Part 14: Kencan

3.2K 236 1
                                    

Cliff merapikan etalase bunganya, beberapa bunga telah rontok kelopaknya dan banyak berguguran. Dia terlambat memangkas tangkai bunganya, karena bagian bawah tangkai itu sudah membusuk. Cliff memisahkan beberapa bunga lainnya yang sudah tidak fresh lagi ke dalam sebuah ember.

Cliff mengangkat embernya, matanya tanpa sengaja menangkap Mera yang baru turun dari mobilnya. Mera merapikan rambut merahnya sebelum membuka bagasi mobilnya. Cahaya matahari pagi lembut menerpa rambutnya sehingga rambut mera nampak menyala, dressnya yang berwarna putih sangat pas di tubuhnya, dia mirip dengan peri-peri di negeri dongeng.

Cliff tersenyum.

Sebenarnya dia tidak ada keinginan untuk memiliki hubungan dengan wanita saat ini. Cliff tahu Mera cukup kebingungan dengan sikapnya yang berubah-rubah. Tapi Mera memerlukan seseorang yang bisa mengontrolnya dan mendominasinya.

Cliff tahu kelihatan jelas Mera juga tidak ingin jatuh cinta, itu sama dengan dirinya. Dan, Cliff mempertaruhkan dirinya di permainan ini. Padahal merubah Mera bukan urusannya sama sekali.

"Kalau si rubah merah itu tahu... "

Cliff tidak mau meneruskan pikirannya itu.

Saat Cliff hendak membawa ember berisi bunga-bunga yang rusak ke belakang, tiba-tiba Mera membuka pintu tokonya.

"Nih titipan dari Claire buat kamu sarapan katanya" Mera meletakan bungkusan itu di meja kasirnya.

Cliff melihat wajah Mera yang cuek.

"Oh terima kasih, salam buat Claire " Cliff tersenyum.

Mera hanya mengacungkan jempolnya.

"Kenapa, bunga-bunga itu mau kamu buang?" Mera melihat beberapa batang bunga di dalam ember yang di bawa Cliff.

"Beberapa sudah membusuk, aku lupa memangkas tangkainya" jawab Cliff.

"Wah sayang sekali. Aku balik dulu" Mera tersenyum dan bergegas menutup pintu.

Cliff hanya diam dan wangi Mera masih tertinggal.

"Bunga iris, mawar, melati dan vanilla" wangi feminim dan Cliff menyukainya.

"Hm" Cliff menggeleng menghilangkan pikirannya tentang wangi Mera dan menaikan kacamatanya.

Cliff menaruh embernya di atas wastafel dan mengambil tas plastik hitam.

Handphonenya berbunyi. Cliff mencuci tangannya dan segera mengambil benda yang berbunyi itu dari apronnya. Panggilan nomor yang tidak di kenalnya. Mungkin pelanggan?

"Cliff?"

Cliff terdiam dan menghela napasnya.

"Ibu?"

"Kamu sudah di Indonesia?"

"Ah, sudah hampir 4 bulan" Cliff Bohong.

"... kenapa kamu tidak pulang ke rumah nak?"

Cliff mengusap rambutnya. Dia bingung harus menjawab apa? Selama ini bukan dirinya yang meninggalkan keluarganya.

"Aku akan segera berkunjung ke rumah... Bu, aku sedang sibuk"

"Kirimkan alamatmu nak..."

Cliff mematikan handphonenya. Untuk sekarang dia masih belum bisa memafkan ibunya. Dia dan keluarganya menyakitinya, Cliff masih enggan jika harus bertemu atau kembali ke rumah.

°°°

"Nona Mera, ini sample kain Tulle Swarovski yang kemaren nona cari" Gigi memberikan sebuah map hitam.

MERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang