Part 16: Kencan lagi...

2.9K 208 0
                                    

Entah kali ini apalagi yang diperbuat Cliff malam ini... Mera tidak tahu sebenarnya, dia itu sosok yang seperti apa?

Mera bengong...

Dan ingin berhenti!

Bisa-bisanya dia menurut saja saat digoceng Cliff dengan sepedanya. Dia merasa pusing dan seperti bermain dengan anak kecil.

"Sudah aku mau turun!" Mera memukul punggung Cliff. Karena Cliff terlalu ngebut menganyuh sepedanya.

Cliff hanya tertawa. Dan menghentikan sepedanya. Mera langsung turun dari sepeda Cliff. Dia merasa paha dalamnya kaku. Saat melangkah dia benar-benar merasa otot pahanya ketarik.

"Memangnya kamu tidak suka naik sepeda?" Tanya Cliff.

"Aku pernah waktu kecil naik sepeda tapi sudah tua begini, aku lebih milih mobil untuk aktivitas" Mera duduk di kursi taman meluruskan kakinya. Pahanya masih terasa pegal.

"Tapi aku merasa tidak tua"

Cliff dengan percaya diri tersenyum manis di atas sepedanya. Mera sangat ingin melempar wajah Cliff dengan sepatu.

"Astaga, lama-lama aku stress" Mera mengacak rambutnya.

"Memangnya kamu mengharapkan apa kalau pacaran denganku?"

Mera menyandarkan punggungnya di kursi taman. Mera tidak langsung menjawabnya. Mera merasa Cliff mengerjainya. Kacamata Cliff menampakan pantulan lampu taman. Cliff memangku wajahnya di sepedanya. Kali ini ekspresinya terlihat serius.

"Seks?" Tanya Cliff

"Apa kira-kira orang dewasa lakukan kalau pacaran? Kita jelas bukan anak-anak lagi" Mera melipat tangannya.

Cliff menaikan alisnya.

"Kita memang bukan anak-anak, tapi aku tahu kamu juga senang saat kita hanya makan, atau saat kamu marah dan kesal denganku"

"Dari mana kamu tahu aku senang?" Suara Mera meninggi.

"Buktinya? kamu masih menurut saja waktu aku ajak main sepeda" Cliff tertawa.

Mera merasa sangat bodoh. Cliff ternyata sangat kekanak-kanakan. Energinya kali ini habis terbuang, Mera tidak bisa marah lagi.

"Sudah aku mau pulang!" Mera beranjak dari kursinya.

"Hei... Kita makan malam, di tokoku"

Mera menatap Cliff yang meninggalkannya.

Apakah? Akhirnya? Dan akankah?

Tapi Mera sudah malas berekspektasi berlebihan. Dia rindu berburu pria-pria gagah dan meninggalkan mereka tanpa harus melakukan hal bodoh seperti Cliff!

Mera menghela napasnya dan gontai berjalan ke rumah toko Cliff. Dia pasti mengerjainya lagi.

Cliff berada di dapurnya.

"Duduklah aku buat Falscher Hase "

Mera tidak tahu apa itu. Namanya seperti asing. Dia menurutinya. Duduk di meja makan.

"Makanan khas Jerman saat perang dunia ke II, saat itu daging masih terbilang langka karena itu mereka membuat daging giling dengan telur rebus dan dibumbui dengan peterseli, mustart, dan paprika" Cliff membuka nampannya, dan masih panas.

"Kelihatannya enak" Mera cukup ngiler melihatnya.

"Aku tidak punya bir Jerman jadi aku beli bir lokal saja" Cliff menaruh 2 botol bir dingin diatas meja.

Meta berbinar.

Tapi yaa...

lagi-lagi mereka akhirnya ke makanan lagi. Tapi karena makanannya enak, Mera tidak kecewa.

Tadinya Mera berpikir saling berbicara basa-basi itu sangat membosankan, ternyata tidak. malam ini terasa sangat santai antara mereka. Tidak ada konflik atau keributan kecil di antara mereka.

Mera bercerita apa pun dengan Cliff begitu pula dengan Cliff pun banyak bercerita tentang pengalamannya di Jerman.

°°°

"Wah aku makan banyak!" Mera bersandar di kursi.

Cliff hanya tersenyum melihat Mera kekenyangan. Cliff merapikan piring-piringnya.

Mera melihat jamnya, 23:25. Hampir tengah malam. Dia harusnya pulang. Mera menatap punggung Cliff yang sedang mencuci piringnya. Punggungnya terlihat bidang walaupun badannya kurus, tampaknya nyaman untuk dipeluk. Mera lagi-lagi penasaran. Apakah dia boleh?

"Setelah ini kamu... Tidur?" Tanya Mera memegang botol birnya yang telah kosong.

"Ada jadwal bungaku mau datang jam 3 pagi..." Cliff mengeringkan tangannya dan terdiam membalas tatapan Mera.

Mereka berdua diam.

Cliff tahu. Sebenarnya dia bisa saja memeluk, mencium dan membawa Mera ke ranjangnya. Apalagi Mera terlihat menginginkan hal itu.

"Aku antar kamu pulang" Cliff tersenyum sambil membuka Apronnya.

Mera sudah tahu, dia tidak boleh berekspektasi banyak dengan rasa penasarannya.

"Baiklah..." Mera sangat malu, mungkin memang benar kata Cliff, dia hanya tidak ingin mengganggap Mera perempuan murahan.

Cliff membuka pintunya.

"Tidak usah di antar, hanya dekat ini"

Mera melewati Cliff. Cliff mengikutinya dari belakang. Walau pun rumah mereka berdekatan. Tapi hawa dingin malam itu terasa dingin. Mera mengigil.

"Hm, kamu biasa pulang pagi saja masih menggigil seperti itu"

Mera mengambil kunci rumahnya dari kantongnya.

Mera membalikan badannya.

"Terima kasih makan malam yang sangat enak dan mendengarkan aku bercerita banyak hal"

Cliff tersenyum tipis.

"Terima kasih juga sudah mau menemaniku naik sepeda"

"Dasar bocah" Mera meninju pelan lengan Cliff.

Cliff sedikit ragu menyentuh rambut Mera. Cliff akhirnya menyentuh rambut Mera yang menutupi pipinya.

Jantung Mera berdebar kencang.

Apakah?

Cliff mau menciumnya ? Haruskah lagi-lagi... Ekspektasinya...

Hampir saja bibir Cliff menyentuh bibirnya, tiba-tiba Cliff hanya mengecup keningnya.

Mera terdiam.

"Selamat istirahat, rubah merah..." Cliff mengelus kepala Mera.

"Hm, terima kasih" Mera tidak ingin marah.

Cliff pun meninggalkan dirinya. Mera nutup pintunya dan hanya menertawakan dirinya yang terlalu percaya diri Cliff akan menciumnya tadi.

"Haa, sudahlah aku mengantuk" Mera senang malam ini makan enak dengan Cliff.

Note : Falscher Hase

Note : Falscher Hase

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang