radit dengan cara seperti ini, hanya Radit lah keluarga yang dia punya.
Mobil ambulance membelah kota Bandung, hanya butuh waktu 15 menit, ambulance sudah sampai di rumah sakit karena jarak yang tidak terlalu jauh.
"Maaf mbak, mbaknya tunggu disini." ucap suster melarang Syahla untuk masuk.
"Saya mohon tolong selamatkan om saya." pinta Syahla.
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin, bantu dengan doa ya." ucap suster tersebut dan menutup pintu IGD.
"Ya Allah, selamatkan om Radit." Doa Syahla dalam hati.
Sambil menunggu Radit yang masih ditangani oleh dokter, syahla pergi ke kantin rumah sakit terlebih dahulu untuk membeli minum dan sekalian shalat isya, Syahla membuka ponselnya untuk mengabari Arsha agar suaminya itu tidak marah karena tidak mengabari.
Syahla menutup ponselnya dan segera kembali, Syahla melihat wanita yang dia kenali yaitu Silvi. Silvi tampak tergesa gesa memasuki rumah sakit dan terlihat wajahnya basah, apakah Silvi menangis?, Pikir Syahla.
"Itu bukannya Silvi? apa keluarganya dirawat disini juga?" gumam Syahla. Karena penasaran Syahla mengikuti Silvi dan ternyata Silvi berhenti di IGD tempat Radit sedang diperiksa.
"Silvi kamu ngapain disini?" tanya Syahla heran. Silvi mendongak, Syahla sedikit iba melihat wajah Silvi yang sembab akibat menangis. Pertanyaan demi pertanyaan masuk ke dalam pikirannya, apa Silvi ada hubungan dengan Radit?
"Syahla? gue lagi nunggu bokap gue dia kecelakaan." Jawab Silvi. Syahla membulatkan matanya apa Silvi ini anak dari Radit, jika begitu maka Silvi ini adalah sepupu nya.
"Ja-di kamu anaknya om Radit?" tanya Syahla dan diangguki oleh Silvi.
"Lo kenal sama bokap gue?" tanya Silvi.
"Om Radit adiknya ibu aku." ucap Syahla. Silvi terlihat terkejut, dia berdiri dari posisi duduknya.
"Gak mungkin. Papa gak pernah cerita soal ini, Lo gak usah ngaku ngaku!" ucap Silvi meninggikan suaranya.
"Aku serius silvi. Kalo kamu gak percaya bisa liat ini." Syahla menyodorkan sebuah foto keluarga yang ibunya berikan. Disitu terdapat Radit, Maryam ibunya Syahla, serta Sepasang pasangan paruh baya yang merupakan orang tua dari Maryam dan Radit.
"Ini uma aku." tunjuk Syahla, ke arah wanita berhijab yang sedang tersenyum manis.
"Dan ini om Radit papa kamu, berarti kita sepupuan." ucap Syahla, dia tidak menyangka ternyata Silvi ini sepupunya. Syahla hendak memeluk Silvi tapi Silvi menghindar.
"Gak. Gue gak sudi punya sepupu kek Lo, mending Lo pergi sekarang!" Silvi mendorong Syahla tanpa rasa kasihan.
Syahla bangkit berdiri, "Silvi aku pengen ketemu om Radit, izinin aku buat ketemu sama om Radit." ucap Syahla memohon.
"Sekali gue bilang gak, ya nggak. Sekarang mending Lo PERGI!" sentak Silvi.
Syahla menyerah, dia tidak ingin membuat Silvi semakin membencinya, dan dia juga tidak ingin menciptakan keributan di rumah sakit. Baru saja Syahla akan pergi, dokter yang memeriksa Radit keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario Takdir (Selesai)
SpiritualPepatah bilang 'cinta tidak harus memiliki' memang terkesan munafik karena setiap orang mencintai pasti berharap untuk memiliki seutuhnya orang yang dia cintai. Begitupun dengan Syahla dia berharap bisa memiliki orang yang dia cintai namun itu hanya...