32

1.2K 91 0
                                    

Sepasang ibu dan anak, yakni Hafsah dan Arsha kini duduk di ruang tamu, hanya keheningan yang ada di antara mereka. Hafsah menghela nafas, dia memegang lengan Arsha.

"Arsha kamu masih inget kan pesan umi waktu itu?" Tanya Hafsah dengan lembut, Arsha mengingat ingat apa pesan yang disampaikan oleh uminya, ya, dia mengingatnya.

Flashback on

Hafsah menuju kamar Arsha sebelum masuk dia mengetuk pintunya karena Sekarang anaknya tidak lajang lagi, takut mengganggu privasi mereka berdua.

"Umi, ada apa?"

"Boleh umi masuk?" Arsha mengangguk, mereka masuk ke dalam kamar, Hafsah duduk di sofa dan Arsha duduk disebelahnya.

"Syahla kemana?"

"Oh dia lagi di toilet."

Hafsah mengangguk, "Bang sekarang Abang kan udah menikah sama Syahla  jadi sekarang Syahla adalah tanggung jawab Abang, di akhirat kelak Abang yang akan dimintai pertanggungjawaban. Baik buruknya seorang wanita itu tergantung pemimpin nya, umi harap kamu bisa bimbing dia dengan baik."

"Iya, umi in syaa Allah Abang akan menjadi pemimpin yang baik untuk keluarga abang nantinya."

"Abang sayang kan sama umi?"tanya umi Hafsah Arsha mengangguk cepat tentu saja dirinya sangat mencintai dan menyayangi wanita yang telah melahirkan, mengandung dan merawatnya hingga sekarang

"Iyalah umi Abang sayang banget sama umi,umi adalah cinta pertama Abang dan akan selalu jadi ratu dihati Abang"umi Hafsah tersenyum haru dia mengusap lembut kepala Arsha

"Nak umi titip pesan, jangan pernah bentak dan membuat nangis Syahla ya karena umi juga seorang wanita umi tau perasaan perempuan itu seperti apa hati mereka terlalu lembut untuk dikasari, kalo nantinya Syahla membuat kesalahan dan membuat Abang marah jangan dibentak dan Abang jangan ngeluarin kata kata yang akan membuat Syahla terluka, kasih dia pengertian dan kasih tau letak kesalahan dia dimana, walaupun umi baru bertemu dengan Syahla tapi umi tau dia anaknya mudah untuk dibimbing, bimbingan lah dia dengan kelembutan."

"Dan ingat satu hal kalo kamu buat dia nangis dan terluka sama aja kamu buat umi terluka sayang. Abang ngerti kan?"ucap umi Hafsah

"Iya mi Abang ngerti Abang akan selalu ingat pesan umi."

Flashback end

Arsha mengangguk, dia ingat pesan uminya. Dia menyesal telah meninggikan ucapannya di hadapan Syahla.

"Maaf umi Abang udah bikin umi terluka." cicit Arsha sambil menunduk.

"Kamu gak perlu membentak nya seperti tadi sha, lagian umi juga udah biasa kecipratan atau kena air panas ketika memasak, Syahla juga tadi mungkin gak sengaja. Sekarang kamu tau apa yang harus kamu lakuin?" tanya Hafsah dan Arsha mengangguk.

"Umi mau lanjut masak dulu, kamu samperin Syahla dan minta maaf."

"Iya mi." Hafsah pergi ke dapur, Arsha pun berjalan menuju kamarnya.

Dia membuka pintunya perlahan terdapat Syahla yang menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, Arsha berjalan mendekat, dia membuka selimut yang menutupi tubuh Syahla, tampaklah wajah Syahla yang sembab.

"Maaf."

"Untuk?"

"Karena udah bentak kamu dan bikin kamu nangis"

"Gak perlu minta maaf, aku gak papa kok, aku tau kamu lagi marah sama aku."

"Tapi gak seharusnya aku kaya gitu"

Skenario Takdir (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang