17. Appa

2.1K 304 8
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Setelah Jaemin mematikan telpon Jeno, dia langsung membalikkan badannya untuk mengobrol dengan Doyoung, ternyata tadi yang memanggil Jaemin adalah Doyoung.

"Ada apa hyung?" tanya Jaemin.

"Appa mu ingin berbicara denganmu," ujar Doyoung.

Tentu saja setelah itu Jaemin langsung bergegas menemui appa nya di ruangan Doyoung, disana appanya sedang duduk sembari menunggunya.

"Ada apa?" tanya Jaemin tanpa menatap wajahnya.

"Bagaimana kabar kalian?"

"Oh, masih perduli ternyata? Aku kira kau sudah benar-benar melupakan kami berdua, untuk apa menanyakan hal itu? kau juga tidak perduli bukan pada Jeimin? untuk apa?" pertanyaan Jaemin yang bertubi-tubi membuat sang appa langsung berdiri dari duduknya itu.

"Jaem—"

"Cukup appa, tidak perlu menanyakan keadaan kami berdua lagi! Jeimin sedang kritis saat ini. Apakah appa perduli akan hal itu?!! tidak bukan?! lebih baik appa pergi dari sini, aku tidak ingin melihat wajahmu lagi disini appa, sudah cukup," emosi Jaemin.

"Berani sekali kau Jaem?!"

"Sudah cukup appa! Kau tidak berhak lagi menanyakan kabar Jeimin, kau juga sudah tidak pernah mengurus kami, anakmu ini sudah dewasa, urus saja jalang jalang mu itu!" kesal Jaemin.

Plak!

Jaemin memegang pipi kirinya yang memanas setelah di tampar oleh appa nya tadi itu.

"Aku ini appamu Jaemin, berhentilah menjadi anak yang durhaka dan membangkang seperti ini!"

Plak!

Lagi-lagi appa Jaemin menampar pipi Jaemin dengan sangat keras hingga sudut bibir Jaemin mengeluarkan sedikit darah, tidak hanya dua kali sebenarnya, bahkan berkali kali.

"Cukup paman!" Doyoung berusaha menahan tangan pamannya itu.

"jangan ikut campur Doy!"

"aku berhak ikut campur paman! karena Jaemin dan Jeimin sudah aku anggap sebagai adikku sendiri," cetus nya.

"Sudahlah Hyung, tidak perlu mengurusi tua bangka ini. Aku sangat membencinya, di saat eomma sakit juga bahkan dia tidak perduli, sekarang Jeimin menjadi korban berikutnya. Aku harap bukan aku ataupun hyung yang menjadi korban selanjutnya, jangan temui aku lagi appa, pergilah," usir Jaemin secara halus.

"Aku ingin melihat keadaan Jeimin," ucap sang appa.

"Sampai kapanpun aku tidak akan mengizinkanmu untuk bertemu adikku!" bantah Jaemin.

"Berani sekali kau—"

"Cukup paman! keluar dari ruangan ku, aku mohon, biarkan anakmu ini berfikir jernih terlebih dahulu, baru kau boleh menemuinya lagi," tutur Doyoung.

"Tidak perlu menemui kami lagi," balas Jaemin tanpa menatap appanya sedikitpun.

"Dasar anak tidak tahu diuntung!" Jaemin hanya menatap sinis pada appanya itu.

setelah kepergian appa nya Jaemin terduduk di sofa bersama Doyoung yang memeluknya, Jaemin ingin menangis tapi dia tidak selemah itu, sudut bibirnya robek akibat ditampar terus menerus oleh sang appa.

"Hyung.. kenapa dunia kejam sekali padaku," lirih nya sembari memeluk Doyoung.

"Ada saatnya dimana kau akan bahagia Jaem, itu pasti. Hyung akan selalu menjagamu, hyung janji," ucapnya sembari mengelusi punggung Jaemin.

Setelah beberapa menit Jaemin tenang, Doyoung perlahan melepaskan pelukannya dan melihat sudut bibur Jaemin yang terluka tadi.

"Biar hyung obati ya?" Jaemin menganggukkan kepalanya menurut saja pada hyung nya itu.

Doyoung segera mengambil kotak P3K di lemari kecil nya, dan langsung mengobati luka Jaemin.

"Shh," ringis Jaemin saat kapas yang sudah berisikan obat menempel pada sudut bibirnya itu.

Dengan hati hati Doyoung mengobati luka Jaemin dengan telaten, memang sangat kejam appa nya Jaemin itu.

Appa Jaemin meninggalkan eomma Jaemin saat ia sakit keras, tentu saja Jaemin sempat frustasi saat itu, terutama Jeimin. Dia bingung harus berbuat apa, dan pada akhirnya eomma Jaemin meninggalkan mereka untuk selama-lamanya, appa Jaemin tidak pernah pulang sama sekali, pernah waktu itu Jaemin menyusul appa nya ke kantor tempat ia bekerja, tapi ternyata appa nya sedang berciuman dengan seorang wanita, yang bahkan Jaemin tidak mengenalinya sama sekali.

Dari situ Jaemin mulai membenci appa nya, awalnya dia kira appa nya hanya frustasi saja akan masalah ini, tetapi ternyata memang hobi nya mengoleksi jalang jalang diluar sana.

Bahkan saat Jaemin pulang dari kuliahnya yang diluar negri, appa Jaemin tidak perduli sama sekali saat mendengar kabar bahwa Jeimin sedang tidak baik baik saja, dia sedang sakit..

Jaemin sangat emosi sebenarnya, tapi dia tahan karena adiknya itu percaya, dia bisa menjaga dirinya selama Jaemin menyelesaikan pendidikan nya di luar negri, akhirnya selama 4 tahun Jaemin di luar negri, menamatkan kuliah nya.

Adiknya itu sangat hebat, bisa bertahan dalam waktu selama itu. Tapi saat ini.. dia sudah tidak bisa bertahan lagi, keadaannya sudah kritis..

Jaemin sangat membenci appa nya itu, yang bahkan sama sekali tidak pernah perduli pada keluarga kecilnya, keluarga Jaemin sekarang sudah berantakan, mungkin jika Jeimin meninggalkannya, hanya sisa Jaemin saja..

Setelah Doyoung selesai mengobati luka Jaemin, dia pun segera menaruh kotak P3K itu ke tempat semula dan menyusul Jaemin kembali.

"Ayo lihat keadaan adikmu!" ajak Doyoung.

Jaemin menganggukkan kepalanya, dia pun segera berdiri dan langsung pergi ke ruangan Jeimin untuk melihat keadaan adik tersayang nya itu.

Jaemin duduk di samping ranjang sembari menggenggam tangan adiknya itu yang sedang terbaring lemah saat ini.

"Tidurlah sayang.. dunia terlalu kejam untukmu, biar hyung saja yang menghadapinya, istirahat lah dengan tenang dan nyaman.. hyung akan menjaga diri hyung baik baik disini, dan apa kau tahu? tadi si tua bangka itu menemui hyung, dan dia ingin menjengukmu, tapi hyung melarangnya.. kau pasti juga membenci nya bukan? haha sudahlah.. Jeim lupakan tua bangka itu, dan beristirahat lah dengan tenang ya? hyung akan selalu ada disini hingga nafas terakhirmu di hembuskan, percaya pada hyung.. hyung sangat sangat menyayangimu Jeim, tidak ada siapa siapa lagi di dunia ini yang hyung sayangi." monolog Jaemin panjang lebar, dia pun mengecup punggung tangan sang adik dengan air mata yang mengalir di mata indahnya itu.

.

Disisi lain Jeno saat ini sedang melamun di meja kerja nya, dia menatap kosong ke arah depan, dia sedang berfikiran negatif tentang Jaemin saat ini, siapa lelaki yang memanggilnya tadi? itu yang ada di kepala Jeno saat ini.

Puk

Seseorang menepuk pundak Jeno dan Jeno pun segera menoleh ke arah belakang.

"Ada apa Jeno? mengapa anak daddy terus melamun sedari tadi mhm?" tanya Jaehyun sembari menaruh berkas berkas di meja milik Jeno.

"Daddy mengejutkan ku.." ucap Jeno sembari memeriksa berkas berkasnya.

"Kau belum menjawab pertanyaan daddy," Jaehyun pun duduk di kursi yang berada di hadapan Jeno.

"aku—"

TBC.

[✔] Substitution | NoMin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang