46. Diberitahu

3.9K 344 14
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Pikirkan ini semua sebelum kau menyesal kehilangan Jaemin. Dia orang yang sangat baik, bahkan rela mengorbankan hidupnya hanya karena adiknya. Aku kira pemikiran mu dewasa, tapi nyatanya seperti anak anak! Kau ingin tahu suatu hal? Jeno? Hah? Mari ikut ke ruanganku!" Doyoung pun meraih tangan Jeno lalu menariknya dengan paksa.

Jeno hanya bisa menurut saja dan pasrah, dia ikut ke ruangan Doyoung dan di sana Doyoung tampak sedang mencari sesuatu.

Doyoung tampak mengeluarkan sebuah kertas. Jeno mengerutkan keningnya, memangnya itu kertas apa? Apakah terlalu penting untuk nya??

"Baca ini!" titah Doyoung dengan nada ketus nya.

Jeno pun mengambil perlahan kertas tersebut dari tangan Doyoung, dia pun mulai membaca perlahan tulisan yang berada di kertas tersebut.

Jeno terdiam saat setelah membaca surat tersebut, ini asli tulisan dari Jeimin, Jeno dapat mengenalinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno terdiam saat setelah membaca surat tersebut, ini asli tulisan dari Jeimin, Jeno dapat mengenalinya. Sekarang Jeno jadi merasa bersalah atas ini, dia tidak berhak marah pada Jaemin. Karena kekasihnya lah yang telah menyuruh Hyung nya itu untuk menggantikannya, bahkan Jeimin memaksa Hyung nya agar mau.

Tapi di balik itu pun, Jaemin memang sangat menyayangi adiknya. Dia mau melakukan apapun untuk adiknya, asal adiknya senang.

"Sekarang kau sudah percaya?? Kau sudah percaya bahwa kekasih mu sendiri lah yang meminta Hyung nya agar menggantikan posisinya? Masih ingin menghukum Jaemin lagi? Jika iya aku akan membawa Jaemin dan anakmu pergi jauh darimu." tampak penuh penekanan dari setiap kalimat yang dia ucapkan.

"T-tidak Hyung.. Jangan bawa Jaemin pergi dari hidupku. Tapi aku mohon, beri aku waktu untuk mengikhlaskan ini semua. Aku masih terkejut atas pengakuan Jaemin tadi, aku masih belum Terima akan hal ini. Tapi aku akan berusaha mengikhlaskan Jeimin dan juga menerima Jaemin sebagai istriku lagi." mohon Jeno pada Doyoung.

"Ya, jangan bodoh. Jangan berpikir terlalu lama sampai-sampai kau menyesal kehilangan Jaemin dan anakmu nanti. Aku percaya Jaemin dan anaknya akan selamat walau kesehatan mereka kurang baik," setelahnya pun Doyoung meninggalkan Jeno yang masih mematung terdiam.

Jeno meneteskan air matanya lalu menatap kembali kertas yang sedari dia pegang, lalu ia pun memeluk kertas itu sembari memejamkan matanya kuat kuat. Jika benar ini adalah keinginan dari kekasihnya, Jeno akan belajar menerima Jaemin bahkan mencintai Jaemin sebagaimana dia mencintai Jeimin waktu itu.

"Jika ini keinginanmu, aku akan mencoba mencintai Hyung mu, Jeim.. Tapi aku tidak akan pernah melupakanmu sampai kapanpun.. Aku juga mencintaimu, bahkan sangat sangat mencintaimu.." monolog Jeno lalu menangis sejadi jadinya.

Setelah itu pun Jeno berusaha memberhentikan tangisnya, walau air matanya terus keluar tanpa seizin darinya.

Jeno keluar menghampiri Doyoung yang sedang menunggu di bangku depan ruang UGD. Doyoung tampak bersedih, bagaimana tidak? Eomma Jaemin sudah menutupi kan anak kembarnya itu pada Doyoung, Doyoung merasa sangat bersalah melihat Jaemin seperti sekarang ini.

"Hyung.." panggil Jeno sembari menepuk pundak Doyoung.

"Kenapa?"

"Maafkan aku, aku memang benar-benar sangat egois dan juga tidak memikirkan orang sekitar, seperti kau dan juga Jaemin, bahkan anakku menjadi korbannya. Aku mohon maafkan aku hyung.." lirih Jeno lalu ikut duduk di samping Doyoung.

"Syukur kalau kau menyesalinya sekarang sebelum semuanya terlambat. Jangan hanya minta maaf padaku, minta maaflah pada istri dan anakmu juga. Aku berdoa agar Jaemin dan anaknya selamat, tapi jika salah satunya tiada, aku berharap Jaemin lah yang akan selamat."

Jeno menghela nafasnya lalu menganggukkan kepalanya, keadaan kembali hening. Jeno dan Doyoung sama sama menunggu ruang operasi menjadi lampu warna hijau, tapi sekarang masih berwarna merah.

Jeno belum berniat untuk memberitahukan keluarganya, dia takut nanti keluarganya malah merusuh dan panik. Jeno akan memberitahukan mommy nya itu nanti setelah ada kabar baik ataupun buruk.

2 jam kemudian..

Lampu ruang operasi tampak berubah menjadi warna hijau, Doyoung pun langsung berdiri dan segera menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi.

"Bagaimana operasinya dok?" tanya Doyoung pada dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi.

"Jaemin dan anaknya berhasil diselamatkan dr. Doy, tapi keadaan bayinya sangatlah lemah. Begitu pula dengan Jaemin, keadaannya kritis," ungkap dokter tersebut.

"Syukurlah.. Lakukan yang terbaik untuk Jaemin dan anaknya dok," jawab Doyoung dan dibalas anggukkan oleh sang dokter.

"Sementara waktu Jaemin akan di pindahkan ke ruang ICU, dan bayinya akan di taruh di inkubator," ucap dokter lagi.

"Iya dok, lakukan saja yang terbaik. Jangan permasalahkan biaya, aku akan menanggung semuanya," sahut Jeno datang dari belakang Doyoung.

Doyoung tersenyum tipis pada Jeno, akhirnya Jeno menyadari semuanya, dia mau menerima Jaemin dan anaknya kembali.

Setelah itupun dokter pamit untuk memindahkan Jaemin ke ruang ICU. Sedangkan Doyoung langsung membalikkan badannya untuk menghadap Jeno, dia pun menemui pundak Jeno.

"Aku harap kedepannya kau akan berfikir dewasa, Jeno. Jangan sampai Jaemin menderita lagi seperti ini, anak mu harus lahir prematur karena hal ini. Jangan lagi, sudah cukup penderitaan Jaemin selama ini. Aku harap kau mengerti akan hal ini," tutur Doyoung dan dibalas anggukkan oleh Jeno.

"Iya hyung, sekali lagi maafkan aku."

"Ya, kau mau menjenguk Jaemin terlebih dahulu? Atau aku dulu?" tanya Doyoung.

"Kau dulu saja hyung, aku ingin memberikan kabar pada semua keluargaku bahwa Jaemin sudah melahirkan anaknya," jawab Jeno.

Doyoung pun langsung pergi berjalan meninggalkan Jeno untuk segera pergi ke ruang ICU. Sedangkan Jeno langsung bergegas menelpon Mommy Taeyong untuk mengabari bahwa saat ini Jaemin sudah melahirkan.

Taeyong dan juga keluarga Jung cukup kaget mendengar kabar ini, tapi Jeno melarang Taeyong dan yang lainnya untuk datang kesini. Karena jika mereka datang kesini pun percuma, Jaemin masih kritis dan bayinya juga masih ditaruh di inkubator. Jeno hanya meminta do'anya saja kepada keluarganya itu agar Jaemin segera sadar dan bayinya juga segera sehat.

Setelah menunggu beberapa menit, Jeno melihat Doyoung keluar dari ruang ICU Jaemin. Jeno pun berniat untuk masuk ke dalam, dia benar benar merasa bersalah dan menyesal sudah bersikap seperti itu pada Jaemin.

Ceklek.

Pintu ruang ICU Jaemin tterbuka yang Jeno lihat pertama kali adalah Jaemin yang terbarinh di sebuah ranjang dan banyak alat alat yang menempel pada tubuh mungilnya itu.

Perlahan Jeno pun melangkahkan kakinya mendekat ke ranjang Jaemin, tubuh Jeno melemas seketika membayangkan bagaimana sakitnya Jaemin saat dia tertabrak tadi. Jaemin harus merasakan sakit di seluruh tubuhnya, ah.. Jeno sungguh tidak bisa membayangkan hal ini. Hatinya teriris saat membayangkannya.

Jeno pun berdiri tepat di samping ranjang Jaemin, dia meraih tangan Jaemin lalu menggenggamnya dengan sangat erat, entah berapa kali lagi dia akan mengucapkan bahwa dia benar benar merasa bersalah akan hal ini.

"Maafkan aku Jaemin.." lirih Jeno

TBC.

[✔] Substitution | NoMin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang