Part 1: Mera Gregnorth

14.4K 433 1
                                    

°°°

Mera menghentakan heels-nya. Hujan pagi itu, membuat bagian bawah dressnya basah. Mera menutup pintu mobilnya dan segera menuju lift.

"Hm, dress ini menyusahkan juga" gumamnya sambil memasang kacamata hitamnya. Rambut merahnya yang berantakan, juga terkena percikan air hujan. Mera mengibaskan ujung rambutnya.

Mera memasuki lobi apartemennya. Penjaga pintu tersenyum padanya

"Selamat pagi Nona Mera"

Mera membalas senyumannya, sambil menekan tombol lift. Beberapa orang memandanginya dan berbisik-bisik. Mera menyadari hal itu, tapi itu hal yang biasa.

Mera memasuki lift.

Dia memang sangat mencolok. Dress pesta yang dipakainya sangat sexy apalagi dengan rambut merah ginger-nya.

Awal hari ini, Mera terbangun dengan seorang pria yang ditemuinya di pesta pernikahan kakaknya, Jim. Mera tidak tahu apakah laki-laki itu teman kakaknya? Atau mungkin teman ayahnya? Yang pasti Mera dan pria itu memuaskan diri mereka di hotel semalaman. Walaupun Pria itu sangat tampan dan memuaskannya, tapi Mera enggan mengenalnya lebih jauh.

"Oh sial, dia meninggalkan bekas gigitan di leherku" Mera membuka kacamata hitamnya dan melihat dirinya di pantulan pintu lift itu.

Mera memasuki ruangan apartemennya, dengan gontai Mera melempar heels dan tasnya ke lantai. Mera pun merebahkan dirinya di sofa, sambil memejamkan matanya yang sebenarnya sangat berat, karena kantuk.

Mera mengambil tasnya dengan malas dan memandangi handphonenya yang tadi berbunyi.

"Hei, kamu kenapa pergi?"
Pria semalam mengiriminya pesan.

Mera menaruh handphonenya, dia tidak membalas.

Mera hanya ingat Semalam, pria tampan itu dan badannya sangat bagus. Dia mendatangi Mera saat sedang minum sendirian pernikahan Jim. Bahkan Pria itu hampir menciumnya saat pesta masih berlangsung.

Hal yang paling disukai Mera, Pria itu tanpa basa-basi mengajaknya ke kamar, kebetulan hotel tempatnya menginap adalah tempat acara pernikahan Jim. Pria itu begitu gagah di atas tubuhnya. Mera sangat menyukai sensasi mereka bercinta. Pria itu bahkan tidak bisa berhenti memujinya.

"Tapi... Jangan mencium bibirku saat bercinta" kata Mera kepada pria yang sedang mencumbuinya itu.

"Hoam... Apakah aku perlu kafein?" Mera menguap.

Dengan malas, dia menuju dapur dan membuka lemari pendinginnya. Mera memandangi isi lemari pendingin itu, dia berpikir akan sarapan apa, akhirnya mengambil beberapa buah-buahan.

Mera memandangi bagian dressnya yang kotor itu, dia harus segera mencucinya.

"Ah aku lupa mantelku, ya sudah lah"
Semalam dia meninggalkan mantelnya di kamar pria yang bahkan dia tidak tahu namanya.

"Lebih baik aku mandi dulu, baru sarapan" Mera menutup kembali lemari pendinginnya.

°°°

"Pas malam pernikahanku tempo hari, kamu kabur kemana?"

Mera menoleh ke arah kakaknya, Jim. Mera hanya menyengir.

"Aku ada kok..." Mera melanjutkan merapikan beberapa box pakaian di bagasi mobilnya.

"Ada, tapi kamu tidak pulang bersamaan dengan keluarga besar kita" Jim menatap Mera.

Mera sedang malas membicarakan hal itu, dia mengambil box yang di pegang oleh Jim.

"Terima kasih sudah membantuku merapikan toko" Mera tersenyum membalas muka Jim yang serius mengintrospeksi dirinya.

"Mera...?"

"Hm? Jangan lupa, rumah toko Bridalku sudah pindah. Nanti ajak istrimu ke berkunjung ya" Mera tidak menjawab pertanyaan Jim.

"Aku serius bertanya loh, kami semua khawatir mencarimu, Mera" Jim mulai kesal dengan Mera.

"Aku pergi dulu kalau begitu... dadah...." Mera mengabaikan Jim sambil melambaikan tangannya dan langsung masuk ke mobilnya.

Jim sudah tidak bisa berkata-kata, hanya menggaruk kepalanya melihat mobil Mera yang meninggalkannya.

"Dasar Jim cerewet" Mera mengintip spion, Jim sudah tidak nampak.

"Apa aku tidak boleh bersenang-senang" Mera mengumam. Lagi pula hal seperti itu sudah biasa dia lakukan. Hanya saja dia ketemu dengan pria itu pas acara pernikahan Jim.

Bagi Mera, one night stand tidak perlu khawatir dengan siapa mereka bercinta, tidak mengikat dan tidak merugikan siapa pun. Karena itu bukan hubungan jangka panjang hanya dilakukan suka sama suka. Kalau pun dapat pacar atau pasangan itu berarti bonus.

Mera memarkirkan mobilnya di depan rumah tokonya.

Siang itu sangat terik. Tapi beruntungnya Mera bisa mendapatkan lokasi rumah toko yang punya taman rindang. Jadi hawanya terasa sejuk. Ada beberapa toko baru juga yang baru dibangun di sekitar situ, tapi sepertinya hanya rumah tokonya saja yang baru dihuni.

Mera mulai menurunkan box-box bajunya. Hari itu, dia sendirian untuk mulai merapikan rumah toko bridalnya. Biasanya ada asistennya yang membantunya, tapi hari ini dia sedang libur.

"Oke, habis ini aku makan banyak ah!" Mera mengangkat box itu ke dalam satu-persatu.

Tiba-tiba seorang pria naik bersepeda henti di depan rumah tokonya. Mera tidak memperdulikannya.

"Baru pindahan?" Sapa pria berkacamata itu.

"Oh hai... iya baru hari ini mau merapikan beberapa barang" Mera mengangkat box ke dalam rumah tokonya.

Pria itu pun membantunya mengangkat beberapa box. Mera hanya bengong melihat pria itu mengangkat semua boxnya ke dalam rumah tokonya.

"Nah, sudah semua?"

"Ah terima kasih banyak" Mera menatap pria berkacamata itu.

Pria itu langsung pergi tanpa pamit. Mera memandangi pria itu, ternyata dia masuk ke bangunan rumah toko pas di depannya.

Mera mengambil napas panjang, hari ini dia harus selesai merapikan bagian lantai bawah rumah tokonya. Mera mulai pusing, mau memulai dari mana, karena semua yang sangat berantakan. Gaun-gaun bridal bukan lah sesuatu yang ringan.

"Hm, semoga hari ini bisa selesai"

°°°

MERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang