34. Kasih ibu sepanjang masa

65 12 0
                                    

Malam nya, yang menunggu Chandra di rumah sakit ada Abi Taufik, utari, Amel dan Satya. Arsy kalau malem emang pulang, lagian kalau mau nginep pasti Chandra larang. Chandra mau Arsy istirahat setelah tadi siang merawat nya.

Dan kini Chandra sedang di suapi buah apel oleh utari. Kalau lagi sakit emang ya semua nya pasti perhatian, makan juga di suapin. Coba aja kalau gak, buah aja pasti ngupas sendiri. Tapi sakit juga ga enak Ga bisa kemana mana, dan yang paling penting ga jadi nikah sama Arsy, gagal deh rasain surga dunia.

"Abang kapan bisa pulang nya?," tanya Amel.

"Pengennya mah besok dek, ga tau kata dokter," jawab Chandra.

"Pernikahan kamu sama Arsy gimana?," tanya utari, sebenernya utari kecewa sama Chandra. Kenapa Chandra ga dengerin ucapan dia kalau pengantin itu gak boleh keluar rumah dulu, karna pasti akan ada kejadian buruk yg menimpa nanti. Dan lihatlah Chandra sekarang, akibat ulah nya sendiri, pernikahannya jadi tertunda.

Chandra melihat ke arah Abi nya, dari sorot mata nya sih minta bantuan buat jawab pertanyaan Umi nya. Dan Taufik peka, tapi Taufik malah menggelengkan kepala nya.
"Huufftt, kalau besok aku keluar, aku pengen pernikahan aa yang tertunda sama Arsy dilaksanakan hari Selasa Umi, menurut kalian ini ga kecepatan kan?," tanya Chandra.

"Fisik kamu udah kuat a?," tanya Taufik.

"Udah Abi, luka goresan di muka mah ga apa apa bisa di tutup pake bedak hehe," ujar Chandra.

"Umi sebenernya marah sama kamu a, kenapa kamu ngelawan ucapan Umi sama Abi? Kan semua nya jadi gini, Kasian Arsy juga," utari memalingkan wajah nya, kalau dia marah sambil ngelihat wajah Chandra, yang ada malah ga tega. Tapi mau gak mau utari harus memberikan sedikit koreksi pada Chandra, tentang apa yang telah dia perbuat.
"Kamu juga, kan kamu udah ga sabar kan pengen halalin Arsy, harus nya kamu ga pergi malam itu a, tapi yaaa gimana lagi, nasi udah jadi bubur, percuma Umi ngomong gini juga, semua nya udah terjadi."

"Maafin aa Umi, aa sadar sangat sadar malah aa salah, harus nya aa ga kayak anak kecil malem itu," ujar Chandra dengan penuh penyesalan, tapi ya semenyesal apapun itu, semua nya udah terlambat.

Lengan utari terulur untuk mengelus wajah putra itu, luka bekas goresan kaca pun masih basah, dan lebam di muka Chandra pun masih terlihat jelas. Ibu mana yang tega melihat anak nya seperti ini?.
Utari pun mencium kening Chandra, kalau keadaannya kayak gini utari lemah, dan malah berujung menangis.
"Maafin Umi a, Umi udah marahin kamu, Umi ngelakuin itu supaya kalau kamu bertindak itu harus di fikir dua kali, karna penyesalan itu datang di akhir," utari mencium lagi kening putra nya itu,
"Tapi alhamdulilah, kamu masih di berikan keselamatan oleh Allah, Umi ga bisa bayangin kalau hal buruk lebih dari ini terjadi sama kamu a," utari pun kembali mengecup kening putra nya, bahkan air mata sudah membasahi pipi nya.

"Umi jangan nangis, kalau Umi nangis nanti aa malah jadi lemah, aa minta maaf udah buat Umi nangis," ujar Chandra yang merasa sangat bersalah karena telah membuat utari menangis.

Amel dan Taufik yang melihat interaksi emosional antara Chandra dan utari pun, sama sama merasa sedih. Amel memeluk Taufik, dia juga ga tega ngelihat Abang yang selalu menjaga nya, kini malah sedang terbaring lemah di atas bangsal rumah sakit, dengan wajah penuh luka dan memar.

"Ga usah minta maaf a, kamu selamat dan sehat kembali kayak dulu, itu cukup buat Umi," ujar utari lalu mengelus surai hitam Chandra.
"Cepet sembuh ya anak nya Umi," utari pun memeluk Chandra. Dari kemarin utari mencoba untuk kuat, dan tidak menangis di depan Chandra. Tapi hari ini, dia gak bisa menahan rasa sedih itu.
Semua nya seolah terjadi begitu saja, lagi pula Inu mana yang tega melihat anak nya terluka seperti ini.
Bahkan saat bayi, jika sang ibu mendengar anak nya menangis pun pasti tidak tega.

Sepertiga malam - Lee Haechan ( tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang