40 (ekstra part)

3.3K 163 15
                                    

Lima tahun telah berlalu begitu cepat, hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, kini sudah bisa syahla lewati tanpa Arsha di sampingnya. Walaupun begitu, rasa rindu tetap saja hinggap di hati nya, tapi mau bagaimana pun ia harus bisa melewatinya semua karena ada sosok Azka yang masih membutuhkan dirinya.

Tidak terasa juga Azka kini sudah tumbuh menjadi anak tampan dan pintar.

Sejak kematian arsha, Syahla memilih untuk tidak menikah lagi, dia hanya ingin fokus pada anaknya saja, Azka.

Mentari pagi menyinari pagi hari ini, sosok anak kecil laki laki turun dari tangga dengan sangat semangat, senyuman indah itu selalu ia ukir di bibir mungil nya.

"Pagi bunda," sapa Azka.

"Pagi juga jagoan bunda," ucap Syahla sambil mengacak pelan rambut hitam Azka. Syahla memoleskan selai coklat pada roti tawar dan memberikan nya pada Azka.

"Bun hari ini kita ke rumah ayah kan bund?" Tanya Azka. Setiap hari Jumat Syahla bersama Azka biasanya sering mengunjungi makam Arsha.

Syahla tersenyum "iya sayang, nanti siang kita ke rumah ayah."

"Horeee" Azka berloncat saking girangnya. Dia kembali duduk dan memakan rotinya.

"Bunda ayah ganteng banget ya kaya aku," ucap Azka terkekeh sambil menunjuk foto pernikahan Syahla bersama Arsha.

Syahla tertawa kecil mendengar celotehan anak nya itu "Iya sayang, ayah kamu ganteng banget persis kaya kamu."

"Kalo ada ayah pasti bakal tambah seru ya bund," celetuk Azka membuat Syahla bingung harus menjawab apa.

"Kadang Azka suka iri kalo liat temen temen Azka di anterin ayah mereka terus mereka juga suka cerita kata mereka, mereka suka diceritain dongeng sama ayah mereka sebelum tidur. Azka juga pengen kaya temen temen Azka yang lain."

Syahla tersenyum dan menarik Azka dalam pelukannya.

"Jangan sedih dong masa jagoan bunda sedih. Kamu kan masih punya bunda, punya Oma, kakek, aunty Ara dan masih banyak lagi jadi jangan sedih ya."

"Tapi rasanya beda bunda, Azka juga pengen rasain pelukan dari sosok seorang ayah," jawab Azka.

"Iya bunda paham tapi masa mau sedih terus terusan nanti kalo ayah disana sedih gimana?"

"Iya deh Azka gak sedih lagi, Azka gak mau ayah sedih," ucap Azka kembali tersenyum.

"Nah gitu dong jangan sedih lagi, yaudah yuk kita berangkat sekolah." Syahla menggandeng tangan mungil milik Azka.

Mereka pun keluar dari rumah dan menuju garasi mobil.

"Assalamualaikum Azka, aunty Ara datanggg," sapa Ara tiba tiba datang bersama dengan Azmi. Masih ingat kan dengan Azmi? Sepupu Arsha dan ara. Ara sekarang sudah memasuki dunia perkuliahan tapi tingkah nya masih saja sama seperti anak kecil. Bahkan kalo bertemu dengan Azka maka Ara akan menjelma menjadi anak TK lagi.

"Wa'alaikumsalam halo aunty Ara," Azka pun berlari memeluk Ara.

"Kamu tambah ganteng aja ka."

"Iya dong, aku kan kaya ayah ganteng."

"Enggak ayah kamu mah jelek."

"Heh kalo Abang kamu denger gimana hayo"

"Eh kak Syahla, biarin aja bang Arsha denger biar Ara di datangin terus Ara peluk deh bang Arsha," ucap Ara.

Dengan seiring nya waktu akhirnya Ara bisa memahami keadaan bahwa syahla bukan lah penyebab atas kepergian Arsha melainkan karena rasa cinta Abang nya yang begitu besar pada kakak iparnya nya membuat arsha rela mengorbankan nyawa nya untuk Syahla.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Skenario Takdir (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang