•••
Doyoung menggelengkan kepalanya lalu menunduk. Jaemin membulatkan matanya, apa maksud dari gelengan kepala Doyoung ini? Apakah adiknya itu meninggalkannya? itu tidak mungkin.
"Hyung bicaralah!! Jangan membuatku penasaran dan takut," Jaemin menggoyang goyangkan badan Doyoung, memaksanya agar segera berbicara mengenai kondisi Jeimin.
"Jaem, tidak ada harapan lagi. Hanya 20% kemungkinan Jeimin untuk sembuh dari penyakit nya. Maafkan hyung, hyung sudah berusaha semaksimal mungkin. Kita akan melakukan kemoterapi sebaik baiknya besok, itu terakhir kalinya, jika tidak berhasil.." Doyoung menjeda kalimatnya sejenak.
"Jika tidak berhasil apa hyung?!" sela Jaemin tidak sabaran.
"Sudah tidak ada harapan lagi Jaem, kanker yang berada di tubuhnya sangat ganas," Jaemin menundukkan kepalanya lalu terduduk lemas, dia tidak bisa menahan tangisnya, dia sangat sangat menyayangi adiknya dan ingin yang terbaik untuk adiknya itu. Tapi nyatanya tidak bisa, semua tenaga sudah Doyoung kerahkan untuk pengobatan Jeimin, tapi nyatanya tidak bisa.
...
Malam ini Jeimin terbangun dari tidurnya dan melihat sang kakak yang sedang terlelap di sofa ruang rawatnya, Jeimin menghela nafas nya kasar lalu mencoba untuk duduk di ranjangnya.
"Hyung pasti sangat lelah karena mengurus ku yang penyakitan ini," Jeimin menundukkan kepalanya sembari memainkan jari-jarinya.
"Tuhan.. jika kau ingin ambil nyawaku ambillah, sudah cukup aku menyusahkan Jaemin hyung dan Doyoung hyung, sudah cukup sampai disini.. mungkin umurku sudah tidak lama lagi, aku akan menuliskan surat untuk Jaemin hyung dan Jeno, semoga saja mereka membacanya."
Jeimin langsung beranjak dari ranjangnya perlahan dan mencari cari dimana pena dan juga dua lembar kertas agar bisa menuliskan surat untuk dua orang tersayangnya itu.
Jeimin memaksakan dirinya untuk menulis padahal saat ini kepalanya sangat teramat pusing dan dia juga menggigil, tapi surat ini harus tetap ia tulis jika suatu saat nanti dia pergi meninggalkan kedua orang tersayang nya ini.
"Sial, kenapa harus ada darah yang menetes di surat yang akan ku berikan pada Jeno, hah~ biarlah!" Jeimin melanjutkan kegiatannya itu dengan fokus walaupun tangan satunya harus menyumpal hidungnya karena banyak darah yang keluar dari sana.
"Sedikit lagi.." ucap Jeimin.
Dia pun berhasil menyelesaikannya, tapi ini sudah pukul 2 malam. Jika Jaemin mengetahuinya pasti Jeimin akan dimarahi habis habisan, Jeimin pun memilih untuk mengambil tisu dan menghapus darah di hidungnya.
Jeimin pun segera kembali ke ranjangnya, tapi sebelum itu dia memasukkan suratnya ke tas yang berisi baju baju miliknya. Pasti Jaemin akan menemukannya di sana, Jeimin percaya akan hal itu.
Jeimin pun terlelap dalam tidurnya.
Pagi tiba, Jaemin mengerjapkan matanya dan melihat ke arah jam tangannya, ternyata sekarang sudah pukul 8 pagi, Jaemin kesiangan, tapi untung saja Doyoung datang tepat waktu untuk memberi Jeimin sarapan dan minum obat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Substitution | NoMin
Fanfiction[ COMPLETED ] ❝terimakasih atas pengorbananmu Hyung, aku mencintai kalian berdua.❞ Na Jeimin. [LEE JENO X NA JAEMIN] ⚠BIG NO SEBAR LUASKAN CERITA AUTHOR KE TIKTOK! ⚠BXB, YAOI, BL, NOMIN! ⚠tidak di sarankan untuk homophobic ⚠angst, sad romance ⚠...