42. Overthinking

1.8K 257 5
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Waktu memang terasa cepat, kini kandungan Jaemin sudah memasuki bulan ke 7. Hari hari memang terasa berat bagi Jaemin karena ini adalah kali pertamanya dia hamil. Tapi di balik kesulitan yang Jaemin alami, ada Jeno, mommy Taeyong, dan bahkan yang lainnya juga yang selalu berada di sampingnya.

3 bulan terakhir ini Jaemin merasa baik baik saja, bahkan perasaannya jauh lebih baik dari sebelumnya. Kandungan dia pun sehat sehat saja, tidak ada kendala dalam waktu 3 bulan ini.

Jeno dan yang lainnya menjaga Jaemin dengan sangat baik, kadang Jaemin bersyukur sudah dipertemukan dengan Jeno dan keluarganya, mereka sangatlah baik pada Jaemin.

Entah bagaimana caranya membalas kebaikan keluarga Jung, Jaemin tidak mampu untuk membalasnya. Dia hanya bisa menurut untuk membalaskan budi keluarga Jung.

Kembali lagi ke masa saat ini, hari ini Jaemin merasa bahwa dirinya itu tengah memikirkan hal yang tidak penting. Seperti overthinking berlebihan, dia masih mengira bahwa itu adalah bawaan bayinya. Sungguh, sebelumnya Jaemin belum pernah merasakan hal seperti ini, baru kali ini dia merasakannya saat dia hamil 7 bulan ini.

"Hufth.. Entah kenapa aku merasa.. Tidak enak." monolognya sendiri sembari mengusap usap perutnya yang sekarang ini sudah membuncit.

"Sayang.." panggil seseorang lembut.

Jaemin menoleh, dia berusaha tersenyum pada Jeno walau dirinya itu sedang memikirkan hal yang tidak tidak. Dia harus tetap terlihat baik baik saja dihadapan suaminya bagaimanapun caranya agar Jeno tidak terlalu khawatir dengan keadaannya.

"Kenapa? Kau membutuhkan sesuatu? Mau aku ambilkan?" tanya Jaemin sembari membenarkan posisi duduknya itu agar lebih nyaman.

"Tidak.. aku melihatmu sedang melamun, makanya aku memanggilmu. Apakah ada sesuatu yang sedang kau pikirkan? Jika iya ceritalah padaku sayang, jangan memendamnya sendirian. Ingat, aku tidak suka jika kau merahasiakan sesuatu dariku."

Jaemin tersenyum tipis, dia pun meraih tangan Jeno untuk dia genggam. Jaemin pun perlahan menarik tangan Jeno, dia mengecup punggung tangan Jeno dengan sangat lembut.

"Tidak ada.. Hanya saja perasaanku yang tidak enak entah kenapa, tidak ada yang aku fikirkan sebenarnya.." ungkap Jaemin agak berbicara pelan.

"Benar begitu? Kau tidak bohong sama sekali kan?" tanya Jeno lagi untuk memastikan.

Jaemin menggelengkan kepalanya, lalu mengisyaratkan untuk Jeno mendekat kepadanya. Jeno yang paham akan hal itu pun langsung mendekat ke arah Jaemin lalu memeluk tubuh mungkin Jaemin dengan sangat erat.

"Jika ada sesuatu yang mengganjal, kau boleh cerita padaku sayang.. Aku ini suami mu, kau bebas cerita apa saja yang kau ingin cerita padaku. Jangan ditahan ya? Aku tahu dari sorot matamu, bahwa kau itu sedang memikirkan sesuatu," tutur Jeno lembut sembari mengusap usap punggung Jaemin dengan sangat lembut, sentuhan dari Jeno lah yang membuat Jaemin selalu tenang.

"Aku akan menceritakan semuanya padamu, tapi tidak sekarang. Beri aku waktu dulu untuk memikirkan semua itu," sahut Jaemin sembari mengeratkan pelukannya lalu menenggelamkan wajahnya itu di dada Jeno.

"Baiklah, aku akan menunggunya kapanpun kau mau menceritakan semuanya, sayang. Sekarang kau istirahat ya? Aku juga mau berangkat ke kantor," ujar Jeno pelan sembari membantu Jaemin untuk tiduran di kasur nya.

"Iya Jeno, kau hati hati ya menyetir mobilnya," balas Jaemin lalu tersenyum pada Jeno.

Jeno membalas senyuman dari Jaemin lalu—

Chup!

"Aku menyayangimu, Jung Jaemin." ucap Jeno saat sebelum dia benar benar pergi dari kamar Jaemin, meninggalkan Jaemin sendirian dengan pikirannya yang masih melayang itu.

"Aku harus bagaimana?" lirih Jaemin lalu memejamkan matanya perlahan.

"Jeim.. Hyung rasa ini sudah terlalu jauh, Jeno berhak mengetahui semuanya. Jeno berhak mengetahui kalau Hyung ini bukan dirimu, Jeno juga berhak tahu, yang menikah dengannya itu adalah kembaranmu, bukan dirimu.. Izinkan Hyung untuk memberitahu Jeno sekarang juga, agar pikiran Hyung bisa tenang. Hyung tahu Jeno pasti akan kecewa berat jika mengetahui hal ini, semoga dia bisa menerimanya dan ikhlas.. Hyung sudah tidak mau lagi merahasiakan ini semua Jeim.. Cukup sampai disini, Hyung akan memberitahukan semuanya pada Jeno." monolog Jaemin dalam hatinya sembari memejamkan matanya.

Jaemin pun berinisiatif untuk turun ke bawah, dia merasa bosan jika di kamar terus seperti ini. Terkadang Jaemin merasa bersalah ketika dia selalu diam setiap hari, dia tidak mengerjakan pekerjaan apapun karena Taeyong yang melarangnya. Tapi tetap saja Jaemin merasa tidak enak karena dia disini hanya seorang menantu.

"Hae, adakah yang harus aku bantu? Aku ingin mengerjakan sesuatu," tanya Jaemin saat menghampiri Haechan yang sedang duduk di meja makan.

Haechan menoleh, dia pun tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. "tidak ada Jaem, tidak ada yang perlu kau ataupun aku kerjakan lagi. Semuanya sudah selesai. Memangnya kenapa? Apakah kau merasa bosan?" pertanyaan dari Haechan itu dibalas anggukkan oleh Jaemin.

"Bagaimana jika kita menonton film saja di kamarmu? Aku juga merasa bosan tidak ada pekerjaan yang harus aku kerjakan. Bagaimana? Apakah kau mau?"

"Hemm, baiklah aku mau. Aku tunggu di kamar kalau begitu ya?"

"Iya, nanti aku akan menyusul dengan membawa camilan untuk menonton."

Jaemin mengangguk, dia pun kembali naik ke kamar nya. Akhirnya Haechan tidak sibuk lagi dan mengajaknya melakukan kegiatan walaupun hanya sekedar menonton film, Jaemin sangat jenuh sekali selama ini hanya diam di kamar nya dan mengerjakan pekerjaan yang ringan ringan, jika dia merasa tidak enak badan, dia langsung disuruh untuk pergi ke kamarnya. Jaemin benar benar sangat dijaga oleh keluarga Jung.

Saat sudah sampai di kamarnya, Jaemin kembali melamun, dia melihat ke arah sekitar sejenak. Jika dilihat lihat, kehidupannya berubah drastis saat dia menikah dengan Jeno. Dia berubah menjadi lebih manja, sering memikirkan sesuatu yang tidak penting, bahkan dia menjadi rajin akhir akhir ini.

Ceklek!

"Jaem?" panggil Haechan.

"Masuk saja." ujar Jaemin dari dalam kamar.

Haechan pun langsung masuk dengan membawa beberapa camilan untuk mereka berdua menonton film. Jaemin tersenyum tipis menanggapinya, Haechan ini sangat pengertian sekali, tahu saja jika Jaemin sedang lapar saat ini.

"Mau menonton film apa?" tanya Haechan sembari menaruh nampan yang berisi camilan di atas nakas samping tempat tidur.

"Apa saja, terserah padamu," jawab Jaemin lalu mengambil camilan yang berada diatas nakas.

"Baiklah, aku sedang menyukai film ini. Mungkin kau juga akan suka, sebentar ya aku akan putar film nya di laptop," Haechan pun segera membuka laptopnya lalu mencari cari dimana letak film tersebut.

Selama film nya itu diputar, Jaemin tidak berhenti memakan camilan nya. Sedangkan Haechan hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya, memang bumil seperti ini Hae, jadi wajarin saja ya.

"Jaem, jika aku melihat film ini, terkadang aku merasa kesal pada pemeran utamanya itu. Kenapa dia tidak mau mengungkapkan hal yang sebenarnya bahwa dirinya itu bukan kembarannya, huh! Menyebalkan."

Deg.

Jaemin meneguk salivanya saat mendengar kata kata itu dari Haechan, kenapa kisah di film itu sangatlah mirip dengannya? Apakah ini?

"Kenapa ceritanya sangat mirip sekali dengan kehidupanku?.." gumam Jaemin.

"Hah?"

TBC.

[✔] Substitution | NoMin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang