44. Umi utari sakit

100 13 2
                                    

Chandra mengetuk pintu lebih dulu sebelum dia masuk ke dalam rumah. Yang Chandra fokuskan adalah Umi nya sekarang, dan sudah pasti utari kini sedang ada di kamar nya. Baru saja hanya dua hari Chandra jauh, Umi nya sudah sakit, mungkin utari kelelahan karena acara kemarin.

Saat sampai di depan pintu kamar orangtua nya, Chandra pun mengetuk pintu nya lalu perlahan membuka pintu. Dan benar saja terlihat utari yang sedang di suapi bubur oleh Amel dan Abi yang sedang menyiapkan obat untuk di minum oleh utari.

"Assalamualaikum," ujar Chandra dan Arsy bersamaan.

"Waalaikumsalam," jawab mereka bertiga.

"A Chandra," melihat putra dan putri nya datang, utari tidak bisa menahan tangisnya.

"Umi?," Chandra dan Arsy pun langsung menghampiri utari yang baru saja minum obat.
Chandra memeluk Umi nya sangat erat,
"Kenapa Umi gak bilang ke aa kalau Umi sakit?,"

Utari tersenyum simpul, dulu dia pengen banget liat Chandra menikah dan sekarang setelah Chandra menikah dan pergi dari rumah, perasaan dia hampa.
Gak ada lagi teriak teriakan Chandra sama Amel yang berebut buat peluk dia, buat makan bolu buatan dia. Tapi, utari sadar mau sekarang atau nanti hal ini pasti akan terjadi.
"Gapapa lagian Umi gak sakit parah ko,"
Utari pun melepas pelukannya, dia melihat ke arah Arsy lalu menangkup pipi putri nya itu,
"Ya Allah, aa... istri kamu cantik pisan ya, pantes aja kamu pengen cepet nikah," ujar utari lalu tertawa.

"Iya umi takut di ambil orang lain, mana saingan aa kan ustadz sama Gus loh," ujar Chandra yang merasa bangga karena dia yang memenangkan hati Arsy.

"Ya karena jodoh nya Arsy itu kamu a, jodoh itu gak akan kemana," ujar Taufik.

"Betul tuh kata Abi kamu," utari pun melihat ke arah Arsy, perlahan lengannya terulur untuk mengusap perut Arsy,
"Sebentar lagi ada cucu pertama kita Abi," ujar utari yang merasa sangat senang karena dia akan mempunyai cucu.

Chandra dan Arsy saling menatap satu sama lain, mereka masing masing tau apa yang ada di isi hati dan pikiran mereka.
"Doa kan umi abi," ujar Chandra lalu tersenyum simpul.
Dia aja belum menyentuh Arsy sedikitpun, bahkan jika boleh jujur melihat sehelai rambut Arsy saja belum. Karena Arsy terus memakai hijab nya walau sedang tertidur pun.
Tapi tenang dia tadi udah dapat lampu hijau dari Arsy.

"Doakan ya Umi Abi, semoga kita secepatnya bisa mendapatkan kepercayaan itu dari Allah," ujar Arsy yang membuat Chandra reflek melihat ke arah nya.

Ini Arsy beneran ngomong gitu? Berarti udah ada celah dong?- batin Chandra.

"Iya sayang Umi sama Abi pasti selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian, sehat sehat terus ya." Ujar utari lalu kembali tersenyum.

"Ini kalian mau pergi ke Bali itu kan?," tanya Abi.

"Iya, tapi.... Arsy," Chandra melihat ke arah Arsy,

Arsy melihat ke arah Chandra, dari tatapannya Chandra sepertinya terlihat khawatir pada Umi nya.
"Kita gak akan pergi dulu, kita mau nginep disini sampai Umi sembuh," ujar Arsy.

"Loh? Gak jangan kalian pergi aja, masa cuma gara gara Umi kalian ga jadi pergi, gapapa udah kalian pergi aja," ujar utari yang tidak terima Chandra dan Arsy tidak jadi pergi bulan madu karena dia.

"Iya, Umi masih ada Abi, Amel, Satya sama Rasya yang jagain," ujar Taufik,

"Tapi Abi-," ucapan Arsy terhenti karena isyarat dari Taufik.

"Pergi aja, momen bahagia kalian loh," ujar Taufik yang di angguki oleh utari.

"Kalian pergi aja ya, pulang bawa kabar baik," ujar utari sambil mengusap pipi anak dan menantu nya itu.

Sepertiga malam - Lee Haechan ( tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang