Cliff menaikan kacamatanya dan meletakan bukunya di Sofa. Dia melihat Mera sudah terbangun dari tidurnya.
"Jam berapa ini?" Mera mengusap wajahnya.
"Jam 5 sore"
Mera terbelalak. Tidak mungkin dia tidur selama itu? Mera melihat Cliff yang duduk di sofa menatapnya.
"Kamu tidak buka tokomu?"
"Hm, tadi ada beberapa pelanggan yang mengambil orderan buket bunga"
Mera merasa bersalah. Gigi pasti bingung mencarinya.
"Aku harus pulang" Tapi Mera sadar dia hanya memakai t-shirt Cliff tanpa bawahan.
"Kenapa kamu pergi party lagi?"
Mera tidak suka, Cliff tiba-tiba menanyakan hal yang bukan urusannya.
"Aku hanya ingin mencari hiburan. Apa pedulimu? Toh kamu juga akan pergi" Mera menjawab dengan ketus.
"Oh minum sampai luar biasa mabuk?" Cliff melipat tangannya, wajahnya menunjukan rasa tidak senang.
"Aku sudah biasa seperti itu, kamu kan baru mengenalku"
"Iya aku baru mengenalmu, tapi orang dewasa berakal pasti tahu, alkohol tidak baik buat livermu"
"Hmm sok paling benar"
Cliff tertawa dingin, Mera memang kelihatannya mencari celah agar dirinya marah.
"Bisakah aku pinjam celana pendekmu? aku mau segera pulang!"
"Tentu saja" Cliff berdiri dan menuju lemarinya.
"Sayang sekali semalam aku tidak sempat bertemu Pria menarik, dan Arini bodoh itu membawaku kemari" Mera menghela napasnya.
Cliff diam, dia tidak percaya apa yang dikatakan mulut Mera.
"Oh" Cliff melempar celana pendeknya ke kasur.
"Sayang sekali ya? Harusnya aku tidak terbangun di kamarmu, harusnya aku bersama pria yang menginginkanku" Mera mengambil celana pendek Cliff di kasur.
Cliff tahu Mera sengaja memancingnya, tapi dia tidak ingin marah atau pun cemburu. Dia tidak Ingin menunjukan sifat buruknya terutama kepada Mera. Tapi Cliff bisa mengendalikan cemburunya.
Dia tidak suka jika Mera masih membiarkan tubuhnya disentuh orang lain, dia tidak mau wanita ini begitu rendah di bawah nafsu birahi laki-laki lain!
"Apa yang kamu harapkan dari seks seperti itu?"
Suara Cliff terdengar berat. Mera merasa Cliff menantangnya dengan pertanyaan itu.
"Hanya kepuasan dan tidak ada keterikatan" jawab Mera.
Mera sadar Cliff mendekatinya. Matanya berubah. Mera tahu Cliff mulai marah kepadanya.
"Apa ada yang menyentuhmu semalam?" Suara Cliff terdengar menahan emosinya.
"Bukan urusanmu! Kan kamu juga tidak perduli!" Mera beranjak dari kasur.
Cliff mendorongnya ke kasur. Mera terkejut dan ketakutan. Cliff tampak tidak bercanda.
"Apa ada yang menyentuhmu?" Tanya Cliff lagi sambil mendekati Mera.
"A.. aku tidak sempat berbicara dengan siapa pun"
Cliff merapikan rambut Mera. Rahangnya mengeras. Mera hanya diam saat Cliff akan menyentuh pipinya.
"Sebegitu murahkan dirimu?"
Mera ketakutan, dia segera beranjak dari kasur Cliff.
Tapi Cliff mendorong Mera lagi dengan keras ke kasur. Mera terkejut. Cliff langsung menindihnya dan mencengkram tangannya dengan kuat. Mera kesakitan.
"Kenapa kamu malah kembali seperti ini" Suara Cliff terdengar parau. Cliff benar-benar kecewa.
"Lepaskan tanganku! Ini sakit Cliff!" Mera memberontak! Tapi Cliff tidak melepaskan tangannya
"Kamu Gila?" Bentak Mera lagi.
"Aku tidak suka ada yang menyentuhmu" Cengkraman Cliff semakin kuat.
"Cliff, tanganku sakit!" Mera meneriakinya. Mera tidak berani menatap mata Cliff, emosi Cliff begitu menakutkan.
"Dari awal kamu hanya mengganggap tubuhmu ini bisa dinikmati pria mana pun?"
"Karena tidak ada pria yang menginginkan aku! Sebaik apa pun aku, tetap tidak ada yang menganggapku bagian hidup mereka! Kamu juga kan!" Mera memberanikan menatap cliff, air matanya mengalir.
Cliff hanya diam. Mera tampak sangat tertekan di bawah tubuhnya.
"Aku menyukaimu Mera, tapi aku hanya perlu waktu" Cliff melepaskan pegangannya.
Mera tahu Cliff akan meninggalkannya, dan Mera segera mendorong Cliff sekuat-kuatnya dan beranjak pergi.
"Hei" Cliff menangkap tangan Mera.
"Aku bukan Ben! Berhentilah memikirkan semua laki-laki seperti dia" suara Cliff mulai tenang.
Mera menarik tangannya.
Mera menangis. Dia sangat kesal dengan Cliff! Mera terus memakinya sambil keluar dari rumah toko Cliff dan membanting Pintunya dengan keras, hingga suara mengangetkan dirinya sendiri. Mera terdiam.
Mera tahu dirinya sangat frustasi karena tidak bisa membohongi dirinya. Dia hanya ingin Cliff.
Ini Bukan soal ben.
Mera membuka pintu tokonya, dihapusnya air matanya. Mera memegang wajahnya. Dia sadar drama yang terjadi tadi karena dirinya masih terpengaruh alkohol.
"Ya ampun" Mera terduduk di sofa dan menopang dagunya. Sisa-sisa Air mata masih menetes
"Loh nona Mera?" Gigi yang baru keluar dari kamar mandi bingung Mera tiba-tiba datang sesore itu.
Mera tahu, Cliff pasti amat kecewa padanya. Tadi dirinya benar-benar kekanak-kanakan.
°°°
Cliff masih diam duduk di kasurnya. Dia mengusap lehernya dan menghela napas panjang. Cliff menyesali dirinya tadi sangat kasar dengan Mera.
"Mungkin benar dia terlalu liar" gumam Cliff.
Dari awal Cliff memang menyukai Mera karena dia selalu jadi orang yang jujur, apa adanya, Mera selalu menjadi dirinya sendiri. Hanya saja Cliff tidak suka gaya hidupnya yang terlalu di luar batas.
Tapi Cliff sendiri bukan orang jujur. Senyum dan keceriaan palsu itu menutupi keburukan dirinya. Alter egonya yang memang dibentuk Cliff untuk menutupi ketakutan dan kekecewaannya di masa lalu.
Cliff tahu, Emosinya tidak lah stabil.
Apalagi sejak bermasalah dengan pernikahannya dulu, dia gampang cemburu. Mendengar Mera dengan pria lain saja hatinya sudah sangat panas terbakar cemburu.
Cliff tahu Mera hanya ingin seseorang yang mencintainya dan menginginkannya.
Tapi Cliff juga perlu menyelesaikan permasalahannya yang belum selesai.
"Ini kacau sekali"
Cliff membuka kacamatanya dan mengusap wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MERA
RomanceMera Gregnorth. Putus cinta dengan Ben merubah Mera yang tadinya adalah seseorang yang pemalu dan pendiam, menjadi wanita yang liar. Mera penganut One night stand, hubungan seks yang dilakukan dengan seseorang hanya satu malam saja. Bahkan Mera terk...