•••
Setelah selesai acara pernikahan, Jeno dan Jaemin segera pulang bersama yang lain tentunya. Mereka pulang ke rumah daddy dan juga mommy nya Jeno. iya pulang ke rumah Jeno.
Saat ini Jeno dan Jaemin sedang berada di kamar, berdua. sudah tradisi pengantin baru pasti berada di kamar di jam-jam seperti ini.
Jaemin duduk di kasur terdiam menatap Jeno yang perlahan membuka dasinya, wow so sexyh 🤫 Jaemin meneguk saliva nya melihat Jeno tersenyum smirk padanya.
"Kau kenapa sayang? Padahal aku tidak berniat apa-apa," Jeno terkekeh pelan, lalu ia melepas jas nya lalu menaruhnya di dekat kamar mandi pada kamar ini.
"Ck! Kau menyeramkan."
"Oh ya? Mau buat baby Jung tidak??" Jeno menghampiri Jaemin lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Jaemin. Jaemin sedikit terkejut dan reflek mundur untuk menjauhkan wajahnya dengan wajah Jeno.
"Haha, kau sangat lucu sekali Jaem!" Jeno tertawa hambar lalu segera mencium bibir Jaemin tanpa aba aba sedikitpun.
Jaemin membulatkan matanya dan langsung menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke kasur karena dorongan dari Jeno. Perlahan Jaemin membalas ciuman dari Jeno dan mengikuti penuturan dari Jeno, dia ikut berbaring seakan akan menurut pada Jeno.
Kini Jeno beralih mencium leher Jaemin dan juga dada Jaemin, ia membuka kancing baju Jaemin satu persatu hingga terbuka sedikit menampakkan dada mulus Jaemin.
"Kau sexy, istri siapa?" tanya Jeno sembari memberhentikan aktivitasnya itu lalu tertawa pelan.
"Shh istrimu! cepatlah lanjutkan saja!" kesal Jaemin.
"Ckckck sebentar sayang, kau mau memiliki baby Jung? Sepertinya kau sangat menginginkan sekali ya?" Jaemin memutar bola matanya malas dia menampar pelan pipi Jeno.
"Tidak usah banyak drama!" sewot Jaemin sembari menatap tajam ke arah Jeno.
"Astaga, Kau sangat galak! Baiklah aku akan memulainya. Jangan menangis ya."
Malam itu Jeno dan juga Jaemin benar benar melakukan malam pertamanya, Jaemin sempat menangis karena mengalami sakit di bagian selatannya. Milik Jeno itu terlihat sangat besar. ugh!
Jaemin berharap dia tidak akan hamil secepatnya, karena dia terlalu takut untuk menjadi orang tua. Ia takut gagal seperti appa nya itu, menelantarkan anaknya dan tidak mau bertanggung jawab.
"Na.." panggil Jeno di tengah tengah keheningan setelah mereka selesai melakukan hal itu.
"Mhm?"
"Kau tahu tidak? Aku masih tidak percaya bisa menikah dengan mu," Jeno terkekeh pelan lalu kembali memeluk pinggang ramping Jaemin lalu mengecupi ceruk leher Jaemin.
"Dulu saat aku pertama bertemu denganmu, aku sudah jatuh cinta padamu Jaem. Bahkan aku merasa bahwa kau adalah destiny ku, takdirku," kali ini Jeno menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka.
"Benar saja bukan? Kau dan aku adalah takdir Na, tidak akan ada yang bisa memisahkan kita kecuali maut. Aku akan berusaha terus menjagamu seperti janjiku pada Hyung ku, aku juga berjanji pada diriku sendiri," sambung Jeno lagi sembari tersenyum lirih dan mengambil tangan Jaemin untuk menggenggamnya dengan sangat erat.
"Dulu saat kau bertemu pertama kali denganku, kau selalu berperilaku manja, manis, dan juga soft. tidak ada yang berubah sebenarnya, hanya manja mu saja yang berubah seketika. Aku pun heran kenapa kau seperti itu, apakah ada sesuatu yang membuatmu merubah perilaku manjamu itu? apa memang kau berniat merubahnya???" tutur Jeno sembari terus menggenggam tangan Jaemin tanpa melepasnya sedikitpun.
"Hah~ aku sangat beruntung memilikimu Na, sungguh. Aku sangat sangat bersyukur dan aku tidak akan pernah menyia nyiakanmu." Jeno tersenyum, sekali lagi dia mengecup tengkuk leher Jaemin.
"Na?" panggil Jeno. Jaemin tidak menjawabnya sama sekali.
Ternyata saat Jeno lihat, Jaemin sudah terlelap dalam tidurnya, Jeno tersenyum lalu mengecup pipi Jaemin. "Aku tau kau pasti sangat lelah, istirahatlah dengan nyaman dan tidurlah dengan nyenyak," Jeno mengusap pipi Jaemin dengan lembut lalu kembali menarik selimut agar lebih menutupi tubuh polos nya dengan istrinya itu.
...
Setelah beberapa hari acara pernikahan Jeno dan juga Jaemin terlewat, Jeno berniat mengajak Jaemin untuk berbulan madu di Busan, tentu saja Jaemin mau. Karena Busan itu adalah tempat favorit adiknya, Jaemin juga suka.
Pagi ini Jeno dan juga Jaemin sudah siap berangkat ke Busan, bahkan sudah menyiapkan segalanya. Jaemin nampak bahagia sekali, akhirnya dia bisa melepas rindu nya dengan melihat tempat tempat yang ia kunjungi dengan adiknya dulu.
Di sepanjang perjalanan Jaemin hanya memeluk Jeno, iya memang Jeno yang menyuruhnya. Jaemin hanya mengikuti keinginan Jeno saja.
Saat sampai di sana Jeno langsung memesankan hotel untuk mereka berdua nantinya, honeymoon ini akan terasa sangat spesial untuk Jeno.
"Kau menyukainya?" tanya Jeno pada Jaemin yang sedang fokus memandang ke arah luar jendela hotel.
Jaemin membalikkan badannya lalu tersenyum pada Jeno, dia menganggukkan kepalanya berkata bahwa dia sangat suka ini. Ini liburan sekaligus honeymoon paling spesial sekali, entah kenapa padahal tidak ada hal yang spesial tapi terasa sangat spesial bagi Jaemin dan juga Jeno.
"Kemarilah! duduk," titah Jeno menepuk kasur di sebelahnya.
Jaemin menurut dan segera duduk di samping Jeno, menatap Jeno sambil tersenyum tipis.
"Ada apa?" tanya nya.
"Tidak ada, ayo berciuman!" ajak Jeno sembari menaruh kamera di ujung kasur sana.
"Kenapa harus ada kamera?"
"Aku ingin mengabadikan momen ini, saat aku merindukanmu jika aku sibuk bekerja nanti, aku akan melihat foto ini untuk melepas rinduku," jelas Jeno sembari tersenyum.
"yaya serah kau saja."
Jeno pun segera mentimer kan kameranya dan menaruhnya di tempat yang tepat. Dia segera menarik tengkuk leher Jaemin dan mencium bibir manis Jaemin dengan sangat lembut, Jaemin memejamkan matanya dan ikut penuturan dari Jeno, mereka berciuman cukup panjang hingga ada 10 menit lebih, sesekali Jeno memberi Jaemin untuk bernafas agar ciumannya itu panjang.
Perlahan Jeno melepas ciumannya setelah seberapa lamanya, dia menatap Jaemin dengan tatapan yang tidak bisa diartikan nya. Jaemin bisa melihatnya, Jeno itu sangat mencintai Jaemin-ah ralat mencintai Jeimin maksudnya. Terlihat dari sorot matanya dan tatapannya yang selalu terlihat sendu dan menatap dalam dalam. Jaemin mengetahuinya.
"Sekali lagi maafkan Hyung.." lirih Jaemin dalam hatinya sembari menundukkan kepalanya tidak kuat untuk menatap Jeno lebih lama lagi.
Mau sampai kapan Jaemin berpura-pura menggantikan posisi adiknya seperti ini? Jaemin merasa tidak enak pada Jeno. Sungguh, ini sudah melewati batas wajar. Tapi jika Jaemin mengungkapkan semuanya, dia belum siap untuk itu. Dia benar-benar belum siap.
"Kenapa kau menangis sayang??" tanya Jeno sembari menangkup pipi Jaemin dan menatapnya kembali.
"Tatapan mu membuatku teringat pada adik sepupu ku Jeno," ungkapnya sembari memeluk Jeno dengan sangat erat.
Jeno meneguk salivanya lalu membalas pelukan Jaemin dengan sangat sangat erat. "tidak apa sayang, menangislah dulu. Luapkan semuanya padaku,"
"Hiks-maafkan aku Jeno, sungguh.." lirih Jaemin sembari menyembunyikan wajahnya di dada bidang Jeno.
"Maaf untuk apa?" tanya Jeno sembari melepaskan pelukannya perlahan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Substitution | NoMin
Fanfiction[ COMPLETED ] ❝terimakasih atas pengorbananmu Hyung, aku mencintai kalian berdua.❞ Na Jeimin. [LEE JENO X NA JAEMIN] ⚠BIG NO SEBAR LUASKAN CERITA AUTHOR KE TIKTOK! ⚠BXB, YAOI, BL, NOMIN! ⚠tidak di sarankan untuk homophobic ⚠angst, sad romance ⚠...