Shalat Maghrib telah selesai dilaksanakan, kedua pasangan suami istri itu kini sedang memurajaah hafalan yang mereka punya.
Ini lah impian Arsha sejak dulu bisa sama sama murajaah dengan kekasih halalnya semoga dirinya dan Syahla bisa terus seperti ini.
Setelah selesai Syahla meletakkan kepalanya di paha Arsha dan mendengarkan bacaan Arsha.
"Sha... kan aku lagi hamil pasti nantinya banyak perubahan terutama tubuh aku pasti bakal melar, gendut dan gak sebagus biasanya, terus juga pastinya mood aku bakal berubah ubah, apa kamu bisa bertahan, aku takut kamu bakal berubah dan berpaling dari aku." tutur Syahla dengan khawatir. Arsha menutup Al Qur'an nya dan mengelus lembut kepala Syahla yang terbalut mukena.
"Syah dengerin aku, bagi aku, kamu akan terus cantik apa pun keadaannya mau badan kamu kurus, langsing ataupun gendut gak akan merubah aku. Aku bakal tetap menjadi aku yang akan selalu mencintai kamu sampai kapan pun."
Arsha mencium singkat kening Syahla, "kamu udah mengorbankan segalanya buat aku dan anak kita, kamu relain badan kamu untuk mengandung anak kita, kamu mau ngurusin segala keperluan aku dan kamu nantinya akan bertaruh nyawa ketika melahirkan anak kita, menahan segala rasa sakitnya, apa pantas aku balas semua itu dengan berpaling dari kamu? aku gak bisa dan gak akan pernah bisa untuk melakukan hal itu." Tutur Arsha,
Syahla tertegun dengan penuturan Arsha. Memang perkataan arsha tadi bukanlah puisi namun terdapat makna indah dari tiap kata yang ia lontarkan. Syahla melemparkan senyuman pada Arsha.
"Nak liat deh ayahmu bisa aja buat bunda baper." ucap Syahla mengelus perutnya. Arsha terkekeh dia ikut mengelus perut Syahla.
"Bunda kamu aja yang baper an." kata Arsha mencubit pelan hidung Syahla.
Syahla menutupi mukanya menggunakan mukena yang ia kenakan, untuk menyembunyikan mata nya yang berkaca kaca.
"Loh kenapa hmm?" tanya Arsha lembut.
"Kamu marah? ada ucapan aku yang bikin kamu sakit hati ya? Maaf sayang."
Syahla menggeleng "aku bahagia bisa jadi istri kamu sha,kamu yang selalu memperlakukan aku dengan baik dan selalu menjadi rumah ternyaman untuk aku pulang. Maaf karena aku belum bisa jadi pasangan yang kamu harapkan. Aku yang selalu buat repot kamu, suka marah marah gak jelas, manja,dan masih banyak banget kekurangan aku tapi kamu mau terima aku apa adanya. Kalo ada alat yang bisa tes kebahagiaan dan keberuntungan aku lah cewek paling bahagia dan beruntung punya laki laki tampan dan berhati malaikat kaya kamu."
Arsha tersenyum dan menggenggam tangan kecil Syahla, "I'm also very lucky to have you"
***
Sekarang jam menunjukkan pukul 23.30 Arsha terbangun dan berlari ke kamar mandi, tiba tiba saja dia ingin muntah.
Syahla yang merasa tidak ada Arsha di sampingnya, dia pun terbangun. Dia mendengar suara orang di kamar mandi. Apa itu Arsha -pikir Syahla
Dia menghampiri Arsha, dia merasa iba melihat Arsha yang muntah muntah harusnya dirinya yang ada di posisi Arsha.
"Kamu muntah lagi." Syahla memijat tengkuk leher Arsha.
Arsha membasuh mulutnya dia melihat cermin tampak di cermin wajah nya yang pucat. Syahla menuntun Arsha ke kasur, dia menyodorkan teh hangat yang sempat ia buat tadi dan Arsha meminumnya. Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka.
"Aku buka dulu ya." Arsha mengangguk
"Umi, ada apa?" tanya Syahla, ternyata Hafsah yang mengetuk pintu.
"Gak papa, tadi umi denger suara orang muntah, kamu muntah sayang." Tanya umi mengelus lembut kepala Syahla.
"Enggak umi tapi Arsha yang muntah." Syahla menggeser tubuhnya agar umi bisa melihat Arsha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario Takdir (Selesai)
SpiritualPepatah bilang 'cinta tidak harus memiliki' memang terkesan munafik karena setiap orang mencintai pasti berharap untuk memiliki seutuhnya orang yang dia cintai. Begitupun dengan Syahla dia berharap bisa memiliki orang yang dia cintai namun itu hanya...