Part 27: Hello Ben

2.6K 265 9
                                    

°°°

"Kenapa si kamu sangat takut dengan Ben?" Jim penasaran.

"Tidak apa-apa" Mera merapikan kertas-kertas di atas mejanya.

"Kalau masalah putus cinta itu kan biasa Mera"

Mera menatap Jim. Sepertinya Jim mulai mengomel.

"Aku juga tidak melarang hobi kamu mau berganti-ganti pasangan melampiaskan kekecewaanmu" sambung Jim.

"Uh kamu memangnya tahu?" Mera memasukan beberapa kertas kembali dalam mapnya.

"Iya aku tahu kamu kencan dengan temanku... kolegaku. Bahkan ada dari mereka sampai mengejar aku minta didekatkan denganmu. Membuat kerepotan saja" Jim memandang Adiknya itu. Mera cuma meringis tidak perduli Jim mengomel.

Mera mengatur napasnya. Untungnya badannya sudah tidak gemetar lagi.

"Kamu baik-baik saja?" Jim memegang dahi Mera, memastikan adiknya itu benar-benar baik-baik saja.

"Aku sudah baikan, mungkin perlu tidur. Besok aku coba hubungi dokterku" jawab Mera.

"Kalau begitu istirahat lah, Aku balik dulu. Aku janji mau makan di luar dengan Marry. Kalau perlu apa-apa, telp aku segera. Atau kamu mau ikut?" Jim melihat ke arah handphonenya.

"Aku mau tidur saja"

"Kalau ada apa-apa hubungi aku secepatnya" Jim menepuk punggung Mera. Mera mengangguk.

Mera mengantar Jim sampai mobil yang parkir di pinggiran taman.

"Aku pergi, segera tidur ya" Jim menaikan kaca mobilnya.

Mera melambaikan tangannya ke mobil Jim yang menjauh. Mera merasa beruntung, dirinya punya kakak laki-laki yang baik disaat orang tua mereka terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing. Tapi Jim sudah menikah, harusnya dirinya tidak membebani dengan masalah yang sama. Mera menghela napasnya.

Mera melirik ke rumah toko Cliff. Tokonya gelap. Sepedanya juga tidak ada, sepertinya dia sedang keluar. Malam itu area di sekitarnya sangat sepi. Taman di depan rumah toko yang biasa tempat kucing-kucing bermain juga tampak menyeramkan. Perasaan Mera tidak enak.

"Emosiku benar-benar jelek sejak acara pernikahan itu. Aku memang harus ke dokter untuk konsultasi lagi" gumam Mera sambil memeluk lengannya yang merinding.

Mera juga tidak tahu jam berapa sekarang. Mera berharap Cliff segera kembali. Entah kenapa, lingkungan di sekitarnya jadi tampak menyeramkan malam ini.

"Oh iya, tadi ada sandwich dari Cliff, makan dulu ah" Mera tidak sabar untuk menyantap makanan buatan Cliff yang selalu enak.

Mera berjalan menuju rumah tokonya. Tiba-tiba ada mobil hitam yang berhenti di depan halamannya. Mera bingung. Seingat Mera hari ini dia tidak ada janji meeting dengan siapa pun, dan ini pun malam. Mera tidak pernah membuat janji dengan pelanggan di malam hari. Mera mendekati mobil itu. Orang di dalam mobil itu juga tidak keluar.

"Hallo?" sapa Mera.

Tidak lama, seorang pria turun dari mobil itu, Mera tidak terlalu melihatnya jelas karena gelap. Setelah pria itu lebih mendekat. Mata Mera membesar.

Mera menatap orang itu dan tidak percaya. Jantungnya langsung berdegup kencang dan dirinya kembali panik. Tapi kakinya terasa kaku untuk bergerak.

Ternyata dia Ben!

"Kamu tahu dari mana alamatku?" Mera gugup dan ketakutan! Dia tidak pernah menyangka ben benar-benar mendatangi dirinya! Ben menyeringai menunjukan ekspresi yang menakutkan, Mera ketakutan.

MERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang