Part 2 : Past

6.7K 332 4
                                    

°°°

"Kamu sudah menyelesaikan tugas kalkulusmu Mera?"

Mera mengangguk menjawab pertanyaan Sita, sahabatnya. Mera masih dalam keadaan mengantuk. Semalam dia benar-benar mengerjakan tugas itu dengan terburu-buru dan dia hampir saja lupa.

"Mera, dosen masuk ke kelas" Sita mencubit Mera yang hampir terpejam.

Mera segera menegakkan badannya. Berusaha membesarkan matanya. Dia benar-benar harus berusaha dengan baik di mata kuliah ini.

"Selamat siang, kalian sehat?" sapa dosen yang memasuki ruangan kelas. Mera tampak berbinar-binar.

Ben, Dosen mata kuliah Kalkulus yang menarik hatinya. Demi Ben, dia mati-matian untuk belajar mata pelajaran matematika yang paling dia benci!

Ben, postur badannya sangat atletis, sangat tampan, Matanya indah, dan kulitnya putih. Terkadang, Mera merasa Ben mencuri-curi pandang kepadanya. Tentu saja Mera sangat senang.

Untuk wanita yang berumur 18 tahun, tentu terlambat untuk merasakan cinta pertama!

"Mera?"

Ben berdiri di hadapannya.

Mera bengong, dan terkejut Ben ada di depannya.

"Kamu ketiduran"

Mera tersadar. Ruangan kelas telah kosong!

"Ah... Maaf pak Ben!" Mera berdiri memberikan kertas tugasnya, karena panik dia menjatuhkan semua isi tasnya.

Ben tertawa.

Dia tertawa? Ah, ya ampun!
Mera merasa melihat pangeran tampan di hadapannya! Muka Mera memerah.

"Mera Gregnorth" Ben menatap mata Mera sambil mengambil kertas di tangan Mera. Ben membaca tugas yang dikerjakan Mera semalaman.

"Kamu pulang kuliah mau kemana?"

Mera menatap Ben yang masih membaca lembar tugasnya. Wajah tampan Ben benar-benar terlihat nyata!

"Langsung pulang ke apartemen..."

Ben menatap Mera. Jantung Mera terasa mau meledak!

"Mau nonton?"

"Ma... Mau..." Mera merasa tidak percaya. Apakah akhirnya dia bisa kencan dengan dosen idamannya?

Ben tersenyum, mengelus kepala Mera. Mera benar-benar merasakan gelombang jatuh cinta di dirinya.

Tapi jatuh cinta tidak seindah itu.

Air mata Mera jatuh.

"Ini maksudnya apa Ben?" Mera menunjukan foto yang didapatnya setelah seseorang menghubunginya lewat chat.

Foto Ben sedang berciuman dengan seorang mahasiswi lain.

Ben nampak tidak kaget. Dia hanya tersenyum, sedang di ruang itu ada dosen lain berbisik-bisik.

"Mera, bisakah kamu sopan? kamu ini di ruang dosen" Ben menegur tapi Wajahnya tetap tampak tenang.

Mera menunduk.

"Maafkan saya" Mera keluar ruangan. Dia menangis air matanya sudah tidak terbendung.

"Mera, kamu tidak apa-apa?" Sita menghampirinya.

"Minumlah dulu" Sita memberikan air minum kepada Mera yang sudah berhenti menangis. Mata Mera sangat bengkak.

MERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang