BAB 44: .... Fin

5.8K 294 24
                                    

°°°

Marry memegang kotak kecil itu dan mengeluarkan cincin di dalamnya. Wajahnya nampak polos memakai cincin di jari tangannya yang kecil itu. Walaupun, Cincin itu terlihat sangat kebesaran, kilauan berlian membuat Marry sangat menyukainya.

"Cincin..." Celoteh Marry sambil menunjukan jari ke arah Cliff.

Cliff terkejut.

Cliff segera berjongkok di depan Marry. Bagaimana bisa dia lalai saat Marry merogoh kantung jaketnya. Tapi Cliff memahami Marry hanyalah anak kecil yang selalu ingin tahu dan suka bermain, dia pastinya tidak sengaja mengambil kotak penting itu dari jaketnya.

"Ini punya uncle, boleh uncle ambil?" Cliff mengulurkan tangannya. Cliff memintanya dengan tersenyum.

Marry memandang Cliff. Dia menjatuhkan kotak cincin itu. Marry memandangi Cliff yang hanya tersenyum, Cliff masih mengulurkan tangannya untuk meminta Cincin itu. Kemudian Marry mengangguk dan memberikan cincin itu kepada Cliff

"Terima kasih sayang" Cliff mengelus rambut Marry.

Cliff mengambil kotak cincin di bawah kaki Marry dan memasukan kembali cincin itu ke dalam kotaknya.

Kemudian tersadar. Tubuhnya terasa dingin dan bulu kuduknya berdiri.

Mera, Claire dan Jim menatapnya.

Cliff hanya tertawa dan memasukan cincin itu ke kantung celananya.

"Cincin apa itu?" Jim berdehem.

Cliff hanya memaksakan dirinya tersenyum, dia sebenarnya tidak ingin untuk menjawabnya.

"Ah... ini dari ibuku"

"Ooooo" Jim dan Claire menjawab bersamaan.

Mera menaruh piring pie dan teh panas di depan Cliff. Mera memandangi Cliff. Matanya tampak menunggu cerita selanjutnya tentang cincin itu. Wajahnya hanya datar menatap Cliff.

Cliff hanya memaksa dirinya tertawa. Dia tidak tahu harus apa, otaknya tiba-tiba tidak bisa berpikir. Cliff merasa situasi ini benar-benar sangat aneh!

"Sudah, minumlah tehmu Cliff" Claire mengerti Cliff tampak tertekan. Mera masih menatap Cliff.

"Terima kasih" Cliff masih gugup. Mera masih memelototinya. Cliff hanya mengambil gelasnya dan meminumnya.

"Apa kami mengganggu disini?" Tanya Jim sambil memainkan matanya ke arah Claire.

Mera hanya diam, kemudian mengendong Marry yang masih asik bermain di depan Pintu.

Cliff menatap Mera, apakah dia marah? Kecewa?
Tapi ini benar-benar awkward moment! Dia sendiri tidak tahu harus mengatakan apa untuk memulainya karena Marry tiba-tiba mengeluarkan cincinnya.

"Uncle bunga... Mau nikah dengan aunty?" Tanya Marry. Lagi-lagi Marry berulah. Mera menutup mulut Marry dan memperingatkannya untuk diam. Mera menyerahkan Marry kepada Claire.

"Marry... Jangan ganggu uncle" Claire menariknya dari gendongan Mera. Dia tidak menyangka anak itu bakal keterlaluan. Tapi Claire hanya menganggapnya hal itu sangat lucu, karena sikap blak-blakan seperti itu memang ajaran Mera sendiri.

"Uncle bunga... Mau adik perempuan" celoteh Marry sambil menunjuk Cliff. Cliff memaksakan dirinya untuk tertawa. Ah, Marry ingat soal itu.

Mera benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa Marry terus berbicara. Claire hanya tertawa.

"Astaga, anak ini memang ya" Claire mencium Marry dan segera menggendongnya ke kamar belakang.

Mera memandang Cliff. Wajah Cliff memerah. Cliff merasakan jantungnya terasa lebih cepat. Cliff menelan ludahnya. Cliff berpikir keras apa yang harus dia katakan kepada Mera saat ini. Apalagi disini ada Jim dan beberapa pelanggan lain.

MERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang