Sampai di rumah sakit, Syahla langsung menuju ruangan dimana Radit di rawat. Syahla sedikit ragu untuk membuka pintu kamar tersebut, karena pasti Radit tidak akan mengenali nya.
Dia menarik nafas, dan membuka pintu itu.
"Assalamualaikum." ucap Syahla. Radit yang baru saja di berikan obat oleh suster menoleh ke sumber suara.
"Wa'alaikumsalam, maaf kamu siapa ya?" tanya Radit. Dia tidak mengenali wanita yang berada di hadapannya ini, Syahla tersenyum haru, akhirnya dia bisa bertemu dengan paman dia.
Syahla mendekati Radit dan memeluk nya. "Ini Syahla om."
"Sya-hla anaknya kak Maryam?" tanya Radit tidak percaya. Syahla pun mengangguk.
"Ya Allah, Alhamdulillah akhirnya om ketemu kamu Syahla." ucap Radit memeluk erat Syahla. Dia sangat merindukan keponakannya yang hilang kabar 14 tahun yang lalu.
"Gimana keadaan, kak Maryam sama mas Rizqi?" tanya Radit yang belum mengetahui jika kakak kandungnya sudah lama meninggal.
"Umma sama Abah udah meninggal om, waktu Syahla umur 5 tahun." Jawab Syahla.
"Inalillahi wa inalillahi Raji'un. Terus selama ini kamu tinggal dimana?." tanya Radit tidak menyangka, Syahla ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya saat usia yang masih terlalu kecil. Bagaimana nasib keponakannya ini selama 14 tahun.
"Syahla selama ini ada di panti asuhan, ibu panti bilang waktu itu ada seseorang yang menitipkan Syahla disana."
"Ya Allah. Maafin om ya Syahla harusnya om yang merawat kamu. Om selama ini juga mencari keberadaan kamu, tapi hasilnya nihil. Alhamdulillah sekarang Allah mempertemukan kita." ucap Radit dengan perasaan syukur dan rasa bersalah karena tidak bisa menjaga Syahla.
Syahla mengangguk paham, "Iya om gak papa."
"Gimana keadaan tante Resa om.?" tanya Syahla, sejak kemarin dia tidak bertemu dengan dengan tante nya itu. Terlihat perubahan raut Wajah Radit menjadi sedih.
"Tante Resa sudah meninggal Syah. Dia kena kanker rahim saat Silvi usia 10 tahun jadi selama ini om yang mengurus Silvi dan Rio. Oh ya Rio anak laki laki om, dia adiknya Silvi. Setelah 4 tahun tante Resa meninggal, Rio mengalami overdosis. Dia sangat tertekan kehilangan ibunya, dia meminum obat obatan hingga merenggut nyawanya."
"Inalillahi, yang sabar ya om." Syahla tidak menyangka kematian sepupunya bisa se tragis itu. Saat sedang mengobrol banyak hal, suara ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka.
Tok
Tok
Suara pintu diketuk dan pintu pun terbuka menampakkan seorang dokter. Dia tersenyum, dan mendekati mereka berdua.
"Maaf menganggu, saya mau cek keadaan bapak dulu." Syahla bergeser memberikan tempat untuk dokter memeriksa Radit.
"Alhamdulillah keadaan bapak semakin membaik, tetapi bapak harus tetap di rawat disini. Sampai kondisinya benar benar pulih"
"Iya dok, terima kasih ya dok."
"Iya sama sama ini juga semua atas kehendak Allah SWT, dan berkat adek ini juga, yang sudah mau mendonorkan darahnya. Karena kemarin, darah dengan golongan A positif sedang habis, untung saja dia bersedia mendonorkan darahnya." penjelasan dokter sambil melirik ke arah Syahla. Syahla hanya tersenyum tipis.
"Ya sudah saya permisi dulu." dokter itu pun keluar.
"Jadi kamu yang sudah mendonorkan darah kamu untuk om, makasih ya Syahla kamu telah menyelamatkan nyawa om." ucap Radit.
"Iya om sudah seharusnya saling membantu."
Hari sudah menjelang sore. Syahla melirik jam yang melingkar ditangannya, ternyata sudah masuk waktu ashar. Dia berpamitan untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario Takdir (Selesai)
SpiritualPepatah bilang 'cinta tidak harus memiliki' memang terkesan munafik karena setiap orang mencintai pasti berharap untuk memiliki seutuhnya orang yang dia cintai. Begitupun dengan Syahla dia berharap bisa memiliki orang yang dia cintai namun itu hanya...