Pagi ini sepasang suami istri yang akan menjadi orang itu, tengah olahraga kecil. Usai berolahraga mengelilingi taman dekat komplek nya mereka memilih untuk duduk di bangku taman. Syahla duduk seorang diri, menunggu arsha yang sedang membelikannya air minum.
"Assalamualaikum Syahla." Sapa seorang pria, Syahla menoleh ke arahnya, pria itu adalah dosennya siapa lagi kalau bukan Varel.
"Wa'alaikumsalam." Jawab Syahla sambil tersenyum simpul.
"Kamu lagi ngapain disini sendiri?" tanya Varel.
"Abis joging karena capek jadi saya istirahat dulu." Ucap Syahla.
Varel mengangguk. "Syahla saya benar benar minta maaf soal yang lalu saya-"
"Bapak gak perlu minta maaf mulu, lagi pula kemarin saya sudah bilang saya sudah memaafkan bapak ya walaupun masih agak kesel sih dikit"
"Tapi saya masih merasa tidak enak hati dengan kalian."
"Semuanya juga udah berlalu jadi lupain aja, yang penting bapak jangan ulangi hal yang sama. Semua orang itu sama di hadapan Allah jadi bapak gak boleh sombong dengan apa yang bapak punya karena itu semua juga cuma titipan dari Allah yang sewaktu waktu bisa Allah ambil"
Varel menunduk merasa malu karena sudah bersikap sombong.
"Oh ya Rumah bapak di Deket sini?" tanya Syahla.
"Tidak. Saya hanya sedang mengunjungi adik saya rumah nya gak jauh dari sini dia baru saja pindah kesini"
"Oh ya? adiknya cewek atau cowok"
Varel mengangguk "iya. Adik saya cowok"
"Yah kirain cewek kalo cewek bisa saya ajak main ke rumah, kalo cowok bisa bisa Arsha ngamuk." Ucap Syahla terkekeh membuat Varel tertawa kecil juga.
"Kaya nya Arsha sayang banget ya sama kamu." Ucap Varel dan Syahla hanya tersenyum sebagai jawaban.
"Ekhm" Syahla menoleh ke arah belakang ternyata Arsha, Arsha menatap Varel dengan wajah datar.
"Pagi Arsha."
"Pagi"
Varel mengulur kan tangannya pada Arsha "sha saya minta maaf atas kesalahan saya yang lalu, saya benar benar menyesal"
Arsha tersenyum singkat "tidak apa apa pak, saya sudah memaafkan bapak"
Varel yang tidak enak menganggu mereka memilih untuk pergi.
"Kalo begitu saya pamit dulu. Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Syahla melirik Arsha sejak tadi diam saja. Ada apa dengan Arsha?.
"Sha..." panggil Syahla. Tapi Arsha tidak meresponnya.
"Arsha.. kenapa sih diem mulu gak biasanya." kesal Syahla.
"Aku gak suka kamu senyum sama ketawa di depan cowok lain." ucap Arsha. Syahla mengerinyit tidak paham dengan arah pembicaraan Arsha.
Arsha berdecak ketika melihat wajah bingung istrinya. Sepertinya Syahla belum paham dirinya cemburu.
"Kalo kamu senyum sama ketawa bikin kamu tambah cantik nanti pak Varel tambah suka sama kamu, dan aku gak suka itu." Gerutu Arsha yang tengah berjongkok di hadapan Syahla untuk mengikat tali sepatu Syahla yang terlepas.
Syahla tertawa rupanya suaminya ini tengah cemburu. Syahla mengacak rambut hitam Arsha merasa gemas melihat wajah Arsha yang ditekuk.
"Arsha gak usah cemburu, di hati Syahla cuma ada arsha kok." Bisik Syahla dan mencium singkat pipi arsha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario Takdir (Selesai)
SpiritualPepatah bilang 'cinta tidak harus memiliki' memang terkesan munafik karena setiap orang mencintai pasti berharap untuk memiliki seutuhnya orang yang dia cintai. Begitupun dengan Syahla dia berharap bisa memiliki orang yang dia cintai namun itu hanya...