Malam ini Syahla dan Arsha akan pergi ke pasar malam yang berada tak jauh di rumahnya karena tak jauh jadinya mereka memilih untuk jalan kaki saja.
Saat sampai pemandangan yang pertama kali adalah sangat ramai mungkin karena baru buka juga jadinya ramai.
"Rame banget ya sha," ucap Syahla.
"Kalo sepi namanya kuburan lah." Saut Arsha, Syahla hanya memutar bola malas.
"Sha pengen itu dong." Ucap Syahla sambil menunjuk pedagang yang berjualan permen kapas.
"Tapi jangan banyak banyak." Syahla mengangguk dan menarik tangan Arsha layaknya anak kecil.
"Bang ini berapa?" tanya Arsha.
"Sepuluh ribu aja." Arsha mengambil uang di sakunya.
"Beli dua ya pak, ini uangnya," Arsha memberikan uang berwarna merah.
"Gak ada kembaliannya mas, gak ada uang yang lebih kecil?" tanya si Abang nya.
"Gak ada pak, ehm buat bapaknya aja kembaliannya." ucap Arsha sambil tersenyum tipis.
"Beneran ini mas?" tanya si Abang memastikan dan mendapatkan anggukan dari Arsha, senyum Abang penjual permen kapas merekah, ia merasa bersyukur
"Alhamdulillah akhirnya saya dapat uang juga buat beli obat anak saya, makasih ya mas." Ucap si Abang nya itu, Arsha yang melihat Abang permen kapas, ikut merasa bahagia padahal hanya sedikit yang dirinya berikan tapi sangat berarti untuk orang lain .
"Iya bang sama sama, kita permisi dulu assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam"
"Baik banget deh suami aku." ucap Syahla memuji suaminya, Arsha hanya tersenyum dan memberikan permen kapas itu kepada Syahla.
"Kita duduk di situ makannya jangan sambil berdiri" ucap Arsha, Syahla yang akan memasukkan permen kapas ke mulutnya langsung Menyengir merasa tersindir.
Arsha menggeleng dan menarik hidung Syahla pelan "kebiasaan"
"Mau?" tawar Syahla sambil menyodorkan permen kapas nya Arsha membuka mulutnya dan Syahla menyuapinya.
"Assalamualaikum Abang kak Syahla," sapa Ara, Arsha dan Syahla yang tengah asik makan permen kapas menoleh.
"Wa'alaikumsalam,"
"Ra kamu ada disini juga?" tanya Arsha.
"Iya, tadi Ara ke rumah Abang tapi Abang nya gak ada terus ada tetangga yang bilang mungkin Abang ke pasar malam yang baru buka, yaudah deh Ara samperin ke sini. Ara bosen di rumah sendiri, Abi sama umi lagi ada acara makan malam sama kliennya, tega banget umi sama Abi gak ngajak ngajak kek nya malu deh punya anak ke Ara." ucap Ara panjang lebar.
"Emang." ucap Arsha dan setelah itu tertawa melihat wajah cemberut adiknya itu.
"Sha kesian dong Ara nya." tegur Syahla.
"Iya nih kak, Abang emang gitu ledekin Ara Mulu." ucap Ara dan berjalan ke arah Syahla untuk memeluknya.
"Eh apa nih peluk peluk gak boleh dia istri Abang." Ucap Arsha tak terima istrinya di peluk peluk oleh adiknya.
"Udah gak papa."ucap Syahla, Ara menjulurkan lidahnya ke arah Arsha.
Ara jongkok di hadapan Syahla dan menempelkan telinganya di perut Syahla, Syahla hanya diam menatap bingung adik iparnya itu.
"Ngapain Lo dek?"tanya Arsha
"Ara pengen denger suara debay nya bang udah bisa ngoceh belum sih bayi nya?" tanya Ara dengan wajah polos, Syahla hanya tersenyum sambil menggeleng mendengarnya, Arsha menyentil jidat Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario Takdir (Selesai)
SpiritualPepatah bilang 'cinta tidak harus memiliki' memang terkesan munafik karena setiap orang mencintai pasti berharap untuk memiliki seutuhnya orang yang dia cintai. Begitupun dengan Syahla dia berharap bisa memiliki orang yang dia cintai namun itu hanya...